6 Situasi yang Tak Perlu Direspons dengan Kemarahan, Kalem pun Beres

Marah sebagai salah satu bentuk emosi manusia terkadang memang tidak bisa dihindari. Namun, makin kamu mampu mengendalikan kemarahan akan makin baik. Bukan justru dirimu selalu merasa benar buat meluapkan emosi di mana pun, pada siapa saja, serta sekecil apa pun persoalannya.
Kemarahan yang gak terkontrol bersifat merusak baik untuk diri sendiri maupun orang-orang di sekitarmu. Pahami pula bahwa marah bukan solusi dari permasalahan apa pun. Maka lebih jarang marah bakal lebih baik. Energimu dapat dihemat supaya kamu bisa memikirkan jalan keluar yang lebih tepat serta cepat.
Kenali berbagai situasi yang perlu direspons dengan kemarahan atau justru sebaiknya dirimu tetap bersikap tenang. Ingat bahwa reaksimu yang gak tepat juga akan memancing tanggapan dari orang-orang di sekitarmu. Hindari bersikap berlebihan dalam enam situasi berikut. Sering marah sama dengan boros energi.
1. Kesalahan yang sangat manusiawi

Contohnya, pasanganmu lupa tidak memberitahukan bahwa hari ini dia akan pulang terlambat. Kesibukannya di kantor sedang sangat padat. Ia baru sadar setelah dirimu terlebih dahulu menghubunginya dan ia punya sedikit waktu untuk membuka smartphone. Gak usah kamu nanti memarahinya sepulang kerja.
Hari telah malam dan energinya sudah nyaris habis. Apabila dirimu tidak bisa memaklumi kesalahannya, kalian malah bertengkar. Jangan-jangan besok dia sekalian tidak pulang ke rumah sekalipun sebetulnya gak ada jadwal lembur lagi. Sesekali pasangan lupa apalagi saat ia banyak pikiran serta kegiatan merupakan hal yang manusiawi.
Demikian juga bila anak buahmu menjadi sulit berkonsentrasi dalam bekerja ketika pasangannya sakit keras dan dirawat inap. Kurangi beban kerjanya agar dia dapat lebih sering menjenguk pasangan di sela-sela kerja. Atau, tawarkan untuknya mengambil cuti apabila gak ada orang lain yang menunggu pasangannya di rumah sakit. Jangan malah sedikit-sedikit dirimu memarahinya gara-gara kinerja yang agak menurun.
2. Kekeliruan yang bisa segera diperbaiki

Sama-sama kekeliruan, efek serta tindakan yang bisa diambil kemudian dapat berbeda-beda. Sebagai contoh, kesalahan yang cukup sepele bisa segera diperbaiki. Dampaknya juga tak meluas ke mana-mana. Sementara itu, kekeliruan yang lebih besar menimbulkan efek domino.
Tidak mudah untukmu atau siapa pun memperbaiki keadaan. Kalau suatu kesalahan dapat secepatnya diperbaiki, kamu tak usah membuang energi buat marah-marah. Cukup beri seseorang waktu untuk melakukan bentuk pertanggungjawabannya. Jika pun kekeliruannya lebih besar, kemarahanmu tetap perlu dibatasi.
Ekspresi dari emosimu jangan sampai bikin seseorang sakit hati dan masalah bertambah buruk. Marahlah sebatas buat menunjukkan betapa kesalahannya sulit ditoleransi. Sekaligus sebagai terapi kejut supaya seseorang ke depan bersikap lebih berhati-hati.
3. Perbuatan salah yang diakui dan dimintakan maaf dengan rendah hati

Tidak semua orang yang melakukan kesalahan berani untuk mengakuinya. Kalaupun seseorang terpaksa mengakuinya karena banyaknya bukti, kadang malah bersikap tambah arogan dan tinggi hati. Tak ada penyesalan apalagi permintaan maaf. Maka meski salah tetap salah, apresiasi juga kesediaannya mengakui serta meminta maaf.
Tentu pertanggungjawabannya gak sebatas itu. Namun, ini sudah awal yang baik daripada sikap tetap merasa paling benar. Hindari kamu terus menekannya dengan marah-marah. Sikap begini membuat ke depan orang gak berani lagi mengakui kekeliruannya.
Bisa-bisa dia terus berkelit bahkan tega memfitnah orang lain hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Ia sudah menunjukkan sikap pemberani dan rendah hati. Kamu pun mesti menyambutnya dengan pemberian maaf dan tidak sibuk menghakimi. Kesalahan dapat diperbaiki. Hubungan kalian pun terhindar dari kerusakan.
4. Saat ledakan emosimu tidak akan memperbaiki keadaan

Ada kemarahan yang masih memberikan akibat positif. Contohnya, kamu berhadapan dengan orang yang jika sikapmu lembut, ia malah tambah semaunya sendiri. Agar kamu bisa mendisiplinkannya, tunjukkan sisi kerasmu dengan marah pada saat yang tepat.
Apabila dia berbuat salah dan dirimu gak marah, sulit untuknya memperbaiki perilaku atau cara kerjanya. Bahkan di depan orang berkarakter seperti dirinya, mungkin kamu perlu konsisten menunjukkan sisi galakmu saja. Kelak dia sudah berubah menjadi pribadi yang disiplin baru kamu memperlihatkan sisi lainmu yang juga bisa santai.
Namun kalau kemarahanmu tidak menimbulkan efek positif apa pun baik terhadap masalah maupun orang yang berbuat salah, mending simpan energimu. Misalnya, berkebalikan dengan orang dalam contoh pertama. Kamu berhadapan dengan seseorang yang begitu dimarahi malah langsung gak bisa melakukan apa-apa saking takutnya. Orang seperti ini cukup ditunjukkan kesalahannya dan apa yang seharusnya dia lakukan.
5. Kamu dituntut untuk bersabar demi kebaikan yang lebih besar

Terkadang sulit untukmu memahami dan menerima maksud baik pihak lain hanya karena berbeda dari keinginanmu. Contoh simpel, saat jadwal penerbangan ditunda akibat cuaca buruk. Kamu marah-marah di bandara karena dirimu sudah punya agenda penting di tempat tujuan.
Namun sepenting apa pun agendamu, bukankah keselamatanmu yang paling utama? Bayangkan seandainya ada pesawat yang mau tetap membawamu di tengah cuaca yang tak aman. Bila terjadi sesuatu malah kamu tidak selamat sampai tujuan. Belum lagi sebuah pesawat mengangkut begitu banyak orang.
Calon penumpang tak boleh egois serta keras kepala. Bersabarlah menunggu waktu keberangkatan. Bila memang harus ada agenda kegiatan yang terpaksa diundur bahkan dibatalkan, apa boleh buat? Fokuslah pada kebaikan yang lebih besar daripada kamu memaksakan keadaan yang mengancam keselamatan.
6. Kamu tahu seseorang memang ingin melihatmu marah

Latihan peka terhadap maksud tersembunyi orang lain penting supaya kamu gak mudah terkecoh olehnya. Kadang ada orang yang tahu titik lemahmu lalu menekannya hanya agar emosimu terpancing. Niatnya bisa sekadar iseng atau lebih serius daripada itu. Misalnya, dia ingin citramu yang positif rusak karena kamu marah-marah di depan banyak orang.
Jika dirimu dapat memperkirakan tujuan seseorang, kamu gak bakal mudah terprovokasi olehnya. Makin dia mencoba memancing emosimu, dirimu malah harus makin tenang. Ia akan kesal sendiri melihat segala usahanya gagal bikin emosimu meledak. Jangan berikan apa yang diinginkannya kalau itu buruk bagimu.
Sebab nanti ketika emosimu meluap, dia pasti mengambil keuntungan. Seperti ia merebut simpati orang-orang yang berarti mereka bakal memandangmu secara negatif. Mereka mengasihani orang yang dimarahi olehmu dan mengecammu habis-habisan. Kamu harus memenangkan persaingan seperti ini dengan jurus tenang.
Diri sendiri sebetulnya paling mampu mengendalikan kemarahan. Jika kamu tidak belajar mengontrol emosi, siapa pun sulit memintamu agar bersabar. Salah-salah mereka ikut dimarahi olehmu. Selalu ingat bahwa situasi yang terasa kurang menyenangkan pun gak berarti harus direspons dengan marah-marah.