Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Unsplash.com/gustavoscafeli
Unsplash.com/gustavoscafeli

Siapa diri kita yang sebenarnya akan sangat terlihat dari reaksi kita saat melihat orang lain melakukan kesalahan. Kok bisa begitu? Iya dong, sebab kesalahan membuat posisi orang yang melakukannya lagi gak bagus.

Sebaliknya, kita yang cuma menonton kesalahan itu terjadi sering kali merasa lebih baik darinya. Kemampuan kita berempati akan sangat diuji di sini. Kalau selama ini kita masih gampang mentertawakan kesalahan orang lain, mengingat baik-baik 6 hal berikut ini akan sangat membantu buat menghentikan kebiasaan buruk itu.

1.Melakukan kesalahan itu manusiawi banget

Unsplash.com/adesh_bankar

Hanya karena saat ini orang lainlah yang sedang melakukan kesalahan, bukan berarti kita sendiri bebas dari kealpaan, kan? Kalau kita mau introspeksi, daftar kesalahan yang pernah kita lakukan sepanjang hidup tentu juga panjang.

Ini artinya, selagi kita masih manusia, kesalahan itu wajar terjadi. Jangan sampai tanpa sadar kita menganggap diri sendiri manusia setengah dewa yang gak mungkin melakukan kesalahan seperti orang lain.

2.Besar kemungkinan dia benar-benar gak sengaja

Unsplash.com/mishaalzahed

Dalam kondisi sadar penuh, tentu gak ada orang yang dengan suka hati berbuat salah. Sebab kesalahan yang dilakukan juga akan memengaruhi reputasinya. Maka faktor ketidaksengajaan itu harus tetap kita pertimbangkan agar kita gak bereaksi secara berlebihan. Kalau bukan kita sendiri yang berusaha mengendalikan respons kita, siapa lagi?

3.Kesalahan sudah membuatnya malu, jangan menambahi bebannya

Unsplash.com/holypatt

Ketika seseorang ketahuan melakukan kesalahan, makin banyak yang tahu makin malu juga dirinya. Bahkan orang-orang yang lebih sensitif sudah merasa malu sekalipun baru dia sendiri yang menyadari kekeliruan itu.

Jadi, apakah kita masih perlu membuatnya makin terbebani secara psikis? Jangan senang menghukum orang lain. Apalagi menghukum bagian dari sisi manusiawinya.

4.Kalau kita yang ada di posisinya, mau dibegitukan, gak?

Unsplash.com/james8152

Nah, ini poin pentingnya. Coba deh, kita membayangkan berada di posisinya. Apakah kita akan senang kalau diolok-olok? Gak, kan?

Saat kita melakukan kesalahan, yang kita perlukan hanya tiga. Pemakluman, petunjuk tentang yang lebih tepat, dan kesempatan untuk memperbaikinya. Sedang olok-olok bukannya berguna malah cuma bikin mental kita down.

5.Dengan menyadari dan mau belajar, orang yang hari ini melakukan kesalahan bisa menjadi jauh lebih hebat daripada kita

Unsplash.com/charbelaounlb

Ini yang selalu kita lupakan kalau kita punya sifat senang menertawakan kesalahan orang lain. Kesalahan selalu kita pandang sebagai kebodohan, sesuatu yang benar-benar gak layak dilakukan. Padahal, asal ada kemauan, kesalahan justru menjadi pelajaran yang amat berharga untuk menjadikan seseorang lebih baik lagi.

Coba saja cermati di sekitar kita. Berapa banyak orang yang akhirnya cuma bisa tertunduk malu karena orang-orang yang dahulu kerap mereka tertawakan malah sekarang jauh lebih hebat daripada mereka?

6.Suka mengolok-olok kesalahan orang lain hanya menunjukkan rendahnya kualitas diri kita

Unsplash.com/ecosmitty

Gak ada orang yang benar-benar sukses pekerjaannya cuma mengolok-olok orang lain yang sedang mengalami kegagalan. Gak ada orang pintar sungguhan yang senang menjadikan ketidaktahuan orang lain sebagai lelucon. Maka jika kita gemar merundung orang yang berbuat kesalahan, sudah pasti kita gak lebih baik daripada dia.

Kita bisa saja bertingkah sok hebat. Tetapi orang-orang di sekitar kita akan memperhatikan sampai ke hal-hal terkecil. Dan siap-siap saja kalau mereka kemudian berkesimpulan bahwa kita tak ubahnya tong kosong nyaring bunyinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team