Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Turut prihatin atas kabar perceraian pasangan suami istri tentu hal yang wajar. Ini tandanya kamu berharap hubungan mereka baik-baik saja dan selamanya bahagia bersama. Namun, pernahkan dirimu ada perasaan lebih dari sekadar ikut prihatin, melainkan kepo berat terkait penyebab perpisahan mereka?

Baik pasangan yang bercerai merupakan selebritas atau bukan, kamu berusaha menggali alasan pasti perceraiannya. Kamu terus mencari tahu kabar perpisahan artis dari berbagai sumber, termasuk melihat akun media sosialnya. Kalau-kalau jauh sebelum perceraian itu diketahui wartawan, dari unggahan mereka sebetulnya sudah ada tanda-tanda ketidakharmonisan.

Pada teman, tetangga, dan saudara yang bercerai pun sikapmu demikian. Dirimu bertanya ke sejumlah orang untuk mencocokkan informasi mereka. Rasa ingin tahumu yang berlebihan mengenai kandasnya rumah tangga orang tidak baik. Kamu cukup mengerti status mereka sekarang dan jauhi sikap kepo karena enam alasan berikut.

1. Selama kamu bukan orangtua mereka memang gak perlu tahu

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Seandainya kamu adalah orangtua salah satu dari mereka, tentu saja dirimu perlu benar-benar mengetahui duduk perkaranya. Sebab anak sebelum menikah berada dalam tanggung jawab orangtua hingga puluhan tahun lamanya. Anak juga meminta restunya sebelum menikah. Bahkan orangtua pula yang menikahkannya. 

Ketika rumah tangga anak di ambang perpisahan, orangtua masing-masing mesti tahu supaya dapat memberi masukan terbaik. Kalaupun perkawinan tak lagi dapat dipertahankan, setidaknya baik pasangan tersebut maupun orangtua masing-masing sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, kamu hanyalah orang luar. 

Dirimu tidak memiliki tanggung jawab apa-apa atas pasangan tersebut. Maka sikap yang paling tepat untuk ditunjukkan ialah dengan kamu menjaga jarak dari masalah pasangan tersebut. Sekalipun pasangan yang bercerai merupakan tokoh publik, tidak bermakna semua orang harus tahu detail masalahnya. Hal tersebut biar diselesaikan di antara mereka saja.

2. Masing-masing punya alasan berbeda, kamu malah pusing

ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Jika pun kamu tahu penyebab dari perpisahan mereka, apakah ini baik untukmu? Belum tentu karena malah bisa membuatmu pusing dan membuang-buang banyak energi untuk memikirkan sesuatu yang bukan urusanmu. Pasangan yang bercerai jelas telah mengalami konflik yang gagal diatasi dengan baik.

Mereka tidak lagi berdiri sebagai satu tim seperti saat hubungan masih stabil. Mereka justru bisa seperti lawan yang berdiri berhadap-hadapan. Maka alasan perpisahan juga dapat berlainan. Sebagai contoh, pihak pria mengatakan istrinya berselingkuh. Sementara itu, pihak perempuan bilang tidak ada perselingkuhan melainkan suami temperamental.

Dengan pengetahuanmu atas dua versi penyebab ini, apa yang bisa kamu lakukan? Tidak ada dan justru cuma bikin kamu pusing menentukan mana dari keduanya yang lebih bisa dipercaya. Sebaliknya jika dirimu memilih buat gak mencari tahu alasannya, kamu pun terhindar dari perasaan harus menganalisis pengakuan yang benar atau bohong belaka.

3. Kecenderungan menghakimi alasan yang dipandang remeh

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Apalagi kalau kamu juga sudah menikah. Bisa muncul perasaan bahwa dirimu dan pasangan saja mampu mengatasi berbagai ujian dalam perkawinan. Masa mereka tidak? Padahal saat kamu tahu penyebab perceraiannya, menurutmu bukan persoalan serius. Seperti mereka hanya mengatakan ketidakcocokan sifat.

Dengan entengnya, dirimu berkata bahwa mana ada dua orang yang benar-benar memiliki sifat sama? Tinggal saling menerima saja apa susahnya? Kamu bisa gampang sekali menghakimi orang lain kerena tak benar-benar ada di posisinya. Dirimu seperti menutup mata bahwa keduanya tentu juga sudah berusaha keras buat mempertahankan pernikahan.

Daripada kamu merasa lebih baik dari pasangan yang bercerai, mending gak usah tahu penyebab perpisahan mereka. Sebab jemawa kerap kali cuma mengantarkanmu pada kejatuhan. Tentunya kamu gak mau sekarang asyik menghakimi perceraian orang lain dan suatu saat nanti juga menghadapi masalah serius dalam pernikahanmu. Maka bersikaplah setenang mungkin tanpa perlu kepo.

