Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bertengkar
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Budgeron Bach)

Intinya sih...

  • Menang debat sering tidak mengubah apa pun

  • Banyak pertengkaran dipicu rasa tidak mau terlihat kalah

  • Tidak semua pertengkaran bertujuan mencari solusi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menurunkan ego sering dikira mengalah, padahal dalam hidup sehari-hari justru berkaitan dengan kemampuan membaca mana urusan penting dan mana yang cuma buang tenaga. Banyak pertengkaran terjadi bukan karena masalahnya besar, melainkan karena dorongan untuk tidak mau kalah di momen tertentu.

Menurunkan ego di sini bukan soal kedewasaan ala kutipan motivasi, tetapi soal memilih respons yang tidak merepotkan diri sendiri di kemudian hari. Tidak semua perbedaan pendapat perlu dituntaskan dengan adu argumen panjang. Berikut alasan-alasan yang jarang dibicarakan mengapa sebagian pertengkaran memang tidak layak dimenangkan.

1. Menang debat sering tidak mengubah apa pun

ilustrasi debat (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak pertengkaran selesai saat salah satu pihak berhenti bicara, bukan karena masalahnya beres. Keesokan harinya, masalah tetap berjalan dengan pola yang sama. Tidak ada keputusan baru, tidak ada perubahan sikap, dan tidak ada hasil yang bisa dipakai. Sementara, yang tertinggal hanya ingatan bahwa semalam ada adu argumen.

Perubahan lebih penting daripada pembenaran. Mengalah di momen tertentu sering memberi jalan agar urusan tetap jalan tanpa drama lanjutan. Tidak semua masalah butuh pemenang untuk bisa dilanjutkan. Kadang cukup berhenti ribut agar hari berikutnya tidak ikut rusak. Menang bicara jarang punya efek jangka panjang.

2. Banyak pertengkaran dipicu rasa tidak mau terlihat kalah

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Timur Weber)

Tidak sedikit orang bertahan dalam adu argumen bukan karena yakin benar, tetapi karena malas terlihat salah. Kalimat terus keluar demi menjaga gengsi, bukan demi menyelesaikan urusan. Dari luar, pertengkaran terlihat serius, padahal intinya cuma soal siapa yang harus mundur duluan. Masalah awal sering tertutupi oleh keinginan mempertahankan posisi.

Menurunkan ego di titik ini justru memutus lingkaran yang tidak perlu. Banyak pertengkaran bisa selesai lebih cepat kalau salah satu pihak berhenti meladeni. Mengalah bukan berarti mengaku salah, tetapi memilih tidak terjebak. Hidup tidak selalu perlu pembuktian di setiap obrolan. Kadang melepas lebih menguntungkan daripada bertahan.

3. Tidak semua pertengkaran bertujuan mencari solusi

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/Timur Weber)

Ada adu mulut yang sejak awal tidak ingin diselesaikan. Ucapan dipakai untuk meluapkan kesal, bukan untuk mencari jalan keluar. Apa pun tanggapan yang diberikan tidak akan mengubah arah pembicaraan. Semakin diladeni, semakin panjang dan melelahkan.

Dalam kondisi seperti ini, berhenti adalah pilihan paling masuk akal. Mengalah bukan karena tidak mampu berargumen, tetapi karena tidak ada gunanya. Waktu dan pikiran bisa dipakai untuk hal yang lebih jelas manfaatnya. Tidak semua pertengkaran perlu ditutup dengan kesepakatan. Beberapa memang lebih sehat jika dibiarkan berhenti.

4. Mengalah sesekali menjaga urusan jangka panjang

ilustrasi bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak urusan hidup tidak selesai dalam satu pertemuan. Kerja, keluarga, dan pertemanan terus berjalan setelah pertengkaran lewat. Adu argumen yang dimenangkan dengan cara keras sering meninggalkan rasa tidak enak yang muncul belakangan. Obrolan berikutnya menjadi kaku, kerja sama terasa dipaksakan.

Menurunkan ego di momen tertentu bisa menjaga kelancaran hubungan ke depannya. Hubungan tidak dibebani sisa emosi yang sebenarnya bisa dihindari. Keputusan ini bersifat praktis, bukan idealis. Banyak urusan tetap berjalan justru karena ada yang memilih berhenti lebih dulu.

5. Tenang jauh lebih menyenangkan daripada merasa paling benar

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Keinginan untuk selalu benar sering dibayar mahal dengan pikiran yang terus berisik. Setelah pertengkaran selesai, kepala masih memutar ulang kalimat yang sudah diucapkan. Hari berjalan dengan perasaan kesal meski tidak ada lagi yang bisa diubah. Rasa puas karena menang jarang sebanding dengan lelahnya.

Menurunkan ego membantu menjaga isi kepala tetap ringan. Fokus bisa kembali ke pekerjaan, urusan rumah, atau hal lain yang memang perlu dibereskan. Tidak ada dorongan membuktikan apa pun kepada siapa pun. Banyak orang baru sadar bahwa ketenangan lebih berguna daripada pembenaran. Hidup terasa lebih sederhana tanpa beban adu argumen.

Menurunkan ego bukan berarti membiarkan diri dirugikan, tetapi memilih pertengkaran yang memang pantas diberi waktu. Menurunkan ego membantu memilah mana yang perlu diladeni dan mana yang cukup dilewati. Dari semua perdebatan yang muncul dalam hidup, mana yang benar-benar layak dimenangkan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team