ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Polina Sirotina)
Tak bisa dimungkiri, terkadang kebahagiaan yang semu itu bisa muncul dengan condong pada salah satu dari hati atau pikiran. Padahal, selayaknya hal tersebut hanya pantulan yang bisa jadi akan lebih baik jika memilih yang satunya, setidaknya dipertimbangkan matang-matang terlebih dahulu.
Selayaknya hati dengan rasa lelahnya sudah memberikan simbol untuk beristirahat sejenak. Namun, dengan penghitungan untung rugi akan gaji bekerja, pikiran logismu yang ingin banyak penghasilan menyuruh tetap kerja, dan kamu memilihnya. Bukankah dalam situasi dan kondisi tersebut lebih baik memilih kepentingan yang diutarakan si hati? Meski si pikiran tak kalah bijak logikanya.
Pun saat kamu memilih kepentingan yang dibawa oleh hatimu, yakni merasa nyaman hingga penuh cinta berbunga-bunga saat bersama sang pasangan. Padahal, rasionalitas pikiranmu sudah memberikan simbol akan aneka kerugian saat terus bersama dengan orang yang salah. Mulai dari rugi waktu, tenaga, mental, bahkan finansial sekalipun.
Nah, semua hal itu tak akan terjadi jika dari awal kamu tak condong akan salah satu dari hati atau pikiran tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu. Kamu yang condong pun auto bikin keputusan memilih pilihan yang terasa indah, padahal bisa jadi hanya kebahagiaan yang semu.