TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips agar Self-Love Tidak Berujung Menjadi Narsis  

Tanpa disadari hal itu dapat terjadi 

ilustrasi self love (unsplash.com/Jackson David)

Saat ini, topik mengenai kesehatan mental melambung tinggi menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi oleh generasi muda. Kegoyahan terhadap diri sendiri akibat melihat kehidupan orang lain dapat diatasi dengan melakukan self-love (mencintai diri sendiri).

Pandangan ini menjadi berbenturan kembali oleh perilaku narsis yang sering disalahpahami. Self-love dapat terlihat mirip dengan narsis, tetapi keduanya sangat berbeda maknanya. Perhatikan lima tips berikut agar self-love-mu tak menjadi narsisme.

1. Pengertian self-love dan narsis 

Ilustrasi self love (unsplash.com/@wx1993)

Berdasarkan definisi sederhananya, self-love merupakan kondisi saat kamu mencintai apa pun pada dirimu. Baik itu kelebihan maupun kelemahan dan segala macam kejadian yang terjadi.

Sementara itu, narsis adalah saat kamu berpikiran terlalu tinggi akan dirimu yang berasal dari kekaguman orang lain atau lainnya yang menjerumuskan pada egois dan ketidak percayaan. Pada intinya, self-love adalah kebahagiaan yang muncul dari dalam dan narsis muncul dari faktor di luar diri yang berujung pada kegelisahan.

Baca Juga: 5 Konsep Keliru Soal Self-Love yang Sering Terjadi, Bukan Egois!

2. Pikiran orang yang mencintai diri sendiri dibanding tidak 

Ilustrasi bahagia (pexels.com/@olly)

Orang dengan self-love secara baik memperlakukan dirinya dan orang lain secara adil. Mereka memahami prinsip cukup dan mampu yang dapat diberikan. Setiap kesulitan diterima dengan penghargaan-penghargaan atas usaha yang dituangkan. Mereka memahami diri secara mendalam, baik secara manja maupun tegas.

Orang yang narsis menginginkan lebih banyak penghargaan untuk bisa diterimanya. Bagaimanapun yang dibelakang layar dan apa yang dilihat orang lain adalah nomor satu baginya. Perasaan menjadi teratas dan kepemilikan mendominasi pikirannya. Merasa dirinya terbaik adalah kepuasan yang diselimuti banyak ucapan manis.

3. Perbedaan pada perilaku 

ilustrasi belanja (pexels.com/gustavo Fring)

Contohnya saja, ketika melihat temannya membeli sepatu baru dengan harga fantastis setelah perjuangannya menabung sekian lama. Seseorang dengan self-love baik akan menempatkan perasaan senang dan syukur atasnya dengan mengerti akan perjuangannya dirinya sebagai temannya tersebut. Kemudian, ia pun akan bersyukur atas apa yang dimilikinya saat ini tanpa pamrih.

Sebaliknya, seorang yang narsis akan merasa kesal dalam hatinya, meski apa yang ditampakan itu baik. Bisa saja seorang narsisme kuat akan membeli barang yang lebih mahal daripada temannya agar pujian datang padanya. Terlepas dari bagaimana perasaan orang lain. Pujian dan penghargaan dari orang lain lebih mahal dari apa pun yang dimilikinya.

4. Langkah mudah menerapkan self-love 

ilustrasi selfie (pexels.com/RODNAE Productions)

Self-love melibatkan perasaan mendalam tentang diri seseorang yang dipadukan akal sehat dan rasional. Hal yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan dalam diri yang dengannya melepaskan diri dari rasa ego akan kepemilikan terhadap sesuatu secara berlebih. Kamu harus mengintrospeksi diri dan mengenal lebih dalam akan kebutuhan dirimu.

Rasa syukur dan pengelolaan diri akan menjadi lebih baik sejak kamu mengetahui siapa aslinya dirimu. Segala bentuk penerimaan dan penolakan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagimu dari sudut pandang positif. Pengorbananmu akan melahirkan pencapaian yang kamu akan puas dengannya.

Baca Juga: 7 Tips Self-Love untuk Lebih Menghargai Diri Sendiri

Writer

Adam Ghifari

Menulis untuk manfaat diri dan orang lain

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya