TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Layaknya Kartini, Malala Yousafzai Rela Tertembak Demi Bela Hak Pendidikan

#ParaPerempuanHebat Yuk, buat perubahan yang baik untuk dunia

thecommunity.com

Siapa yang tak kenal Kartini? Seorang wanita hebat yang namanya kan terus dikenang karena perjuangannya tuk emansipasi wanita. Baginya wanita tak hanya duduk diam di rumah dan melayani suami dan keluarga, wanita juga punya hak untuk belajar, menuntut ilmu sebagai bekal masa depan yang lebih baik.

Kisah yang tak jauh dari Kartini, muncul melalui sosok gadis remaja yang tahun ini menginjak usia 20 tahun. Ia adalah kartini masa kini, kartini untuk Pakistan, dan kartini untuk dunia. Malala Yousafzai, begitu namanya dikenal banyak orang sebagai penerima Nobel Perdamaian termuda tahun 2014. Namun dibalik itu semua, Malala sempat merasakan bagaimana ia mempertaruhkan nyawanya demi Hak Anak Perempuan untuk Pendidikan.

Gadis kelahiran Pakistan, 12 Juli 1997 ini merupakan seorang gadis biasa yang pada saat itu menentang larangan sekolah untuk kaum perempuan. Memang kala itu ada larangan sekolah untuk perempuan oleh Taliban, dibawah pimpinan Maulana Fazlullah. Oleh karena itu Malala menyerukan ketidaksetujuannya melalui radio.

Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!

Tak hanya itu, Malala juga menulis blog dengan nama samaran. Ia menuliskan bagaimana kondisi hidupnya selama Taliban berkuasa, dan protes ketidaksetujuan atas larangan sekolah bagi perempuan. Namun siapa sangka, protes Malala membawa musibah. Malala ditembak oleh Taliban dua kali, di kepala dan leher.

Betapa kerasnya hidup Malala saat itu, beruntung mujizat ada padanya hingga ia berhasil selamat dari tembakan maut tersebut. Menurut pimpinan Taliban, Malala ditembak bukan karena ia menyerukan hak untuk pendidikan, melainkan karena pemikirannya yang terlalu kritis terhadap segala peraturan yang telah Taliban tetapkan saat itu. Nyatanya gadis yang saat itu berusia 16 tahun, menjelaskan bahwa ia menentang larangan Taliban bukan karena pemerintah tetapi memang sudah seharusnya seluruh manusia mempunyai hak untuk Mengenyam pendidikan sebaik-baiknya.

"Let us make our future no, and let us make our dreams tomorrow's reality"

https://www.youtube.com/embed/q5M9L4k-HTI

Tak hanya itu, Malala juga menulis blog dengan nama samaran. Ia menuliskan bagaimana kondisi hidupnya selama Taliban berkuasa, dan protes ketidaksetujuan atas larangan sekolah bagi permepuan. Namun siapa sangka, protes Malala membawa musibah. Malala ditembak oleh Taliban dua kali, di kepala dan leher.

Betapa kerasnya hidup Malala saat itu, beruntung mujizat ada padanya hingga ia berhasil selamat dari tembakan maut tersebut. Menurut pimpinan Taliban, Malala ditembak bukan karena ia menyerukan hak untuk pendidikan, melainkan karena pemikirannya yang terlalu kritis terhadap segala peraturan yang telah Taliban tetapkan saat itu. Nyatanya gadis yang saat itu berusia 16 tahun, menjelaskan bahwa ia menentang larangan Taliban bukan karena pemerintah tetapi memang sudah seharusnya seluruh manusia mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan sebaik-baiknya.

Tahun 2013, Malala dengan berani menyampaikan pidatonya di Forum Majelis Kaum Muda, Markas Besar PBB New York. Tiga hal yang menjadi perhatian Malala, hak perempuan untuk sekolah, dan perlawaan terhadap terorisme.

One Child, One Teacher, One Book, And One Pen Can Change The World

https://www.youtube.com/embed/qu3aQMxkrc4

PBB menetapkan 12 Juli sebagai Hari Malala, memperingati hari tuk hak perempuan memperoleh pendidikan. Dan melaluinya pidatonya tersebut, Malala banyak mendapat penghargaan dari sleuruh dunia, meskipun negaranya sendiri yaitu Pakistan tetap menghujat dan menghina Malala, serangan teroris pun masih berkeliaran hingga saat ini.

Sebagai penerima Nobel Perdamaian dan Duta Perdamaian PBB, Malala menerbitnya sebuah buku berjudul “I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban” Melalui bukunya, Malala menyuarakan isi hatinya bahwa ia lebih suka dikenang sebagai gadis yang mau memperjuangkan kesamaan hak pendidikan untuk perempaun di seluruh dunia. Kisah tragisnya kini membawanya pada perjuangan demi perubahan yang lebih baik.

Kini Malala mendirikan yayasan kemanusiaan “Malala Fund”, latar belakang adanya yayasan ini adalah mungkin banyak orang yang mengalami hal yang sama dengan Malala, atau mungkin lebih banyak. Melalui yayasan ini, Malala ingin membantu anak-anak, siapa saja berada dibawah penderitaaan karena ketidakadilan, mereka yang tidak berkesempatan sekolah, mereka yang tidak bisa mendapatkan hak asasi, ataupun mereka yang menderita karena peperangan, dan sebagainya.

Verified Writer

raras

sedang dan terus belajar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya