Alasan Imlek Identik dengan Musim Hujan, Tanda Keberuntungan!

Tahun Baru Imlek jatuh pada Minggu, 10 Januari 2024. Hari istimewa ini sangat penting bagi mereka yang memiliki keturunan Tionghoa. Tidak hanya identik dengan warna merah yang dominan, saat perayaan Imlek juga selalu ada makanan lezat yang menggugah selera, bahkan hujan dan keberuntungan.
Keberkahan yang dihubungkan dengan musim hujan menjadi daya tarik tersendiri. Ini mengingatkan akan hubungan erat antara alam dan budaya dalam tradisi Tionghoa. Tetapi, mengapa Imlek terkait dengan musim hujan dan keberuntungan?
1. Penyebab hujan turun saat perayaan Imlek di Indonesia

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tahun Baru Imlek selalu terjadi pada bulan yang merupakan bagian dari musim hujan, yaitu Januari atau awal Februari. Pada waktu Imlek, beberapa daerah di Indonesia sedang menghadapi puncak musim hujan pada waktu tersebut. Beberapa faktor menjadi penyebab utama curah hujan pada periode itu.
Dr. Agie Wandala Putra, Ketua Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga menegaskan, bahwa hujan yang sering terjadi selama perayaan Imlek sebenarnya disebabkan oleh Imlek jatuh pada periode musim hujan, yaitu bulan Januari dan Februari. Oleh karena itu, secara ilmiah, keberadaan hujan pada saat perayaan Imlek merupakan hasil dari penempatan waktu yang tepat, yakni saat bulan tersebut memang tengah mengalami musim hujan.
2. Hujan merupakan simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tiongkok sendiri menganggap hujan sebagai sebagai simbol keberuntungan. Nathan Lee Long, Wakil Presiden dan Anggota Asosiasi Tionghoa Cairns, menyatakan, bahwa turunnya hujan deras pada awal tahun baru dianggap sebagai isyarat akan kemakmuran yang akan datang, seperti yang dikutip ABC.
"Air, aliran air, atau hujan dianggap sebagai lambang keberuntungan di China, dan biasanya kita melihatnya di lokasi-lokasi di mana kepercayaan takhayul sangat umum, seperti sungai, air mancur, atau air terjun. Oleh karena itu, mendapatkan hujan sebelum Tahun Baru Imlek juga dianggap sebagai pertanda keberuntungan," ungkap Nathan Lee Long.
Di samping itu, menurut buku "Tionghoa Tanjungpinang: Liao Lai Nang," gerimis atau hujan selama perayaan Tahun Baru Imlek dianggap membawa keberkahan. Namun, keyakinan ini tidak hanya terbatas pada perayaan Imlek, melainkan juga berlaku setiap kali hujan turun, terutama pada acara-acara istimewa seperti pernikahan dan kelahiran seorang bayi.
3. Makna perayaan Imlek

Tahun Baru Imlek memiliki makna yang mendalam sebagai tradisi Tionghoa, menggabungkan unsur-unsur spiritual, budaya, dan keberuntungan untuk menyambut awal tahun baru dalam kalender lunar. Dilansir Asia For Educators, bagi orang Tionghoa di Tiongkok dan komunitas etnis di seluruh dunia, tahun baru Lunar merupakan perayaan paling signifikan dan meriah sepanjang tahun.
Seiring dengan tradisi agraris Tiongkok yang telah berlangsung berabad-abad, periode ini menjadi waktu istirahat bagi para petani dari pekerjaan ladang mereka. Di samping itu, hujan yang dianggap sebagai lambang keberuntungan pada perayaan Imlek memiliki akar dalam sejarah etnis Tionghoa yang sebagian besar menekuni profesi sebagai petani.
Kehidupan mereka sangat tergantung pada pertanian, sehingga hujan dianggap sebagai anugerah yang membawa keberkahan. Diceritakan bahwa perayaan Imlek berasal dari cara petani Tiongkok menyambut musim semi. Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur karena mereka merasa diberkahi, mulai dari hasil panen yang melimpah hingga keindahan musim semi.
Tidak hanya disebut sebagai Tahun Baru Imlek, perayaan ini juga sering disebut sebagai Festival Musim Semi. Sampai saat ini, Tahun Baru Imlek yang identik dengan hujan tidak hanya dianggap sebagai perayaan keagamaan, tetapi juga diwariskan sebagai tradisi dan budaya dari generasi ke generasi.
Hujan dianggap sebagai simbol berkah dan keberuntungan, menambahkan nuansa kehangatan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dengan demikian, Imlek yang selalu terkait dengan musim hujan bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, melainkan sebuah cerminan kebijaksanaan budaya dan spiritual yang terus berkembang dalam sejarah panjang dan kaya budaya Tionghoa.