4. Nanti kamu tergoda membumbui dan menyebarkannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Makin penting bagimu alasan di balik perceraian mereka, makin sulit pula untukmu menyimpannya buat diri sendiri. Kamu malah dapat merasa ingin terus membicarakannya dengan siapa saja. Bahkan tidak sekadar dirimu meneruskan kabar yang didengar, melainkan sembari membumbuinya.

Misalnya, seseorang cuma bilang gak tahan lagi dengan sikap kasar pasangannya sehingga bercerai. Ketika kamu menceritakannya pada orang lain, dirimu berasumsi. Seperti dengan kamu berkata penuh keyakinan bahwa dia pasti sudah sering ditempeleng pasangannya setiap ada masalah. Apalagi fisik pasangannya tampak kuat.

Padahal, sikap kasar yang dimaksud seseorang boleh jadi gak terkait dengan kekerasan fisik. Pasangannya tak pernah main tangan, tetapi perkataannya amat kasar sehingga batinnya tidak kuat lagi. Meski masih sama-sama bentuk sikap kasar, dirimu telah memfitnah pasangannya di depan orang-orang yang gak tahu apa-apa dan langsung memercayaimu.

5. Jadi ketar-ketir dengan hubunganmu sendiri atau takut nikah

ilustrasi pasangan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Mengetahui secara mendetail mengenai penyebab keretakan rumah tangga orang lain juga dapat meningkatkan kecemasanmu. Sedikit banyak kamu bakal melihat pada hubunganmu sendiri bersama pasangan. Misalnya, pasangan yang dalam proses cerai mengatakan bahwa mereka terlalu sering berbeda pendapat dan ujung-ujungnya bertengkar hebat.

Kamu jadi teringat bahwa dirimu dengan pasangan juga kerap berbeda pendapat. Kamu waswas kalau-kalau inilah tanda awal kalian bakal bercerai juga. Masalahnya, tidak mudah untukmu selalu menyetujui pendapatnya. Begitu pula dengan pasanganmu yang gak bisa menurut saja padamu.

Memikirkannya membuatmu lebih tegang saat berinteraksi dengan pasangan. Kamu mungkin berusaha mengurangi perbedaan pendapat di antara kalian biar gak berakhir dengan perceraian. Namun, ini malah bikin dirimu kurang puas dalam hubungan. Demikian pula pasanganmu merasa tidak seru lagi berdiskusi denganmu. Kalian menjadi sama-sama merasa bosan dalam hubungan.

Untukmu yang belum menikah, tahu terlalu banyak mengenai masalah rumah tangga orang juga bisa bikin takut. Walau sebetulnya kamu dapat belajar dari apa yang terjadi dalam perkawinan mereka, rasa takutmu mungkin lebih besar. Dirimu menjadi selalu ragu buat menikah. Bahkan kamu melewatkan kesempatan hidup bahagia bersama seseorang yang sebetulnya dicintai.

6. Bila salah satu dari mereka memercayaimu pasti bercerita

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alex Green)

Persoalan rumah tangga jauh lebih pribadi daripada masalah dalam pertemanan atau pekerjaan. Maka wajar bagi pasangan suami istri bersikap tertutup tentang proses dan penyebab perceraiannya. Pun tidak banyak bicara menjadi cara mereka dalam melindungi psikis anak-anak.

Mereka akan makin terguncang apabila orang-orang di sekitarnya membicarakan masalah kedua orangtuanya. Oleh sebab itu, orang yang akan atau baru bercerai dari pasangannya sangat selektif dalam mencari teman bicara. Dalam keluarganya saja mungkin hanya 1 atau 2 orang yang mengetahui betul penyebab perceraiannya.

Jika kamu tidak secara langsung diberi tahu olehnya mengenai alasan perpisahan, ini artinya dirimu kurang dipercaya dalam masalah tersebut. Dia memercayaimu dalam pekerjaan serta urusan-urusan lain, kecuali perkara di rumah tangganya. Kamu gak usah merasa berhak tahu segalanya sekalipun kalian bersahabat.

Perceraian sesungguhnya sama dengan suasana duka yang menyelimuti dua orang. Kamu harus lebih mampu menjaga sikapmu di depan maupun di belakang mereka. Sama seperti alasan mereka menikah, penyebab perceraiannya juga tak perlu ditanyakan. Tidak setiap hal dalam kehidupannya perlu diberitahukan ke orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team