Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi serakah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Banyak orang tidak sadar masih memelihara sifat serakah. Mereka tidak mau mensyukuri kenikmatan yang jelas-jelas sudah dikaruniakan. Sebaliknya, justru melirik kepemilikan orang lain. Kemudian timbul niat ingin merebutnya. Rasa bangga muncul ketika berhasil mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Di awal mungkin masih merasa bahagia. Bangga dan puas campur aduk jadi satu. Tapi apakah bisa menjamin kebahagiaan yang dirasakan bertahan dalam jangka panjang? Sadar atau tidak, serakah justru mengikis kebahagiaan. Inilah lima alasannya. Tidak seharusnya kita membiasakan diri merebut kepemilikan orang lain.

1. Orang yang serakah selalu merasa kekurangan

ilustrasi dompet kosong (pexels.com/Ahsanjaya)

Masing-masing orang dikaruniai rezeki berbeda. Beberapa orang mungkin dikaruniai rezeki dari segi harta yang melimpah. Sebagian lagi memiliki wibawa dan pengaruh kuat di lingkungan masyarakat. Tapi ada juga yang rezekinya berupa orang-orang tulus dan pengertian. Seharusnya kita bisa mensyukuri rezeki yang didapat.

Tapi ini tidak akan terjadi jika kamu masih serakah. Sosok dengan sifat tersebut selalu merasa kekurangan. Sebanyak apapun rezeki yang dianugerahkan tidak pernah cukup. Bahkan ingin merebut kepemilikan orang lain yang tidak seberapa. Seandainya seluruh dunia mampu dimiliki, rasa kurang itu tidak akan menghilang.

2. Hati gelisah sepanjang waktu

Editorial Team

Tonton lebih seru di