ilustrasi menonton film (pexels.com/Gustavo Fring)
Beberapa film dan sinetron diangkat dari novel. Untukmu yang sudah pernah membaca versi novel dan menyukainya bisa kecewa ketika melihat filmnya yang menurutmu kurang bagus. Ada hal-hal yang diubah dalam detail cerita atau pemilihan pemeran yang menurutmu tidak cocok dengan tokoh dalam novel.
Keberhasilan penulis novel dalam menceritakannya memang dapat sulit diikuti oleh pembuat film atau sinetron meski ia juga ahli di bidangnya. Lain kepala lain gagasan dan sudut pandang. Kekuatan perasaan antara penulis yang pertama kali menciptakan kisah tersebut dengan pembuat film atau sinetron pun berbeda.
Penilaian tentang mana yang lebih bagus, novel atau film dan sinetronnya juga tergantung dari kecenderunganmu. Bila kamu lebih suka membaca dibandingkan menonton, versi novel tentu lebih apik, karena dirimu mampu meresapi tiap kata dan kalimat yang tertulis serta bebas mengimajinasikan adegan-adegannya. Versi cerita yang pertama dinikmati biasanya juga lebih berkesan daripada alih wahananya yang dinikmati kemudian.
Berkali-kali merasa kesal ketika menonton film atau sinetron memang bisa bikin kamu malas melakukannya lagi. Dirimu rehat dulu dari menonton sampai penasaran sekali dengan sebuah film atau sinetron terbaru. Namun, buat penikmat tayangan sejati, kecewa pada salah satu film atau sinetron sudah menjadi hal biasa dan berpandangan, bahwa yang bagus lebih banyak. Gak ada rasa kapok dan malah ingin menyaksikan lebih banyak film atau sinetron.