Michelle Phan, Kisah Gadis Miskin yang Sukses Berbisnis Jutaan Dollar
Masih muda dan pekerja keras
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat duduk di bangku kuliah, Michelle melamar kerja sebagai penjaga outlet L’Oreal untuk membantu meringankan beban keluarga. Sayang ia ditolak karena tidak memiliki pengalaman.
Siapa yang menyangka jika enam tahun kemudian gadis itu meluncurkan produk kosmetik bekerja sama dengan L’Oreal. Tahun lalu ia bahkan mampu membeli brand produk tersebut dari L’Oreal!
Meski namanya tidak banyak dikenal di Indonesia, Michelle Phan cukup sukses sebagai seorang pebisnis muda di Amerika Serikat. Ia berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis bernilai 500 juta dolar AS atau Rp 6,5 triliun di usianya yang baru saja menginjak 28 tahun. Keren banget, kan?
Lebih keren lagi, ia memulai semuanya dari nol besar. Ia tidak memiliki uang, hanya modal keterampilan dan keuletan saja.
Semua yang ia miliki saat ini didapat dari kerja keras selama sepuluh tahun. Ia mengaku sebagai workaholic dan hanya tidur 5 jam sehari. Di saat teman-temannya nongkrong atau menonton film, ia memilih untuk bekerja. Bahkan, ia bekerja saat berada di pesawat.
Ketika ditanya apa yang menjadi motivasinya bekerja keras seperti itu, ia menjawab keinginannya adalah membantu keluarganya mentas dari kemiskinan. Ia pun tak segan-segan membagi kisah hidupnya yang berbeda dari anak-anak lain di akun YouTube miliknya.
Melihat Ibu dan keluargaku tidak bahagia karena mereka tidak punya cukup uang memotivasiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala hal.
Lahir di Keluarga Papa dan Broken Home
Dua puluh tahun yang lalu Michelle Phan hanyalah seorang anak dari imigran Vietnam di Amerika Serikat yang miskin. Ayahnya memiliki kecanduan judi sehingga mereka harus hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan harapan bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.
Selalu menjadi anak baru di sekolah membuat Michelle kesulitan memiliki teman. Menjadi keturunan Asia sama sekali tidak menolongnya. Bukannya banyak yang ingin mengenalnya, mereka malah melontarkan ejekan dan hinaan.
Sedih memang tidak memiliki banyak teman, namun Michelle kecil masih bisa tersenyum. Ia ‘melarikan diri’ dari kenyataan dengan banyak menggambar. Meski itu berarti ia hanya bisa menggambar di buku telepon karena keluarganya tidak mampu membelikannya buku gambar. Objek gambarnya seringkali adalah putri-putri Disney dan superhero.
Aku menggambar superhero di kelas. Aku bahkan menciptakan superhero versiku sendiri. Aku berimajinasi, kelak saat aku beranjak dewasa, aku memiliki superpower.
Bagai jatuh, tertimpa tangga pula. Ketika keluarganya terhimpit secara ekonomi, ayah Michelle pergi meninggalkan rumah. Saat itu Michelle baru berusia 6 tahun. Ia tidak pernah bertemu ayahnya lagi hingga sepuluh tahun kemudian.
Menginjak usia remaja, Michelle memiliki ayah tiri yang ia cintai. Sayang, sang ayah malah memperlakukannya dengan kasar. Keluarganya tidak pernah merasa damai barang sejenak. Ibu Michelle memutuskan bercerai dengan laki-laki itu dan membawa anak-anaknya pergi.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.