Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Gak Usah Ikut Geng Apa pun, Laporkan jika Dipaksa

ilustrasi sekelompok remaja (pexels.com/HONG SON)

Geng kerap terbentuk dalam pertemanan remaja usia belasan tahun. Arti geng sebetulnya kelompok pertemanan, tetapi kerap kali konotasinya kurang baik. Geng ini biasanya dibentuk oleh orang-orang yang punya kesamaan tertentu baik latar belakang, nilai-nilai, maupun tujuan.

Tak sedikit geng yang sampai diberi nama sebagai identitas bersama. Ada pula peraturan tidak tertulis yang dimaksudkan mengikat setiap anggotanya. Geng berbeda dengan sekadar kamu berteman karib dengan beberapa kawan sebaya. Hubungan antaranggota dalam suatu geng sangat erat sampai kadang mengalahkan akal sehat.

Anggota geng juga hampir selalu bersama-sama dan biasanya ada satu orang yang dianggap sebagai ketua. Sosok ini paling berkuasa serta ditakuti. Sementara dalam persahabatan biasa kalian masih sesekali tak cocok satu sama lain, pergi main sendiri-sendiri, serta kedudukannya setara. Ada tujuh alasan penting kenapa kamu gak usah ikut geng apa pun. Yuk, simak!

1. Waspadai pengaruh negatifnya

ilustrasi tiga remaja (pexels.com/cottonbro studio)

Kelompok pertemanan yang terlalu kuat justru dapat menimbulkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Apalagi anggotanya masih sama-sama remaja yang labil dan kurang mampu membedakan mana tindakan baik atau buruk. Banyak kasus hukum melibatkan geng dari tawuran, penganiayaan, pembegalan, dan sebagainya.

Beberapa di antaranya hingga menyebabkan hilangnya nyawa. Mengapa demikian? Sebab dalam situasi berkelompok apalagi sesolid pertemanan di geng, mereka akan menjadi jauh lebih berani ketimbang ketika sendirian. Di dalam geng juga ditekankan tentang solidaritas buta.

Ini membuat jika ada satu saja anggota geng yang punya masalah dengan orang lain, semua teman satu geng merasa wajib membela dan membantunya. Mereka tidak peduli lagi tentang siapa yang benar atau salah. Sebab apabila mereka gak ikut turun tangan justru dinilai sebagai pengkhianat oleh gengnya dan mendapat hukuman yang keras.

2. Lebih baik kamu dapat berteman dengan siapa saja

ilustrasi sekelompok remaja (pexels.com/zaid isaac)

Jika kamu menjadi anggota geng, ini seperti memutuskan hubunganmu dengan orang-orang di luar geng. Memang rasanya dirimu gak kekurangan teman karena kamu dan anggota geng amat kompak. Namun, sesungguhnya kamu rugi besar dalam pergaulan. 

Misalnya, anggota gengmu 10 sampai 15 orang. Seandainya ada 200 murid saja di sekolahmu, kamu telah kehilangan potensi pertemanan dengan 185 sampai 190 siswa lainnya. Pasalnya, teman yang penting bagimu cuma anggota geng yang sama. Belum lagi potensi kawan di lingkungan rumah dan sebagainya.

Kurang tepat apabila lingkaran pertemanan yang kecil selalu dinilai lebih baik daripada circle yang lebih besar. Bila kualitas diri tiap individu bagus, sedikit teman memang sudah bermanfaat. Namun jika kawan-kawan satu geng bersifat negatif, ini menjebakmu dalam kedangkalan cara berpikir. Akibatnya, banyak tindakanmu juga keliru.

3. Bikin waktumu tidak produktif

ilustrasi sekelompok remaja (pexels.com/cottonbro studio)

Selama apa pun kamu bersahabat dengan seseorang, pasti kalian masih lebih banyak di rumah masing-masing sepulang sekolah. Kalian cuma merasa amat nyambung saat mengobrol, punya semangat yang sama dalam meraih cita-cita, dan nyaman menjadi diri sendiri ketika bersama. Namun, pergaulan dalam geng gak begitu.

Waktumu bakal habis untuk kumpul-kumpul dengan anggota geng. Tidak ada kegiatan yang benar-benar penting. Paling cuma nongkrong berjam-jam, main, bahkan boleh jadi ada ajakan yang buruk seperti bikin keonaran atau mengonsumsi zat terlarang.

Boro-boro dirimu bisa berkegiatan yang positif di luar sekolah, mengikuti pelajaran di kelas saja sudah sulit berkonsentrasi. Anggota geng yang lain tak akan membiarkanmu lebih banyak sendirian apalagi bareng orang lain. Kamu diharuskan ikut bersama mereka apa pun kegiatannya.

