TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fenomena Cari Jodoh Melalu Medsos, Ini Penjelasan Psikolog

Ada banyak hal yang harus dipikirkan 

Ilustrasi Pernikahan (IDN Times/Arief Rahmat)

Malang, IDN Times - Fenomena mencari jodoh melalui media sosial kian menjadi tren dengan semakin banyaknya pilihan media sosial dan aplikasi pertemanan. Belum lagi situasi pandemik yang membuat cara komunikasi di masyarakat mulai bergeser. Pertemuan yang sebelumnya biasa dilakukan secara langsung, kini lebih sering dilakukan secara virtual. Tak terkecuali dalam hal mencari pasangan hidup. Tak sedikit muda-mudi yang memilih berselancar di media sosial untuk mendapatkan teman dekat atau bahkan pasangan hidup. 

1. Psikolog sebut pencarian jodoh melalui media sosial adalah hal yang lumrah

Ilustrasi Menikah (IDN Times/Arief Rahmat)

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Salis Yuniardi menjelaskan bahwa sebenarnya fenomena tersebut merupakan hal yang wajar. Apalagi, selama ini setiap orang memiliki cerita masing-masing dalam menemukan pasangan hidupnya. Jika dulu kebanyakan pernikahan adalah hasil perjodohan, saat ini cara mendapatkan pasangan hidup lebih beragam. 

"Paling tidak, kalau dijodohkan kredibilitas sumber informasi masih cukup baik. Sementara kalau media sosial ada beberapa ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan komunikasi langsung," terangnya Jumat (12/2/2021). 

Baca Juga: Berliku, Cerita Millennials Surabaya Cari Jodoh Lewat Media Sosial

2.

Simulasi akad nikah yang dilakukan di Nendes Kombet Kafe dengan konsep ruang terbuka. IDN Times/Alfi Ramadana

Meski begitu, Salis mewanti-wanti kepada para pencari jodoh di media sosial untuk lebih cermat. Menurutnya, cara komunikasi melalui media jelas berbeda ketika bertatap muka. Di media sosial, seseorang tidak akan tahu secara langsung siapa lawan bicaranya atau dalam istilah lain disebut anonimitas. Artinya, bisa saja lawan bicara yang diajak berkomunikasi merupakan orang yang berbeda dengan profil yang ditampilkan pada sosial media.

Media sosial juga tak bisa menggambarkan ekspresi emosi seseorangan layaknya komunikasi secara langsung. Hal itu bisa berakibat pada mispersepsi antara kedua belah pihak dan bisa menyebabkan bias komunikasi antara kedua belah pihak.

"Karena apa yang dilihat dan dibaca di media sosial bisa jadi berbeda kenyataan yang diharapkan. Pasangan yang ketemu langsung saja terkadang masih belum sesuai harapan, apalagi yang hanya dikenal melalui foto, chat dan suaranya saja," tambahnya. 

3. Pencarian jodoh virtual membuat kita lebih susah menampilkan diri kita apa adanya

Ilustrasi Pernikahan (IDN Times/Mardya Shakti)

Hal senada diungkapkan oleh dosen Psikologi Universitas Brawijaya Malang, Ika Herani. Ia menuturkan bahwa fenomena jodoh lewah medsos tersebut merupakan bagian dari dampak globalisasi dalam bentuk komunkasi. Sama halnya seperti bentuk interaksi masyarakat yang kini juga mulai banyak bergeser menjadi menjadi virtual. Namun, tren komunikasi seperti ini akan membuat penggunanya kesusahan menunjukkan jati diri sebenarnya. 

"Kalau berbicara ideal atau tidak semuanya sangat relatif. Tergantung individu yang menjalaninya. Tetapi Kebanyakan komunikasi menggunakan media sosial cenderung memang melebihkan diri kita, jarang menampilkan diri kita yang sesungguhnya. Oleh karena itu, penjajakan, komunikasi intensif, jika memungkinkan ada pertemuan secara langsung untuk berkenalan lebih dalam akan menjadi hal yang baik," urainya. 

Baca Juga: Aris dan Endah Sama-sama Patah Hati, Berjodoh Melalui Media Sosial

Verified Writer

Alfi Ramadana

Menulis adalah cara untuk mengekspresikan pemikiran

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya