Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi persahabatan (pexels.com/Alexander Suhorucov)
ilustrasi persahabatan (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Intinya sih...

  • Teman yang baik saat kamu di bawahnya justru bisa berubah menjadi pengkhianat
  • Bantuan yang diberikan pada masa lalu tak lain untuk mempertahankan posisinya
  • Pengkhianatan muncul karena temanmu tidak suka kesuksesanmu melebihi dirinya

Tak pernah bermusuhan, justru secara nyata terbukti salung dukung. Terlebih, dia yang saat ini jadi pengkhianat dulunya jelas selalu ada di sisimu hingga membantu kamu selama berada di fase bawah, lho.

Bantuan yang diberikan pun tak tampak klise, tapi bantuan secara langsung. Jelas kamu tak menyangka teman setulus itu bisa berubah mengkhiatani, ya. Lantas, apa alasan di balik perubahan sifatnya? Langsung simak ulasan berikut.

1. Dahulu terasa saling dukung karena statusnya kamu masih di bawahnya

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Hingga detik ini rasanya belum percaya bahwa teman baikmu telah menjadi seorang pengkhianat. Bukan tanpa alasan, kamu pun berkaca pada hubungan kalian yang baik-baik saja di masa lalu.

Coba renungkan hasil cerminanmu, apa perbedaan situasi dan kondisimu dahulu dengan sekarang? Jelas dari sisi kamu dengan progres pencapaianmu. Ya, dahulu dia baik karena kamu statusnya berada di bawahnya.

Intinya, dia tidak suka ada yang menyalip posisi kesuksesannya, termasuk kamu temannya sendiri. Alhasil, dia yang baik jadi menunjukkan sifat aslinya yang licik karena tak terima kini level kesuksesannya itu berubah berada di bawahmu.

2. Selama ini kebaikannya itu sebagai momen unjuk kehebatan diri, merasa keren bantu orang yang di bawahnya

ilustrasi personal branding (pixabay.com/JerzyGorecki)

Dia memang baik, hobinya membantu kamu yang di bawah, tapi tidak saat situasi dan kondisinya kamu berada di atasnya. Bantuan yang diberikan itu bukan tanpa alasan, yakni ingin unjuk kehebatan dirinya sendiri.

Dia membantu tapi berbalut ingin menujukkan ke kamu kalau kemampuannya lebih hebat dari kamu. Terlebih, saat membantu dia tidak berfokus ke kamu, tetapi ke dirinya yang merasa keren bisa bantu orang lemah di bawahnya. Tidakkah kamu merasakan hal tersebut sedikit pun? Renungkan.

3. Seketika berubah jadi musuh licik untuk menghancurkan pencapaianmu yang di atasnya

ilustrasi persahabatan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pengkhianatan pun tak terelakkan lagi ketika posisi berbanding terbalik, kamu di atas, dia di bawahmu. Kamu baru menyadari karakter aslinya yang tidak menyukai kesuksesan dari temannya sendiri

Lebih tepatnya, baginya kamu boleh sukses, asal tidak lebih sukses darinya. Tapi, karena kamu melanggar hal tersebut, ia pun berubah jadi menusukmu dari belakang.

Dia ingin mempertahankan posisinya sebagai orang yang lebih hebat dari kamu. Itulah mengapa dia jadi pengkhianat dari yang membantu berubah jadi licik ingin menghancurkan pencapaianmu. 

4. Prinsipnya, tidak boleh ada yang lebih dominan daripada dirinya

ilustrasi personal branding (pexels.com/Moose Photos)

Bagi temanmu yang pengkhiatan itu, karakter sebagai pemeran utama begitu melekat dan harus terus melekat pada dirinya. Alhasil, jelas karakter utama harus punya segalanya, lebih dari sekitarnya, gak mungkin pemeran utama takdir kelasnya ada di bawah.

Keinginan untuk selalu mendominasi inilah yang pada akhirnya melahirkan harga diri yang tinggi darinya. Gengsinya rasanya jika harus berada di bawahmu. Sebaliknya, ego dan gengsi tingginya seolah diberi makan saat bisa membantu kamu yang posisinya di bawah, bukan seperti sekarang.

Oleh karena kamu sudah sukses, ada rasa iri yang dibalut merasa kemampuannya lebih hebat, kamu tak pantas ada di puncak kesuksesan yang lebih darinya. Semua itu alasan di balik berubahnya dia jadi pengkhianat yang ingin menghancurkan pencapaianmu.

Pada akhirnya, menghadapi orang yang semacam ini tak akan pernah ada ujungnya. Dengan citranya yang ingin terus ia jaga,terlebih egonya yang tinggi. Maka, sampai kapan pun ia tak akan mengaku salah, apalagi meminta maaf kepadamu.

Jadi, selama tidak merugi yang begitu besar, cukup putus semua akses interaksi dengan dia, ya. Kamu bisa memulai lembaran baru yang lebih damai dan tenang. Tak perlu repot berurusan dengannya, hanya akan buang-buang waktu, tenaga, pikiran, bahkan finansial tanpa hasil yang berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team