TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Generasi Bumerang dan Cara Mengatasi jika Kamu Salah Satunya

Kamu bagian dari generasi ini bukan nih?

Ilustrasi keluarga. (pexels.com/@askar-abayev)

Setiap orang pasti ingin memiliki stabilitas finansial dan hidup mandiri. Namun, hal ini tidak mudah dicapai. Dampaknya, sebagian orang dewasa justru memutuskan untuk kembali pulang dan tinggal bersama orangtua setelah melewati periode hidup mandiri. 

Orang-orang ini disebut sebagai generasi bumerang. Istilah ini mungkin masih cukup asing bagi kebanyakan orang. Untuk itu, simak yuk penjelasan mengenai generasi bumerang dan apa yang harus kamu lakukan jika jadi bagian dari generasi ini!

1. Apa itu generasi bumerang?

Ilustrasi keluarga (pexels.com/@august-de-richelieu)

Dilansir investopedia.com, generasi bumerang adalah istilah Amerika yang mengacu pada orang dewasa yang kembali ke rumah dan tinggal bersama orangtua setelah sebelumnya melalui masa hidup mandiri. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh faktor ekonomi. 

Meski istilah ini mengacu pada fenomena di Amerika, namun banyak negara yang juga mengalami kondisi serupa dan ikut mengadopsi istilah ini untuk menggambarkan anak-anak yang kembali atau tidak pernah meninggalkan rumah orangtuanya.

2. Siapa saja yang berkemungkinan menjadi generasi bumerang?

Ilustrasi young adults. (Unsplash/Helena Lopes)

Menurut analisis dan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, terdapat data yang menunjukan bahwa di antara young adults berusia 18-34 tahun, 24 persen orang dewasa kembali tinggal dengan orangtua dalam beberapa tahun terakhir setelah hidup sendiri karena kondisi ekonomi.

Namun menurut situs theguardian.com, dengan meningkatnya angka pengangguran hingga 14,2 persen dan ekonomi yang menyusut hampir 10 persen, generasi bumerang ini tidak lagi terbatas pada milenial saja.

Baca Juga: Ini Perbedaan Generasi Baby Boomer, Gen Z hingga Generasi Alpha

3. Tentukanlah batasan dan ekspektasi bersama orangtua jika kamu ingin kembali ke rumah!

ilustrasi berkumpul keluarga (pexels.com/@askar-abayev)

Dilansir nytimes.com, Mariana Martinez, seorang Family Dynamics Consultant, mengatakan bahwa harus ada kesepakatan bahwa setelah lulus dari perguruan tinggi, anak resmi dianggap dewasa. Dengan ini, orangtua dan anak harus memperlakukan satu sama lain sebagai orang dewasa. 

“Anak laki-laki dan perempuan perlu menyadari bahwa mereka sekarang sudah dewasa,” katanya. “Mereka perlu menyadari bahwa mereka disambut di rumah, tetapi mereka tidak memiliki hak yang sama seperti sebelumnya,” lanjutnya.

Mariana juga menambahkan bahwa penting bagi orangtua untuk menyampaikan batasan dan harapan mereka kepada sang anak. Mariana memberi contoh bahwa dirinya tidak masalah dengan keputusan anak-anaknya yang kembali ke rumah.

“Namun, jika saya pulang setelah melalui hari yang panjang, saya tidak ingin melihat anak saya hanya duduk diam, tidak melakukan apa pun," kata dia.

4. Bersama-sama mengelaborasi konsep ‘pulang’

Ilustrasi orangtua. (unsplash/Esther Ann/)

Jika kamu mengambil keputusan untuk pulang dan kembali tinggal dengan orangtua, kamu dan ayah-ibu perlu mengelaborasi konsep “pulang”. Hal ini bertujuan untuk menentukan sikap dan batasan yang akan dibuat oleh kalian.

Mariana kembali menjelaskan bahwa terdapat tiga situasi berbeda terkait dengan “pulang”, yaitu kunjungan singkat, tinggal untuk waktu yang lama dan membutuhkan dorongan, serta tinggal karena memiliki masalah medis seperti stres atau depresi. 

“Kunjungan singkat dapat dianggap sebagai waktu untuk memantapkan rencana, menghemat pengeluaran, dan fase memulai kehidupan,” ujarnya dalam artikel nytimes.com

Dengan mengatur konsep ‘pulang’ dengan lebih detail, kamu juga akan semakin terpacu untuk membuat rencana hidup yang lebih matang. Orangtuamu juga akan memberikan apa yang kamu butuhkan dengan tepat sasaran.

Baca Juga: 5 Kategori Generasi Sandwich, Apakah Kamu Sudah Tahu?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya