Dendam mungkin terasa seperti kekuatan, tapi sesungguhnya ia menyimpan racun yang lambat-lambat menggerogoti ketenangan jiawa. Saat seseorang terlalu larut dalam Hasrat membalas, ia tidak hanya kehilangan kejernihan berpikir, tetapi juga merusak kestabilan emosinya sendiri. Menuruti dendam secara terus-menerus bukanlah bentuk kekuatan, melainkan sebuah jerat yang menahan seseorang dalam luka yang tak kunjung sembuh.
5 Kerusakan Emosional Akibat Terlalu Menuruti Dendam

Intinya sih...
Kemarahan yang berkepanjangan
Pendendam menyimpan kemarahan secara terus-menerus, merusak kesehatan mental dan emosional.
Kehilangan empati
Menyimpan dendam membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan kebaikan dan memahami perasaan orang lain.
Kecemasan dan kegelisahan kronis
Dendam menciptakan kekhawatiran konstan, baik tentang rencana balas dendam maupun ketakutan akan dikhianati lagi.
1. Kemarahan yang berkepanjangan
Seorang pendendam terus memilih untuk menyimpan kemarahan secara berkepanjangan. Orang seperti ini belum memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik. Kemarahan yang berkepanjangan tentu saja tidak sehat untuk mental.
Dendam memelihara amarah dalam jangka panjang. Emosi ini, jika terus dipelihara, bisa meledak dalam bentuk kata-kata kasar, tindakan destruktif atau bahkan kebencian terhadap diri sendiri.
2. Kehilangan empati
Kerusakan emosional yang kedua akibat dari menyimpan dendam ialah tidak bisa merasakan kebaikan. Seorang pendendam menutup akses untuk bisa sembuh. Mereka kehilangan empati karena tidak bisa menoleransi orang lain.
Seseorang yang tenggelam dalam dendam perlahan kehilangan kemampuan untuk memahami perasaa orang lain. Empati terkikis oleh rasa benci dan luka, membuat hubungan sosial menjadi kaku dan penuh ketegangan.
3. Kecemasan dan kegelisahan kronis
Seorang pendendam tidak bisa mengendalikan emosi dengan baik. Mereka hanya mengndalkan emosi saja tanpa menyeimbangkan dengan logika. Akibatnya kecemasan dan kegelisahan terus menghinggap.
Dendam menciptakan kekhawatiran konstan, baik tentang rencana balas dendam maupun ketakutan akan dikhianati lagi. Akibatnya,hidup dijalani dalam suasan batin yang tidak pernah tenang.
4. Terjebak dalam masa lalu
Menjadi kebiasaan bahwa orang pendendam tidak bisa melupakan rasa sakit akibat masa lalu. Mereka terjebak dalam masa lalu yang sangat gelap. Ini yang membuat emosi merasa tidak bisa stabil dan terus mengingat masa lalu.
Orang yang menuruti dendam cenderung terus hidup dalam peristiwa lama. Ini membuatnya sulit menikmati momen sekarang atau memikirkan masa depan secara jernih.
5. Menurunnya harga diri
Tak bisa dipungkiri bahwa orang pendendam selalu tidak tenang karena dirinya tidak bisa mengelola emosi. Mereka merasa bahwa kualitas dirinya ditentukan oleh sikap orang lain terhadapnya. Akibatnya mereka menggap harga dirinya menurun.
Meski terdengar kontradiktif, dendam yang terus-menerus dipelihara justru bisa merusak pandangan terhadap diri sendiri. Seseorang merasa tidak berdaya tanpa dendam, padahal itu hanya ilusi kontrol.
Membalas dendam tak pernah benar-benar menyembuhkan luka, justru memperdalamnya. Saat seseorang terlalu menuruti dendam, ia sedang menjauh dari ketenangan dan kesehatan emosional yang sejati. Melepaskan dendam bukan berarti membenarkan kesalahn orang lain, tapi memberikan hal pada diri sendiri untuk hidup damai, tumbuh, dan pulih sepenuhnya.