Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Bikin Konten dari Kisah Hidup Orang Lain, Harus Punya Empati

ilustrasi membuat konten (pexels.com/George Milton)

Banyak hal dapat dijadikan materi konten. Salah satunya adalah kisah hidup orang lain yang menarik dan menginspirasi. Menarik di sini bisa berarti jarang terjadi, mengagumkan, menghibur, atau justru menyedihkan.

Apa pun kisah hidup yang ingin kamu angkat dalam kontenmu, jangan berbuat semaumu sendiri. Kehidupan orang lain harus sangat dihargai dan gak boleh hanya dijadikan jalan untukmu memperoleh ketenaran dan uang. Bersikaplah penuh respek serta kehati-hatian, berikut tujuh tips bikin konten dari kisah hidup orang lain yang perlu kamu perhatikan.

1. Minta izin langsung pada orangnya

ilustrasi wawancara (pexels.com/Redrec ©️)

Hanya lantaran kamu tahu betul kisah kehidupan seseorang, hindari membuatnya sebagai konten tanpa persetujuan dari dirinya. Misalnya, kalian bersaudara atau bertetangga. Kamu menjadi sangat mengerti perjalanan hidupnya.

Apa pun tujuanmu membuat konten, dirimu tetap bersalah bila tidak terlebih dahulu meminta izin padanya. Padahal, ia dalam kondisi yang sehat secara mental. Ia pun masih bisa memutuskan mau kisahnya diangkat ke dalam konten atau tidak. Bisa juga kamu meminta izin kepada keluarganya, jika ia dalam kondisi yang lemah akal.

2. Tujuan harus jelas dan baik

ilustrasi membuat konten (pexels.com/cottonbro studio)

Mengangkat kehidupan orang lain dalam konten menuntut pertanggungjawaban yang besar. Apalagi konten akan tersiar begitu luas. Kamu gak boleh bikin konten tentang kisah hidup seseorang cuma karena iseng atau memikirkan kepentinganmu sendiri, seperti cari cuan.

Bila sekadar uang yang dicari, berkreasilah dengan kemampuanmu sendiri. Kamu tidak perlu membawa-bawa kehidupan orang lain yang bisa membuatnya tersinggung dan merasa dimanfaatkan. Tujuanmu harus lebih besar dari sekadar cuan atau popularitas. Misalnya, mengedukasi dan menginspirasi penikmat konten sambil menggalang bantuan untuk pemilik kisah.

3. Edit bagian-bagian yang tidak layak tayang atau perlu disembunyikan

ilustrasi mengedit video (pexels.com/Orlando Allo)

Sebelum konten dipublikasikan, editlah beberapa kali. Cermati bagian-bagian yang gak perlu ditayangkan. Bukan hanya karena gambarnya kurang jelas misalnya, tetapi lebih pada bentuk kehati-hatian atas risiko yang mungkin terjadi.

Contohnya, ketika narasumber menyebut nama sejumlah orang dalam kisahnya. Kamu belum bisa memastikan kebenaran perkataannya tentang orang-orang tersebut, sehingga nama mereka sebaiknya disensor. Begitu pula alamat dan informasi pribadi lainnya yang dapat berbahaya kalau tersebar.

4. Bersikap penuh empati

ilustrasi wawancara (pexels.com/cottonbro studio)

Untuk menggali cerita kehidupan orang lain, kamu tidak dapat hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bagaimanapun, kisah itu sangat pribadi dan mungkin ada hal-hal yang sensitif buat dia. Wajib untukmu memiliki kemampuan berempati yang tinggi.

Lihat dan rasakan kisah itu dari sudut pandangnya. Jangan sampai kurangnya empati membuat kamu terkesan meremehkan kisah hidupnya atau menghakimi keputusan dan perbuatannya di masa lalu. Empati juga menghindarkanmu dari salah bertanya yang bikin narasumber marah, serta membatalkan kesediaannya untuk menjadi bagian dari kontenmu.

5. Hargai batasan privasinya

ilustrasi membuat konten (pexels.com/Kyle Loftus)

Walaupun seseorang telah memberimu izin buat bikin konten dari kisah hidupnya, jangan bersikap seakan-akan dia gak punya privasi lagi. Fokus saja pada bagian kisah hidupnya yang hendak diangkat. Kamu tidak perlu mengulik seluruh perjalanan hidup hingga aib-aibnya.

Bila dirimu perlu mendokumentasikan kesehariannya, sepakati kapan dan apa saja yang tidak boleh direkam. Jangan asal pasang kamera di mana-mana atau terus mengikutinya yang membuatnya kehilangan ruang pribadi.

6. Memberikan kesempatan pada pihak lain untuk klarifikasi

ilustrasi berbincang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Contohnya, dalam kontenmu seseorang merasa tersakiti atau ditelantarkan oleh keluarganya. Setelah konten itu tayang dan disaksikan keluarganya, mereka tidak terima karena merasa kebenarannya gak seperti itu. Mereka ingin memberikan klarifikasi melalui dirimu.

Sebagai pembuat konten, alangkah baiknya jika kamu bisa memberi kesempatan yang sama untuk mereka bicara. Ini akan menjadi penyeimbang informasi yang beredar di masyarakat. Tetap tempatkan dirimu di posisi yang netral.

7. Uang dari konten dibagi dua

ilustrasi membuat konten (pexels.com/cottonbro studio)

Jika konten tersebut menghasilkan uang, telah semestinya dirimu gak menikmatinya sendirian. Materi kontenmu kan, sepenuhnya kisah hidup seseorang. Artinya, tanpa kesediaannya berbagi cerita, konten itu juga tidak ada.

Dengan atau tanpa ia meminta, seharusnya kamu telah memberikan sebagian uang yang dihasilkan dari konten tersebut. Bisa juga sejak awal kalian telah menyepakati fee-nya sehingga uang langsung diberikan. Cuan dari penayangan konten sepenuhnya menjadi milikmu atau tetap dibagi bila ada kesepakatan lain antara kamu dengannya.

Selama seseorang tidak keberatan, bikin konten dari kisah hidupnya tentu boleh-boleh saja. Barangkali ada banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh masyarakat. Namun, perhatikan ketujuh hal di atas untuk meminimalkan masalah selepas konten kadung ditayangkan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us