5 Kebiasaan Pendendam yang Membuat Hidup Tak Pernah Tenang, Sudahi!

- Mengulang-ulang kejadian dalam pikiran, memilih untuk mengingat rasa sakit.
- Mencari cara membalas bukan menyembuhkan, membuat emosi negatif terus berkembang.
- Sulit mempercayai orang lain, menarik jarak bahkan terhadap orang-orang yang tidak bersalah.
Dendam adalah beban emosional yang sering disamarkan sebagai bentuk kekuatan atau pembelaan diri. Namun di balik itu, pendendam justru menjalani hidup dengan kegelisahan yang tak pernah benar-benar reda. Ketika luka, lama terus dipelihara dan keinginan untuk membalas menjadi pusat pikiran, ketenangan pun menjauh perlahan.
Tanpa disadari, ada kebiasaan-kebiasaan terntentu yang membuat seseorang terjebak dalam pusaran emosi negatif dan menghambat ketenangan batin. Berikut beberapa kebiasaan yang menghilangkan ketenangan.
1. Mengulang-ulang kejadian dalam pikiran

Banyak pilihan yang bisa dipilih oleh seseorang dalam kehidupan. Diantara banyaknya pilihan tersebut ada pilihan kebahagiaan dan kesedihan. Namun, seorang pendendam justru memilih untuk mengingat rasa sakit yang pernah ada.
Mereka memilih mengulang-ulang kejadian dalam pikiran. Pendendam cenderung memutar ulang peristiwa menyakitkan di benaknya, seolah luka itu harus tetap hidup agar bisa dibalas. Akibatnya, pikiran tak pernah benar-benar.
2. Mencari cara membalas bukan menyembuhkan

Berbeda dengan orang yang cerdas, dimana setiap ada masalah dalam hidupnya bisa dengan mudah untuk mencari solusi. Tapi seorang pendendam malah berupaya mencari cara membalas bukan menyembuhkan. Ini yang bikin mereka malah mendatangkan rasa sakitnya kembali.
Alih-alih fokus pada penyembuhan, pendendam sibuk merancang strategi pembalasan. Hal ini membuat emosi mereka terus berada dalam mode singa, penuh ketegangan dan kesemasan.
3. Sulit mempercayai orang lain

Kebiasaan pendendam berikutnya yakni seseorang lebih memilih untuk mendendam semuanya sendiri. Mereka sangat sulit mempercayai orang lain, tentu saja ini membuat hidupnya sangat gelap. Tidak bisa menceritakan keluh kesahnya pada siapapun.
Rasa terluka membuat mereka menarik jarak, bahkan terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Kecurgiaan menjadi kebiasaan dan kesepian pun ikut tumbuh.
4. Merasa diri selalu benar

Pendendam sebenarnya tidak bisa berpikir jernih dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Ini yang bikin mereka jadi tidak bijak dalam menyikapi rasa sakit yang didapatkannya. Ini karena mereka merasa diri selalu benar dalam kondisi apapun.
Pendendam sering merasa bahwa dendamnya sah karena merasa diperlakukan tidak adil. Pola pikir ini menutup pintu introspeksi dan menghalangi proses pertumbuhan diri.
5. Menolak memaafkan bahkan diri sendiri

Pendendam sangat sulit untuk bisa berlapang dada. Tentu saja ini karena mereka masih memutuskan untuk tidak menyimpan rasa sakit itu. Menolak memaafkan bahkan ke dirinya sendiri.
Mereka bukan hanya sulit memaafkan orang lain, tetapi juga diri sendiri atas kelemahan yang pernah terjadi. Ini membuat mereka terus dihantui rasa bersalah atau marah yang tak pernah selesai.
Melepaskan dendam bukan berarti melupakan luka, tapi memilih untuk tidak terus disakiti olehnya. Hidup yang damai dimulai dari keberanian untuk membebaskan diri dari kebiasaan yang mengikat pada masa lalu. Dengan mengenali dan menghentikan kebiasaan pendendam, maka akan memberi ruang bagi diri sendiri untuk sembuh, berkembang, dan menjalani hidup yang lebih ringan dan penuh makna.