Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tahap Emosional saat Melewati Perceraian

ilustrasi pasangan bercerai (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan bercerai (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Perceraian adalah proses patah hati yang sulit, melibatkan persidangan dan pembagian harta
  • Tahap emosional pertama adalah syok dan penyangkalan, butuh waktu untuk berduka
  • Tahap emosional kedua adalah kemarahan, perlu ekspresikan di tempat yang aman

Perceraian adalah proses patah hati yang sulit dilewati di kehidupan. Apapun alasan di balik perceraian, menjalani proses ini pasti terasa menyakitkan bagi semua yang terlibat. Apalagi, kedua belah pihak yang bercerai harus melewati proses persidangan, membagi harta benda, dan bahkan memperebutkan hak asuh anak.

Mirip stages of grief, proses perceraian juga memiliki tahapan emosional yang berat. Dilansir Womens Health Magazine, wajar jika kamu merasakan 6 tahap emosional ini saat sedang melewati perceraian. Yuk, belajar cara mengatasi tahapan emosional perceraian agar mental kamu tetap terjaga.

1. Tahap satu: syok dan menyangkal

ilustrasi pasangan bercerai (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan bercerai (freepik.com/freepik)

Dilansir Women's Health, tahap emosional pertama saat mengalami perceraian adalah syok dan menyangkal. Proses ini biasanya akan terjadi dari hari pertama perceraian sampai dua bulan ke depan. Wajar jika kamu merasa sulit percaya pernikahanmu akan berakhir.

Selain syok, kamu akan melakukan penyangkalan. Ciri-cirinya adalah kamu mulai mengabaikan rutinitas, seperti melewatkan mandi, makan, olahraga atau bahkan pergi bekerja. Bisa juga sebaliknya, kamu tetap mengenakan cincin kawin atau tidur di sisi ranjang pasangan.

Hal ini wajar jika terjadi di minggu-minggu awal perceraian. Pasalnya, tahap pertama ini adalah tentang memberi kamu waktu untuk berduka, seperti merasa takut dan putus asa. Namun begitu merasa siap, kamu harus segera bangkit dan menghadapi realita tersebut.

Cara yang bisa kamu lakukan adalah pergi ke psikolog agar bisa menuangkan rasa duka dengan aman. Selain itu, kamu bisa mengatasinya dengan menulis jurnal berisi ekspresi pikiranmu. Jurnal akan membantu kamu untuk melihat pertumbuhan mentalmu dari waktu ke waktu.

2. Tahap dua: kemarahan

ilustrasi pasangan marah (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan marah (freepik.com/freepik)

Tahap emosional kedua saat melewati perceraian adalah kemarahan. Perasaan ini biasa muncul 3 bulan usai keputusan bercerai, tepatnya setelah penyangkalan reda. Kemarahan ini bisa terlihat dari rasa frustasi dan dendam terhadap mantan pasangan. Sebagai contoh, kemarahan karena ditinggalkan, dikhianati, atau pasangan tidak berusaha lebih keras.

Emosi ini masih wajar karena bagian dari proses penyembuhan. Meski begitu, jangan biarkan kemarahan berubah menjadi pilihan yang sembrono atau merugikan kamu. Ekspresikan kemarahan di tempat yang aman dan pribadi agar emosi tersalurkan.

Cara mengatasi tahap kedua bisa dilakukan dengan melakukan terapi atau konseling. Dengan berbicara ke profesional, maka kamu bisa mengatasi kemarahan tanpa merugikan diri sendiri maupun orang terdekat. Selain itu, kamu juga bisa mengatasi emosi ini dengan meditasi, yoga, atau jalan kaki setiap hari.

3. Tahap tiga: negosiasi

ilustrasi pasangan negosiasi (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasangan negosiasi (freepik.com/freepik)

Tahap emosional ketiga yang biasa dirasakan saat melewati perceraian adalah permohonan atau negosiasi. Tahap ini biasa muncul 6 bulan setelah memutuskan bercerai. Dalam tahap ini, kamu akan merasakan gelombang kebingungan dan kesedihan yang hebat. Alhasil, kamu mulai mempertanyakan apakah bisa menunda atau bahkan membatalkan perceraian.

Tahap negosiasi ini membuat kamu kembali berharap. Contoh tahap ini adalah kamu mulai kembali menghubungi mantan, seperti mengirim pesan teks tanpa henti, terus-menerus menelepon, atau memohon agar tidak bercerai dengan cara yang memalukan. Hal ini akan menciptakan ekspektasi tidak realistis, dan berpotensi memperburuk kondisi mentalmu.

