Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Menghadapi Tekanan Sosial karena Memilih Self-Partnered, Cek!

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memilih untuk menjadi self-partnered, atau menjalani hidup sendiri tanpa pasangan romantis, sering kali mendatangkan berbagai tekanan sosial. Banyak orang masih berpegang pada pandangan bahwa memiliki pasangan adalah standar kebahagiaan dan kesuksesan hidup.

Pandangan ini dapat membuat seseorang yang memilih untuk menjalani kehidupan sendiri merasa dihakimi atau dipandang aneh oleh lingkungan sekitar. Namun, keputusan untuk menjadi self-partnered adalah pilihan yang valid dan bisa membawa banyak kebahagiaan serta kepuasan dalam hidup.

Untuk menghadapi tekanan sosial tersebut, ada cara yang dapat diterapkan agar tetap merasa nyaman dan percaya diri dengan pilihan yang diambil. Scroll, yuk!

1. Menerima keputusan dengan penuh keyakinan

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Langkah awal dalam menghadapi tekanan sosial adalah memahami dan menerima sepenuhnya keputusan yang telah diambil. Menjadi self-partnered bukanlah sesuatu yang perlu dipertanyakan jika memang memberikan kebahagiaan dan kepuasan pribadi. Masyarakat mungkin memiliki pandangan yang berbeda, tetapi yang paling penting adalah bagaimana perasaan terhadap keputusan tersebut.

Pemahaman yang kuat terhadap keputusan ini juga akan membantu dalam menjelaskan kepada orang lain ketika mereka mempertanyakan pilihan untuk tidak memiliki pasangan. Ketika seseorang yakin dengan pilihannya, aura kepercayaan diri akan terpancar dan dapat membuat orang lain lebih menghormati keputusan tersebut.

2. Mengembangkan rasa bahagia dan kepuasan dari dalam diri

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Stefan Stefancik)

Banyak tekanan sosial muncul karena anggapan bahwa kebahagiaan hanya bisa didapat melalui hubungan romantis. Namun, kenyataannya kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri, bukan dari faktor eksternal seperti pasangan. Mengembangkan rasa puas terhadap diri sendiri adalah kunci utama agar tidak terpengaruh oleh tekanan sosial.

Meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membawa kebahagiaan, seperti menjalankan hobi, mengejar impian, dan memperkuat hubungan sosial yang bermakna, dapat membantu menciptakan kebahagiaan yang autentik. Dengan cara ini, kebahagiaan tidak lagi bergantung pada status hubungan, melainkan berasal dari perjalanan hidup yang dipilih sendiri.

3. Menyaring opini dan kritik dari orang lain

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Jean-Daniel Francoeur)

Dalam kehidupan sosial, tidak semua pendapat orang lain perlu didengarkan dan dijadikan bahan pertimbangan. Ada banyak orang yang berkomentar hanya karena mereka mengikuti norma yang ada tanpa benar-benar memahami bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.

Penting untuk memilah kritik yang membangun dan mengabaikan komentar yang hanya bertujuan untuk menekan atau menghakimi. Jika seseorang terlalu sering dihadapkan dengan pertanyaan seperti "Kapan menikah?" atau "Tidakkah kesepian?", ada baiknya menanggapi dengan jawaban yang tenang namun tegas. Tidak perlu merasa harus selalu membenarkan pilihan hidup di hadapan mereka yang tidak benar-benar peduli atau memahami.

4. Membangun lingkungan yang mendukung

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Kampus Production)

Dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung pilihan hidup adalah cara terbaik untuk menghadapi tekanan sosial. Berteman dengan individu yang memiliki pemikiran terbuka dan tidak menghakimi akan membantu menguatkan kepercayaan diri terhadap pilihan yang telah dibuat.

Lingkungan yang suportif juga bisa berasal dari komunitas yang memiliki pandangan serupa, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Bergabung dengan kelompok atau komunitas yang mendukung konsep self-partnered akan membantu merasa lebih diterima dan memahami bahwa banyak orang lain yang juga memilih jalan yang sama.

5. Fokus pada perkembangan diri dan karier

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Ron Lach)

Memilih untuk menjadi self-partnered membuka peluang untuk lebih fokus pada pertumbuhan pribadi dan profesional. Dengan tidak adanya komitmen romantis yang menghabiskan energi emosional, seseorang bisa lebih leluasa mengeksplorasi minat, meningkatkan keterampilan, dan mencapai tujuan yang lebih besar dalam hidup.

Menggunakan waktu untuk mengembangkan karier, mengejar pendidikan, atau membangun usaha sendiri adalah cara yang produktif untuk mengalihkan perhatian dari tekanan sosial. Ketika seseorang memiliki pencapaian yang membanggakan, fokus orang lain akan lebih tertuju pada kesuksesan daripada pada status hubungan.

6. Menetapkan batasan dalam interaksi sosial

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Akshar Dave)

Tidak semua pertanyaan atau komentar dari orang lain harus ditanggapi secara serius. Menetapkan batasan dalam interaksi sosial adalah langkah penting agar tidak terjebak dalam perasaan tidak nyaman karena tekanan sosial. Jika ada keluarga atau teman yang terus-menerus menanyakan atau menyindir keputusan untuk tidak memiliki pasangan, penting untuk menegaskan batasan dengan sopan namun tegas.

Misalnya, jika ada pertanyaan yang terasa menghakimi, bisa dijawab dengan pernyataan seperti, "Aku nyaman dengan hidupku sekarang dan lebih fokus pada hal-hal yang penting bagiku." Dengan memberikan jawaban yang jelas dan tegas, orang lain akan memahami bahwa topik tersebut bukan sesuatu yang bisa didiskusikan dengan bebas.

7. Menyadari bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada pandangan orang lain

ilustrasi pria memilih menjadi self-partnered (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pada akhirnya, kebahagiaan adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak seharusnya ditentukan oleh opini masyarakat. Setiap individu memiliki jalan hidupnya sendiri, dan tidak ada satu pun aturan yang menyatakan bahwa kebahagiaan hanya bisa dicapai melalui hubungan romantis.

Menyadari bahwa pendapat orang lain tidak harus mempengaruhi perasaan dan keputusan hidup adalah langkah penting untuk tetap teguh dalam pilihan yang telah dibuat. Jika seseorang merasa bahagia dan puas dengan kehidupannya sebagai self-partnered, maka tidak ada alasan untuk merasa tertekan oleh ekspektasi sosial.

Setiap orang memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri tanpa harus merasa terbebani oleh standar yang ditetapkan oleh masyarakat. Yang terpenting adalah tetap fokus pada kebahagiaan pribadi, tanpa merasa perlu memenuhi ekspektasi yang tidak sesuai dengan kemauan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rifai
EditorRifai
Follow Us