5 Alasan Penting Menyediakan Opsi Pembayaran Tunai dan Cashless

- Transaksi digital didorong, tapi uang kertas dan logam juga diterima
- Digitalisasi lebih populer di kalangan anak muda
- Makin banyak alternatif pembayaran makin
Viralnya peristiwa seorang nenek yang tidak bisa melakukan pembayaran tunai di sebuah gerai roti menarik perhatian publik. Diskusi terkait hal ini pun menjadi penting. Bagaimana sebaiknya pengusaha menyediakan pilihan pembayaran untuk konsumen produknya?
Apakah masyarakat Indonesia sudah betul-betul siap beralih sepenuhnya ke transaksi nontunai? Jika kamu bergerak di bidang penyedia layanan jasa maupun barang harus bijak kasih alternatif cara pembayaran. Jangan sampai konsumen kabur karena dirimu seakan-akan bersikap tak mau tahu dengan kendala yang dialami mereka.
Terbaik tetap mengombinasikan pembayaran tunai serta cashless. Baik lokasi usahamu di kota besar maupun daerah. Pengguna layanan dapat datang dari mana saja. Selengkapnya, berikut alasan pembayaran digital serta tunai perlu saling melengkapi.
1. Transaksi digital didorong, tapi uang kertas dan logam juga diterima

Transaksi digital memang makin didorong untuk saat ini. Pertimbangannya, selain kepraktisan juga keamanan. Orang tak perlu lagi membawa-bawa uang tunai dalam jumlah besar. Itu akan meningkatkan risiko keselamatan.
Meski demikian, pelaku usaha jangan lupa bahwa uang fisik baik kertas maupun logam yang masih beredar juga merupakan alat pembayaran yang sah. Kamu tidak boleh menolak orang yang hendak membayar barang atau jasa dengan uang tunai. Dirimu cuma boleh menyarankan pembayaran nontunai.
Artinya, jangan ada pemaksaan di sini. Keputusan kembali ke tangan konsumen. Kalau mereka punya aplikasi perbankan, kartu debit, kartu kredit, atau dompet digital dapat membayar cashless. Akan tetapi, pembayaran dengan uang kertas atau logam pun diterima.
2. Digitalisasi lebih populer di kalangan anak muda

Pelaku usaha juga mesti paham betul bahwa digitalisasi belum menyentuh semua kalangan. Berbagai cara pembayaran nontunai lebih akrab di kalangan anak muda. Bahkan usia 40 tahun ke atas pun gak sefamilier orang berusia 20 tahunan terkait pemakaian dompet digital.
Apalagi masyarakat lanjut usia. Mereka sudah jauh lebih lama bertransaksi apa pun secara tunai. Tidak mudah untuk mereka beralih ke penggunaan kartu debit, kartu kredit, transfer, atau QRIS.
Bahkan bila usahamu membidik anak muda sebagai pasarnya, tetap ada kemungkinan generasi di atasnya ikut berbelanja. Misalnya, lansia yang ingin membelikan makanan dan minuman kesukaan anak atau cucunya. Kian beragam usia orang yang potensial menjadi konsumenmu, pilihan pembayaran yang lengkap tidak bisa ditawar.
3. Makin banyak alternatif pembayaran makin baik bagi konsumen

Intinya, calon konsumen hanya ingin kemudahan. Baik kemudahan dalam hal pemenuhan kebutuhannya maupun pembayarannya. Bila mereka merasa dimudahkan oleh layananmu pasti bakal menjadi pelanggan.
Bahkan dengan sendirinya mereka merekomendasikan tokomu ke orang lain. Maka dari itu, variasi cara pembayaran sangat penting. Bagi sebagian orang, pembayaran nontunai paling gampang.
Alasannya, mereka tak perlu membawa-bawa dompet dan menghitung uang. Uang yang dibayarkan juga tepat sesuai tagihan. Tidak ada pembulatan ke atas. Itu membantu mereka berhemat.
Namun, bagi sebagian orang lainnya transaksi nontunai malah merepotkan. Sedikit-sedikit mereka mesti membuka aplikasi. Padahal koneksi internet tak selalu stabil. Belum lagi lupa PIN.
4. Malah jadi drama kalau orang telanjur pesan dan gak bisa bayar

Ini yang harus diantisipasi olehmu sebagai pemilik usaha. Setiap kebijakanmu dapat berpengaruh besar di lapangan. Kamu mungkin cuma menginstruksikan pada karyawan agar pembayarannya nontunai, bukan tunai.
Akan tetapi, situasi di lapangan bisa lebih kompleks. Tidak ada pengumuman besar yang memberitahukan bahwa pembayaran harus cashless. Pun di gerai makanan atau minuman milikmu, pembayarannya di akhir.
Dapat setelah menu dipesan atau bahkan usai konsumen selesai makan. Gawat kalau ternyata mereka cuma membawa uang tunai dan gak bisa melakukan pembayaran digital. Satu sisi, pembeli merasa terjebak dan panik. Di sisi lain, karyawanmu juga tak mau kena sanksi apabila ada pesanan yang tidak dibayar sesuai prosedur.
5. Dalih pengawasan internal jangan merugikan masyarakat

Memang sistem pembayaran nontunai dapat sangat membantumu untuk memeriksa arus uang yang masuk. Kamu menjalankan usaha dari jauh pun aman. Kecil kemungkinan karyawan di lapangan dapat menyalahgunakan uang pembayaran.
Akan tetapi, itu urusan internal dalam usahamu. Seharusnya masyarakat luas sebagai konsumen tak terkena akibat negatifnya. Bagaimanapun juga, aliran uang datang dari mereka. Sudah tugasmu sebagai owner buat memikirkan strategi pengawasan yang tepat.
Jangan sampai ada aliran uang yang bocor dan merugikanmu. Namun, jangan pula konsumen merasa dipersulit. Sekalipun pembayaran nontunai memudahkan pengawasan, bila calon konsumen kabur malah kamu yang rugi.
Pemilik usaha perlu mempertimbangkan betul metode pembayaran untuk konsumennya. Sayang apabila produkmu sudah berkualitas, peminatnya banyak, tapi cara pembayaran menjadi kendala. Jangan meminta calon konsumen menyesuaikan diri dengan aturanmu. Kamulah yang wajib memahami kebutuhan dan keinginan mereka bila ingin usahamu bertahan.


