Jika perasaan ini muncul, segera berbicara dengan psikolog tentang apa yang kamu rasakan sebelum kembali menghubungi mantan pasangan. Langkah ini membantu kamu untuk mendapatkan pandangan yang lebih sehat. Dan jika tidak memiliki akses ke psikolog, kamu bisa melakukan perawatan diri atau aktivitas bersama sahabat.

4. Tahap empat: rasa malu dan depresi

ilustrasi merasa depresi (freepik.com/jcomp)
ilustrasi merasa depresi (freepik.com/jcomp)

Tahap emosional keempat yang biasa dialami dalam proses perceraian adalah rasa malu dan depresi. Perasaan ini biasanya akan datang 8 bulan setelah mengajukan gugatan cerai. Perasaan sedih dan malu adalah hal yang wajar karena perceraian begitu mengurasi emosi. Perasaan sedih dan depresi ditandai dengan perasaan ingin mengisolasi diri, kesulitan tidur, perubahan nafsu makan dan suasana hati.

Sementara itu, perasaan malu biasa tumbuh karena latar belakang budaya dan agama. Ini karena masyarakat sering kali mempermalukan orang yang gagal dalam pernikahan. Rasa malu juga tumbuh karena kerahasiaan dan kesunyian. Jadi, pastikan kamu membicarakan perasaanmu ke teman-teman terdekat, atau mereka yang mengalami perceraian agar bisa mendapat dukungan.

Jika kamu memiliki riwayat depresi, bersikaplah proaktif. Minta keluarga atau teman untuk mendampingi proses perceraian, serta membantumu saat mengalami gejala depresi. Jika tidak, lingkaran rasa depresi dan malu dapat berubah menjadi tempat yang gelap yang mengancam jiwa.

5. Tahap lima: penyesuaian dan bangkit kembali

ilustrasi wanita berlibur (freepik.com/freepik)
ilustrasi wanita berlibur (freepik.com/freepik)

Tahap emosional kelima dalam proses perceraian adalah penyesuaian dan bangkit kembali. Tahap ini biasa terjadi satu tahun setelah gugatan perceraian dilakukan. Dalam proses ini, kamu akan belajar menyesuaikan diri secara fisik dan emosional setelah berpisah.

Proses ini membutuhkan keberanian karena kamu akan menghadapi banyak cobaan dan kesalahan. Jadi bersabarlah. Meski perasaan rindu ke mantan pasangan bisa terjadi, tetapi dalam tahap ini, kesedihan tidak akan menghantui kamu seperti dulu. Sebaliknya, kamu akan mendapatkan ruang untuk merangkul sesuatu yang baru di tahap penyesuaian.

Tahap bangkit kembali ini juga menandakan kesiapan kamu untuk melangkah maju, termasuk mendapatkan hal-hal yang tidak bisa diraih selama pernikahan. Ingatlah kamu memiliki banyak pengalaman untuk dinantikan, seperti liburan sendiri, berkencan lagi, mencari hobi baru, dan memiliki banyak waktu untuk keluarga dan teman. Nikmati proses ini, meski terasa sulit.

6. Tahap enam: penerimaan

ilustrasi merasa bebas dan bahagia (freepik.com/freepik)
ilustrasi merasa bebas dan bahagia (freepik.com/freepik)

Tahap emosional terakhir dalam proses perceraian adalah penerimaan. Tahap penerimaan biasa dirasakan 14 bulan setelah gugatan cerai, atau bisa berbeda untuk setiap orang. Dalam tahap ini, kamu bisa merasakan kegembiraan dan ketenangan yang tidak dialami sebelumnya.

Meski bukan proses yang mudah, tetapi tahap ini mengajarkan bahwa semua yang sudah kamu lalui sepadan dengan kebahagiaan hidupmu. Dengan menerima kenyataan pernikahan sudah berakhir, kamu bisa move on dalam hidup. Sebagai contoh, kamu bisa berpacaran lagi atau mengasuh anak jika kamu memilikinya.

Tahap penerimaan ini sering digambarkan sebagai periode kebebasan mental dan emosional. Kamu bisa mengenang pernikahanmu dengan rasa syukur, dan tidak menyesali masa lalu. Sebaliknya, kamu akan fokus pada masa kini dan masa depan. Ini adalah tahap pertumbuhan emosional yang patut dirayakan.

Setiap tahap emosional yang dilalui dalam proses perceraian sudah pasti banyak merenggut kehidupanmu. Lewati setiap proses dengan bantuan profesional atau orang tersayang, dan biarkan waktu membantumu mengatasi perasaan itu. Ingatlah, semua proses itu akan mengantar kamu pada kebahagiaan dan kebebasan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aryna Meliana
EditorAryna Meliana
Follow Us