4. Potensi bermusuhan dengan geng lain

ilustrasi tiga remaja (pexels.com/olia danilevich)

Antargeng kerap terjadi rasa persaingan yang amat kuat. Hal-hal sepele saja memicu bentrokan besar di antara dua atau lebih geng. Gak usah menunggu beberapa tahun dari sekarang saat kamu mampu menyadari bahwa persoalannya amat tidak penting.

Sering kali cuma masalah pribadi antara dua orang, tapi menjadi kisruh karena semua anggota geng turun tangan. Atau, anggota salah satu geng memilih menyeberang ke geng lainnya. Padahal, ikut geng yang mana pun tak membawa kalian pada masa depan yang sukses. 

Jauhi kemungkinan-kemungkinan buruk di atas karena hidup sekali sebisa mungkin tak berkonflik dengan siapa pun. Memang dalam pertemanan biasa pun kadang ada persoalan. Namun, pasti tidak menjadi sepelik apabila telah melibatkan geng.

5. Menyulitkanmu membentuk pertemanan di lingkungan baru

ilustrasi empat remaja (pexels.com/cottonbro studio)

Hidup akan terus bergerak maju. Kamu gak bisa selamanya menjadi anggota geng apa pun. Sekalipun anggotanya tidak satu sekolah, kelak dirimu mungkin akan berkuliah di luar kota. Ketika itu kamu bakal merasakan sulitnya membentuk pertemanan dengan orang-orang baru.

Ini dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, kamu gak punya kepercayaan diri karena terbiasa bernaung di bawah nama suatu geng. Identitas dirimu ada di sana. Jauh dari teman-teman satu geng membuatmu merasa bukan siapa-siapa dan terlalu takut menghadapi dunia.

Faktor kedua, pertemanan dalam geng telah memberimu pengaruh yang negatif baik dalam hal ucapan maupun perbuatan. Ini bikin orang-orang di lingkungan yang baru gak mau dekat-dekat sama kamu. Dirimu dipandang sebagai ancaman bagi mereka. Jika kamu tak ikut geng apa pun, proses adaptasimu lebih singkat dan penerimaan orang lain akan mudah didapat.

6. Sebagai individu, kamu mesti independen

ilustrasi sekelompok remaja (pexels.com/RDNE Stock project)

Independen artinya kamu cukup mandiri, tidak terlalu bergantung pada orang lain. Kalau kamu masuk ke sebuah geng, identitas dirimu saja menjadi kabur. Yang ditonjolkan adalah identitas gengnya. Semua hal dilakukan atas nama geng dan sering kali cuma didominasi oleh keinginan ketuanya.

Bila ketua geng telah menghendaki sesuatu, anggota biasa sepertimu tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikutinya. Kamu tak punya keberanian menjadi diri sendiri dan mengemukakan pandanganmu. Padahal, sebagai individu dirimu memiliki banyak potensi termasuk ketajaman berpikir.

Semua itu menjadi tumpul gara-gara ketergantungan yang tinggi pada identitas kelompok. Kamu gak bebas mengeksplorasi diri serta duniamu. Keduanya tak memperoleh tempat dalam kehidupanmu sebagai anggota geng sebab yang diutamakan ialah kelompok.

7. Bila ada pemaksaan, laporkan pada guru dan orangtua

ilustrasi empat remaja (pexels.com/kat wilcox)

Meski kamu sebenarnya gak mau ikut geng apa pun, terkadang ada pemaksaan dari anggota geng tersebut. Dirimu dipaksa sampai diancam agar mau bergabung menjadi anggota. Ini bisa bikin keberanianmu hilang dan terpaksa mengikuti saja kemauan mereka.

Padahal, itulah awal dari jebakan budaya pertemanan yang gak sehat. Begitu ikut geng, kamu makin kehilangan kebebasanmu. Oleh sebab itu, dirimu mesti melaporkan pemaksaan tersebut pada guru dan orangtua bila gengnya ada di sekolah.

Tentu secara diam-diam supaya pihak sekolah dapat membubarkan geng-geng yang ada tanpa membahayakan posisimu. Apabila geng yang mengintimidasi kamu agar mau direkrut ada di luar sekolah, laporkan pula pada orangtua. Mereka pasti melindungimu habis-habisan, misalnya dengan mengantar jemput kamu ke mana pun. Kalau perlu sampai kalian pindah tempat tinggal ke lingkungan yang lebih kondusif.

Apa pun iming-iming yang diberikan oleh suatu geng, lebih baik gak usah ikut geng. Lebih asyik berkawan biasa saja dengan semua orang. Gak perlu mengikatkan diri pada kelompok tertentu yang membuatmu tak leluasa sebagai pribadi. Selalu jaga pergaulanmu, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us