TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hal Sepele Ini Bikin Orang Ogah Curhat Padamu

Sepele sih, tapi bikin sakit hati

unsplash.com/Alexandru Zdrobǎu

Pernahkah kamu merasa sudah akrab dengan seseorang, namun ia justru memilih curhat dengan orang lain ketika sedang tertimpa masalah? Atau mungkin kamu merasa bingung mengapa seseorang yang pernah curhat padamu seakan menghindar dan tak pernah curhat padamu lagi ketika ia sedang dilanda kemalangan? Nah, bisa jadi ia merasa tak nyaman dengan sikapmu dalam menanggapi curhatannya.

Alasan lain yang dapat membuat seseorang enggan curhat denganmu adalah ketidakpercayaan. Lalu, sikap-sikap seperti apa yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpercayaan dari mata seorang pencurhat? Beberapa di antaranya adalah 7 hal di bawah ini. Yuk, simak!

1. Memotong curhatannya

pixabay.com/Rawpixel

Seseorang yang curhat umumnya merasa kewalahan dengan situasi yang sedang dihadapinya. Ia merasa penuh dengan segala pikiran dan perasaan yang ada dalam benaknya, sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjadi tempat baginya untuk meluapkan kepenatannya. Jika kamu terus-menerus memotong curhatannya atau bahkan mengubah topik pembicaraan, tentu ia tak akan merasa lega karena belum puas dalam meluapkan kesesakannya.

Jadi, harap maklum ya kalau dia terus-menerus mengungkapkan perasaannya. Walaupun bosan, usahakanlah untuk tidak memotong curhatannya. Kamu bisa mulai merespon ketika ia sudah menghentikan ceritanya atau ketika ia menanyakan pendapatmu.

2. Meremehkan masalahnya

pexels.com/Malcolm Garret

Hal lain yang harus dihindari dalam merespon curhatan seseorang adalah meremehkan masalah yang ia keluhkan. Kebayang nggak sih kalau curhatanmu direspon dengan "Halah, gitu doang udah nangis," atau "Ya elah, masalahmu belum seberapa dibanding masalahku," tentu kamu akan merasa makin sedih.

Oleh karena itu, ingatlah bahwa setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing dalam merespon sumber stres. Daripada menyepelekan masalah si pencurhat, alangkah baiknya jika kamu meyakinkannya bahwa ia memiliki kemampuan lebih besar daripada masalah yang sedang dihadapinya. 

Baca Juga: 6 Layanan Tempat "Curhat" untuk Kesehatan Mental Kamu 

3. Bercerita tentang diri sendiri

unsplash.com/Jessica Da Rosa

Godaan terbesar dalam merespon curhatan seseorang adalah terpancingnya diri untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapi ataupun pengalaman yang pernah dialami. Tanpa disadari, sikap ini telah menghalangi si pencurhat untuk mencurahkan isi hatinya. Alhasil, bukannya menjadi pendengar yang baik, kamu justru menjadi si pencurhat. Kalau begini, bagaimana ia bisa nyaman curhat denganmu?

4. Terdistraksi oleh hal lain

pixabay.com/Foundry

Salah satu alasan seseorang curhat adalah untuk mendapatkan perhatian dan dukungan. Oleh karena itu, kita perlu fokus dan secara tulus mendengarkan apa yang ia keluhkan. Usahakanlah untuk tidak melakukan hal lain yang dapat menurunkan konsentrasimu pada curhatannya, seperti bermain ponsel. Kamu mungkin berkilah dengan alasan bahwa kamu memiliki kemampuan multitasking yang baik, tapi percayalah hal itu akan menimbulkan kesan bahwa kamu terpaksa mendengarkan curhatannya. Padahal di saat-saat seperti ini ia membutuhkan ketulusan yang terpancar dari bagaimana sikapmu dalam memperhatikan setiap detail cerita yang ia sampaikan.

5. Menyudutkan si pencurhat

pixabay.com/Tumisu

Alasan lain mengapa seseorang curhat adalah untuk merasa dipahami dan didukung. Malangnya, bisa jadi masalah yang sedang dihadapi si pencurhat disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Hal ini tentu membuatmu merasa dilema, bukan?

Meski dalam kasus ini si pencurhat menerima konsekuensi dari kesalahannya, sebaiknya kamu jangan secara gamblang menyalahkannya karena hal tersebut dapat membuatnya merasa terpojok, sehingga ia justru menjadi semakin tertekan. Kamu bisa menyampaikan bahwa semua orang pasti melakukan kesalahan, yang terpenting adalah bagaimana usaha kita untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan tidak mengulanginya di kemudian hari. Kamu juga bisa menyarankan solusi jika ia tampak sedang dalam kondisi yang dapat menerima saran.

6. Memaksakan diri untuk memberikan nasihat

unsplash.com/Shane Rounce

Nah, ini nih yang sering disalahpahami oleh banyak orang, yaitu merasa wajib memberikan nasihat pada si pencurhat. Padahal bisa jadi ia hanya ingin didengarkan dan dipahami. Oleh karena itu, ada baiknya kita kenali terlebih dahulu bagaimana perasaan dan tipe masalahnya. Apabila yang dicurhatkan meliputi masalah yang membutuhkan solusi, maka kamu bisa menyarankan jalan keluar. Sebaliknya, apabila ia hanya membutuhkan penguatan, sebaiknya kamu meyakinkannya bahwa ia akan mampu melewati masa-masa pedih ini dengan baik dan bahwa kamu akan selalu berada di sisinya alih-alih memaksakan diri memberikan nasihat.

Baca Juga: 5 Hal yang Akan Dilakukan Cowok Ketika Gebetan Curhat Soal Orang Lain

Verified Writer

Athanasia Dianri

Good vibes, good life

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya