Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Resolusi Hijau di Tahun Baru untuk Wujudkan Gaya Hidup Sustainable

ilustrasi bersepeda (unsplash.com/abzortu)

Tahun 2023 sudah terlampaui dan berganti dengan tahun 2024. Awal tahun adalah waktu yang tepat untuk membangun kebiasaan baru. Terutama aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan.

Resolusi tahun baru selalu identik dengan cita-cita dan pengembangan karier. Namun, kali ini ada beberapa ide untuk membuat resolusi hijau untuk mewujudkan gaya hidup sustainable yang berdampak positif pada lingkungan. Bagi kamu yang masih bingung menentukan resolusi yang eco-friendly, kamu bisa mencoba langkah-langkah berikut.

1. Mengurangi pemakaian barang sekali pakai

ilustrasi tas belanja (unsplash.com/priscilladupreez)

Plastik menjadi momok bagi lingkungan karena sampahnya tidak mudah terurai. Belum lagi, kandungan senyawa kimia plastik bisa mendegradasi tanah. Bahkan saat dibakar, plastik juga akan mengeluarkan senyawa beracun yang bisa mengganggu pernapasan.

Oleh karena itu, mari mengurangi pemakaian barang-barang plastik sekali pakai. Gunakan peralatan yang terbuat dari non-plastik, seperti barang yang terbuat dari kayu dan berbahan stainless. Selain pemakaian plastik, kamu juga perlu mengurangi pemakaian barang sekali pakai seperti kapas, tisu, dan kertas.

Bawalah tas belanja saat pergi ke pasar atau supermarket sebagai substitusi kantong kresek. Atau selalu sedia botol tumbler saat membeli kopi atau minuman di coffeeshop favoritmu.

2. Mulai berkebun

ilustrasi berkebun (unsplash.com/anaya_katlego)

Bagaimana jika kamu memulai tahun baru dengan menanam sumber makanan yang bisa kamu panen sendiri di rumah? Nah, menanam beraneka sayur di rumah bisa kamu coba untuk mengawali tahun baru dengan aktivitas yang positif.

Selain baik untuk lingkungan, berkebun juga baik untuk kesahatanmu, lho. Kamu bisa memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisimu. Kamu jadi bisa menanam pilihan sayuran yang sulit didapatkan di pasar. Berkebun juga bisa jadi hobi baru yang mengasyikkan.

3. Beralih ke energi hijau

ilustrasi panel surya (unsplash.com/markusspiske)

Kehidupan sehari-hari kita pasti tak terlepas oleh energi batu bara dan minyak bumi. Dua sumber energi tersebut jadi penyebab gas emisi karbondioksida terlepas ke udara, yang juga menyebabkan pemanasan global. Untuk mengurangi dampak gas emisi, ada beberapa alternatif energi hijau yang bisa kamu coba. 

Salah satunya adalah menginstal panel surya di rumah. Memang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk memasang panel surya. Namun, kamu bisa memulainya dengan menginstal satu kotak panel surya untuk mengganti beberapa lampu di rumahmu. Ini akan menjadi awal dari kebiasaanmu menggunakan energi hijau. 

Bila kamu belum bisa beralih ke energi yang terbarukan, kamu bisa menerapkan kebiasaan-kebiasaan sederhana untuk menghemat energi. Misalnya mematikan lampu dan keran air saat tidak terpakai. Mungkin terlihat remeh, tetapi punya dampak besar untuk penghematan energi. 

4. Lebih bijak saat membeli pakaian

ilustrasi memilih baju (unsplash.com/beccamchaffie)

Pakaian dan industri tekstil menjadi salah satu penyumbang sampah di muka bumi. Tren fashion yang cepat berubah membuat konsumen terus membeli produk pakaian terbaru, dan meninggalkan bahkan membuang pakaian lama. Belum lagi proses pembuatan garmen yang masih menggunakan bahan pewarna kimia dan membuang limbah tanpa diolah lebih lanjut.

Mengubah gaya hidup untuk membeli pakaian dengan pertimbangan lingkungan adalah salah satu cara mengurangi jejak karbon dan penumpukan sampah. Langkah terbaik untuk mengurangi limbah pakaian adalah dengan memiliki lemari yang minimalis. Misalnya, membeli baju secondhand atau preloved, kemudian memodifikasi model baju agar terlihat baru, atau membeli baju karena kamu benar-benar membutuhkannya.

Jangan lupa perhatikan material kain saat membeli baju baru. Hindari kain-kain dari bahan sintetis mikroplastik yang dapat merusak lingkungan.

5. Mengompos sisa makanan

ilustrasi sisa makanan (unsplash.com/lenkamou)

Sisa makanan jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi sampah yang menumpuk. Belum lagi sampah makanan bercampur dengan sampah lain. Tentu akan menimbulkan bau tidak sedap dan mampu mengundang hama. Mengompos sisa makanan merupakan solusi untuk meminimalisir food waste.

Buat tempat atau wadah khusus sebagai komposter. Kamu bisa membuang sisa-sisa makanan di tempat tersebut, dan mengolahnya menjadi pupuk. Ingat, jangan mencampur sampah sisa makanan dengan jenis sampah lainnya. Sediakan juga beberapa tempat sampah untuk jenis sampah yang berbeda. Misalnya sampah sisa makanan, sampah kertas, sampah plastik, dan lain-lain.

6. Menjadi relawan di bidang lingkungan

ilustrasi mengumpulkan sampah di pantai (unsplash.com/oceancleanupgroup)

Bila tahun-tahun sebelumnya kamu belum mengikuti kegiatan volunteer. Mungkin tahun ini adalah waktu yang tepat untuk mendaftarkan diri dalam kegiatan kerelawanan, khususnya di bidang lingkungan.

Saat terjun di lapangan, kamu akan bertemu dengan orang-orang yang punya visi dan misi dalam menyelamatkan isu-isu lingkungan. Kamu berpeluang menambah skill sosial dan interpersonal. 

Mulailah berkontribusi pada hal-hal kecil di daerahmu. Misalnya menanam seribu pohon, membersihkan pantai, mengelola limbah, dan lain-lain.

7. Membangun kebiasaan hijau

ilustrasi bersepeda (unsplash.com/kbobike)

Kebiasaan hijau mencakup gaya hidup yang melestarikan lingkungan. Tambahkan beberapa gebrakan dan tindakan yang ramah lingkungan dalam aktivitas sehari-harimu. Misalnya naik transportasi umum, atau membeli produk lokal yang ramah lingkungan.

Tindakan-tindakan ramah lingkungan tersebut akan membawamu pada kebiasaan yang berkelanjutan. Jangan lupa untuk memasukkan kebiasaan-kebiasaan hijau dalam journaling-mu. Sehingga kamu bisa konsisten menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang sustainable

Awali tahun baru dengan membuat resolusi untuk mewujudkan gaya hidup yang eco-friendly dan sustainable. Realisasikan satu per satu resolusi yang sudah kamu buat, sehingga di akhir tahun nanti kamu akan bangga karena sudah membawa dampak positif pada lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us