7 Tanda Pikiran Tersita oleh Masa Depan, Susah Menikmati Momen!

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memikirkan masa depan. Setidaknya, kita sudah memiliki gambaran mengenai strategi yang hendak diambil. Bahkan mampu menganalisis risiko secara tepat dan terukur.
Tapi lain halnya saat pikiran sudah tersita oleh masa depan secara berlebihan. Mirisnya, banyak dari kita tidak sadar terjebak dalam situasi seperti ini. Seolah tidak mampu mengenali tanda-tanda yang sudah dirasakan secara nyata. Untuk kamu yang memiliki tujuh tanda berikut, sadari bahwa pikiran sedang dikendalikan oleh masa depan secara berlebihan.
1. Merasa overthinking sepanjang waktu

Boleh-boleh saja kita memikirkan masa depan. Karena ini bagian dari strategi meraih keberhasilan. Tapi yang pasti, keseimbangan berpikir tetap harus dijaga. Jangan sampai terlalu fokus pada masa depan sehingga melupakan momen saat ini.
Untuk mengantisipasi, tentu kamu harus mengetahui tanda pikiran tersita oleh masa depan. Alih-alih merasa tenang, kamu justru overthinking sepanjang waktu. Perasaan cemas dan pesimis mengikis rasa percaya diri. Padahal, apa yang dipikirkan belum tentu terjadi.
2. Tidak bisa menikmati momen yang hadir

Tanpa sadar kita membayangkan pencapaian dalam jangka panjang. Sungguh menyenangkan jika bisa meraih keberhasilan secara mutlak. Namun demikian, takdir kerap berjalan di luar ekspektasi. Jangan sampai pikiran justru tersita oleh masa depan.
Ternyata ini bisa dilihat dari beberapa tanda. Ketika pikiran tersita oleh masa depan, seseorang tidak bisa menikmati momen yang hadir. Perasaan gelisah sudah mengambil alih kendali. Kebahagiaan yang di depan mata terlupakan oleh pandangan dalam besar sesaat.
3. Tidak mampu berpikir realistis

Sudahkah kamu mengenali tanda bahwa pikiran tersisa oleh masa depan? Pada faktanya banyak orang kurang memperhatikan persoalan satu ini. Padahal, pikiran yang tersita oleh masa depan justru merusak keberhasilan itu sendiri.
Mari kita mengenali pikiran yang sudah tersita oleh masa depan secara berlebihan. Salah satunya tidak mampu berpikir logis dan realistis. Selama mengambil keputusan hanya mengandalkan tuntutan emosi sesaat. Tidak terkecuali dengan keputusan yang merugikan diri sendiri.
4. Susah berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaan yang sedang dihadapi

Boleh saja kita berfokus pada tujuan jangka panjang. Tapi bukan berarti melupakan pencapaian dalam jangka pendek. Bagaimanapun juga, tujuan jangka panjang tercipta dari rangkaian keberhasilan secara bertahap.
Tapi sungguh disayangkan jika pola pikir kita terjebak oleh masa depan secara berlebihan. Selama menyelesaikan pekerjaan, justru susah berkonsentrasi. Tujuan jangka pendek yang harus dicapai seolah terlupakan. Sampai-sampai banyak bagian penting dan krusial yang terlewat.
5. Tenggelam dalam ekspektasi tidak wajar

Wajar jika setiap orang memiliki ekspektasi akan suatu keberhasilan. Jika dikelola secara bijaksana, ekspektasi justru menjadi sumber motivasi. Tapi, lain halnya saat pikiran tercipta oleh masa depan tanpa mampu mengontrol diri.
Tentu kita harus mampu mengenali tanda-tandanya supaya bisa mengantisipasi. Ketika pikiran seseorang tersisa oleh masa depan, ia tenggelam dalam ekspektasi tidak wajar. Padahal sudah jelas jika tujuan tersebut di luar batas kemampuan.
6. Obsesi terhadap perencanaan dan kontrol

Kehidupan memang butuh kontrol dan perencanaan. Dengan dua hal ini, turut membantu menciptakan kehidupan yang tertata. Tapi ada kalanya perencanaan dan kontrol tidak berjalan mulus. Bahkan kerap menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai.
Di sinilah kamu bisa menyadari jika pikiran sedang tersita oleh masa depan. Obsesi terhadap perencanaan dan kontrol menjadi landasan utama. Kamu tidak mau menerima fakta jika kontrol dan perencanaan bisa mengalami penyimpangan.
7. Tidak merencanakan pencapaian jangka pendek dengan baik

Seringnya kita hanya berfokus pada pencapaian besar dalam jangka panjang. Tapi bagaimana dengan pencapaian jangka pendek? Seolah menjadi persoalan yang tidak dianggap penting. Bahkan keberadaannya sering dilupakan.
Dalam hal ini, kamu perlu menyadari tanda-tanda pikiran yang tersita oleh masa depan. Salah satunya tidak merencanakan pencapaian jangka pendek dengan baik. Tujuan-tujuan kecil dicapai secara asal dan tidak terarah. Terkadang , tujuan kecil justru tidak dikerjakan sama sekali.
Pola pikir yang baik adalah yang seimbang, baik antara masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Jika kamu merasa pikiran tersisa oleh masa depan secara berlebihan, coba introspeksi diri. Termasuk dengan mengenali tanda-tanda yang sudah dapat dirasakan secara nyata. Karena saat seseorang terpaku pada masa depan secara berlebihan, justru rawan mengalami kecerobohan.