5 Tips Jadi Penulis Buku Biografi, Asah Keterampilan Wawancara

Mungkin kamu sudah pernah membaca buku biografi tokoh-tokoh di dalam dan luar negeri. Tahukah kamu apa bedanya buku biografi dengan autobiografi? Buku biografi ialah buku yang memuat riwayat kehidupan seseorang dan ditulis oleh orang lain. Sementara itu, buku autobiografi ditulis oleh orangnya langsung.
Membaca buku biografi bisa memberimu banyak inspirasi. Dirimu mengikuti perjalanan hidup seorang tokoh dari anak-anak sampai dewasa dan dikenal oleh banyak orang. Namun, pernahkah kamu membayangkan dirimulah yang menulis biografi tokoh tersebut? Kamu bukan lagi sekadar pembaca melainkan terlibat dalam pembuatan sebuah buku biografi.
Untukmu yang sudah mempunyai dasar kemampuan menulis tentu sangat mungkin mengembangkannya menjadi lebih spesifik ke penulisan biografi. Bila dirimu berminat, perhatikan lima tips berikut. Kamu bisa memulai debutmu dengan menulis artikel tentang kisah seseorang sebelum nantinya dipercaya untuk menyusun buku biografi tokoh.
1. Riset mendalam tentang kehidupan orang yang akan ditulis
Antara tokoh dengan calon penulis buku biografinya bisa sama sekali tidak saling mengenal. Atau, kamu cuma mengetahui tokoh tersebut melalui pemberitaan berbagai media karena popularitasnya. Akan tetapi untukmu bisa menuliskan biografinya dengan baik, kamu butuh lebih dari sekadar hal-hal yang sudah ada di dalam semua pemberitaan itu.
Kalau antara pemberitaan dengan isi buku sama, orang-orang tak merasa perlu membacanya atau merekomendasikannya. Namun agar kamu bisa masuk dengan mulus untuk menggali kisah kehidupan seseorang, berita-berita itu mesti dilahap dulu. Bahkan segala tentangnya gak boleh luput dari perhatianmu.
Misalnya, kamu akan menulis biografi seorang bintang film. Maka dirimu sebisa mungkin mesti menonton dulu semua filmnya, tahu siapa saja lawan mainnya, peran-perannya, penghargaan yang pernah diraihnya, dan sebagainya. Tentu wawancara langsung dengannya akan tetap dilakukan. Namun, dia pun bakal bad mood bila kamu seperti tak tahu apa-apa tentangnya padahal informasi umum seperti itu mudah dicari.
2. Kritis sekaligus penuh empati pada kisah hidupnya
Seperti disinggung di awal, kamu bakal menulis kisah hidup seseorang lebih dalam dan lengkap daripada semua yang sudah ada di pemberitaan. Oleh sebab itu, lebih dari sekadar pekerjaan, menjadi penulis biografi ialah tentang kepercayaan sangat besar yang diberikan seseorang padamu. Biasanya, tokoh yang ingin atau bersedia kisahnya dibukukan bakal memilih sendiri penulisnya.
Bahkan mungkin akan ada masa penjajakan dulu antara dirinya dengan dirimu. Apabila dia tidak merasa nyaman denganmu, proyek buku biografi itu bisa dialihkan ke penulis lainnya. Perhatikan dua kata kuncinya, yaitu rasa nyaman serta percaya. Keduanya hanya bisa dibangun apabila sikapmu terhadap ceritanya penuh empati.
Tempatkan dirimu dalam situasi kehidupannya pada suatu waktu. Di saat yang bersamaan, kamu juga mesti tetap memiliki kemampuan bersikap kritis pada hal-hal yang menurutmu janggal dalam kisahnya. Tanyakan bagian itu dengan hati-hati agar tidak merusak kepercayaan dan rasa nyamannya.
Tanya jawab seperti ini memang mesti ada daripada kamu mengambil kesimpulan sendiri yang berbeda dari maksudnya. Akan tetapi, ingat bahwa sikap kritis yang dimaksud bukan dirimu menghakimi keputusan-keputusan dalam hidupnya. Ini bukan wawancara untuk menentukan benar atau salah, melainkan memahami alur kehidupan seseorang seterang mungkin.
