ilustrasi menikmati hujan (pexels.com/Helena Jankovičová Kováčová)
Saat panas, tubuh bekerja lebih keras untuk mempertahankan suhu optimalnya dengan meningkatkan detak jantung dan mengeluarkan keringat. Paparan suhu tinggi dalam waktu lama juga menyebabkan dehidrasi, yang bikin aliran darah ke otak melambat, sehingga tubuh kita jadi lelah. Itu kenapa, kita cenderung pengin hujan.
Sebaliknya, saat hujan, ritme tubuh jadi melambat, kita jadi relaks dan pengin rebahan, minum teh hangat, dengerin lagu mellow, atau sekadar bengong aja gak ngapa-ngapain. Tubuh serasa dapat cooling system alami. Di sisi lain, perubahan tekanan udara dan kelembapan saat hujan juga bisa bikin sebagian orang merasa pusing atau lesu. Makanya kita jadi berharap ada matahari nongol dan panas lagi. Kayak gitu aja terus.
Hujan dirindukan saat panas karena ia menawarkan udara yang lebih sejuk, suasana yang lebih tenang, dan ritme hidup yang melambat. Namun ketika hujan benar-benar datang, sudah selayaknya kita juga harus siap menghadapi kerepotan yang menyertainya. Jadi sebenarnya kita gak benci hujan, namun kondisi otak dan psikologis kita yang cara kerjanya demikian. Kadang yang perlu kita lakukan hanya belajar menerima bahwa setiap hal yang datang pasti ada baik dan buruknya.