3. Tidak memasukkan pandangan-pandangan pribadimu
Kalau kamu ingin bebas menuliskan pandangan pribadi, tulislah bukumu sendiri. Dirimu dapat menulis buku nonfiksi dengan topik tertentu yang menarik minatmu. Atau, kamu bersuara melalui tokoh-tokoh ciptaanmu dalam sebuah novel. Namun untuk keperluan menulis biografi, pandangan pribadimu jangan dicampuradukkan dengan kisah orang lain.
Tulislah kisahnya persis seperti yang mereka inginkan. Tidak ada tafsir lain atas suatu peristiwa kecuali menurut pelakunya langsung. Bahkan ketika kamu ragu dalam memilih kata yang tepat buat menggambarkan perasaannya, tanyakan pendapatannya. Di akhir buku nanti, dirimu bisa memberikan sedikit catatan terkait tokoh tersebut dan kisahnya.
Akan tetapi, jangan sampai pandangan pribadimu merusak ratusan halaman yang sudah memuat kisah hidup seseorang versi dirinya sendiri. Hargai dan pahami bahwa buku ini adalah tentangnya dan bukan tentangmu. Ego pribadimu perlu dikesampingkan dulu dan jadilah penulis biografi yang andal.
4. Sepakati apakah kamu boleh meminta klarifikasi pihak lain
Buku biografi memang sifatnya lebih subjektif disesuaikan dengan penuturan pemilik kisah. Akan tetapi, terkadang ada hal-hal yang terlalu berisiko kalau kamu tak meminta klarifikasi dari pihak lain yang disebutnya dalam cerita. Biasanya, permintaan klarifikasi diperlukan apabila tokoh yang akan dibuat buku biografinya mengatakan hal-hal yang berpotensi merugikan orang lain.
Termasuk, mencemarkan nama baik seseorang. Jangan sampai kamu hanya menulis buku biografinya, tetapi nanti ada pihak-pihak yang gak terima dan dirimu dimintai pertanggungjawaban. Meski isi buku tetap didominasi oleh penuturannya, perbedaan pandangan dengan orang lain yang namanya disebut perlu dicantumkan.
Selain mengamankanmu dari tuduhan menulis kisah palsu dan mencemarkan nama baik pihak-pihak tertentu, keterangan tambahan juga membantu pembaca membuat penilaian. Biarkan ada dua versi kebenaran di sana dan pembaca menilai sendiri berdasarkan pengetahuan serta keyakinannya. Jika dia gak mau ada klarifikasi pihak lain di dalam buku biografinya, samarkan nama orang yang mungkin keberatan jika tercantum di buku tersebut.
5. Selektif dan temukan harapan seseorang dengan harapanmu
Di lapangan, kamu sebagai penulis tak hanya berhadapan dengan sosok-sosok ternama yang kisah hidupnya menarik untuk dibukukan. Di sekitarmu pun bisa ada banyak orang yang ingin dibuatkan buku biografi. Bukannya mengecilkan kisah hidup mereka, tapi memang ada kecenderungan untuk setiap orang merasa cerita hidupnya lebih menarik.
Mungkin dari segi perjuangannya sehingga layak ditulis dalam sebuah buku. Terhadap keinginan beberapa orang ini, kamu tak perlu ragu untuk bersikap selektif. Bagaimanapun juga, faktor popularitas tokoh sangat penting dalam buku biografi. Makin terkenal tokohnya, makin mungkin bukunya nanti laku keras.
Sebaliknya, kisah hidup orang pada umumnya sulit menarik perhatian publik. Apalagi ketika mereka harus membayar untuk membeli bukunya. Kecuali, seseorang yang tidak terkenal mempunyai cerita hidup yang langka dan luar biasa. Kisah itu bisa diangkat serta dijual. Bila cerita hidupnya banyak dialami juga oleh orang lain tentu menjadi gak ada daya tariknya.
Sikap selektif begini penting sebab mengerjakan buku biografi butuh riset yang panjang dan mendalam. Sebagai penulis, kamu juga punya kepentingan akan pendapatan. Jangan sampai dirimu sudah capek-capek menuliskan biografi seseorang, tapi hasil penjualannya gak bagus. Kecuali, dirimu dibayar lunas di muka sehingga tidak bergantung pada pembagian royalti.
Penulis biografi diperlukan karena tak semua orang mampu menulis sendiri kisah hidupnya dengan baik. Di tangan penulis biografi yang jago, perjalanan hidup seseorang akan terbaca mengalir dan bikin pembaca larut di dalamnya. Kamu juga bisa mengikuti kelas menulis biografi untuk meningkatkan keterampilanmu dan biar mendapatkan banyak klien.