TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Roadshow ke Medan, Mahasiswa USU Takjub dengan Film Frontier Sumatra 

Alam adalah rumah dan cara merawatnya

Movie screening “Frontier Sumatra” bersama mahasiswa USU di Uniland Plaza, Medan (IDN Times/Bima Prakasa)

“Conservation is costly and tricky endeavour” – Chris Baron, Director of Frontier Sumatra

Semua mata tertuju pada dokumenter Frontier Sumatra. Wajah mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terlihat serius mengikuti cerita dan memahami cara kerja Restorasi Ekosistem Riau (RER).     

Setelah di Kota Riau, IDN Times melanjutkan roadshow kedua Movie Screening Frontier Sumatra di Garuda Hall Lantai 8, East Tower, Uniplaza, Medan pada Selasa, (21/2). Oh iya, guys, roadshow ini merupakan kelanjutan dari acara Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2022 di Jakarta 29-30 September 2022 lalu.  

Acara ini sungguh spesial. Soalnya dokumenter Frontier Sumatra tak hanya memperlihatkan kekayaan flora dan fauna hutan gambut di pulau Sumatra, tapi juga sangat membuka mata bagaimana proses perlindungan bumi dan tentu hal itu menyentuh siapapun yang menontonnya. 

Bagaimana ceritanya? Langsung simak sampai habis di bawah, ya. Jangan di-skip

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Nonton Film Dokumenter Frontier Sumatra 

1. Buka wawasan melalui nobar Frontier Sumatra

Suasana mahasiswa USU saat nobar “Frontier Sumatra” (IDN Times/Bima Prakasa)

Pukul 10.00 WIB tepat, sebanyak 200 mahasiswa dan dosen USU nobar dokumenter yang berdurasi 55 menit ini. Ada yang melipat tangan, memegang dagu, hingga memberikan tatapan mata tajam yang tertuju pada giant screen

Lewat film dokumenter ini para mahasiswa mendapatkan gambaran luas bahwa perjuangan perlindungan ekosistem hutan gambut seluas lebih dari 150,000 hektar di Semenanjung Kampar, Riau merupakan kerjasama berbagai pihak seperti penjaga hutan (jagawana), ilmuwan, masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta.

2. Tampilkan kekayaan alam di kawasan hutan gambut

Mengapa kawasan Semenanjung Kampar penting untuk dilindungi? Jawaban ultimate-nya nih, guys, tentu saja karena kekayaan hutan gambut di area tersebut yang menjadi salah satu rumah bagi flora dan fauna di Indonesia. 

Frontier Sumatra menampilkan berbagai spesies binatang yang membuat terpana. Banyak spesies langka dan tersembunyi seperti kucing kepala datar, macan dahan sunda, harimau sumatera, dan lainnya. 

Selain itu terlihat pula serangga seperti lebah, kelelawar, dan lain sebagainya sebagai penyeimbang ekosistem di kawasan tersebut. 

Yang paling penting juga adalah pentingnya tanah gambut yang menyerap dan menyimpan banyak karbon agar tidak terlepas di udara yang bisa menyebabkan perubahan iklim menjadi lebih parah. Bayangkan saja jika hutan ini rusak, salah satu ilmuwan RER berkata, “Jika tidak dilindungi, bisa jadi bom waktu. And it’s gonna be really bad”. 

3. Konservasi perlu gotong royong semua pihak

Tiurma Rosinta Siagian (kanan) saat sesi diskusi (IDN Times/Bima Prakasa)

Lalu, apa saja ancaman yang mengintai Semenanjung Kampar hingga perlu gotong royong semua pihak? Ada banyak hal. Namun dalam Frontier Sumatra ancaman terbesar bisa datang dari illegal logging, perburuan satwa, dan kebakaran hutan. 

Dalam sesi diskusi Restorasi Hutan dan Peran Anak Muda, Corporate Communications Restorasi Ekosistem Riau Tiurma Rosinta Siagian mengatakan bahwa konservasi tak mungkin sendiri. 

“Bayangkan kawasan lebih dari 150,000 hektar seluas London itu perlu dilindungi dari berbagai ancaman tersebut tentu saja perlu komitmen, dana, dan waktu,” jelasnya.

Oh iya, guys, kegiatan restorasi yang dikerjakan RER ini mendapatkan dukungan 100 persen dari APRIL Group, produsen pulp dan paper berkelanjutan yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Riau.   

Itulah kenapa perlu semua pihak bergandengan tangan. Seperti pemerintah, ilmuwan, masyarakat sekitar, jagawana, dan tak terkecuali anak muda. 

Tiur juga menjelaskan bahwa anak muda seperti mahasiswa yang hadir juga bisa melakukan perlindungan alam mulai dari hal kecil. “Bagusnya kita mencerminkan itu semua, seperti menggunakan tote bag, tidak menggunakan produk sekali pakai dan sebagainya,” tambahnya. 

Mahasiswa USU, Tiara Anjani dari Fakultas Pertanian juga berbagi cerita tentang peran dirinya sebagai anak muda. “Selain tidak buang sampah sembarangan, saya juga sedang melakukan penelitian mengenai  gambut. Karena sampai saat ini, belum banyak yang melakukannya,” katanya.   

4. Menggugah rasa penasaran mahasiswa

Mahasiswa USU saat mengajukan pertanyaan (IDN Times/Bima Prakasa)

Cerita Tiara juga membuat mahasiswa lainnya penasaran terhadap RER dalam melakukan aksi mulia ini. Hal ini tercermin karena banyak sekali pertanyaan yang diajukan. 

Salah satunya adalah dari Teguh Azira Perkasa dari Fakultas Pertanian yang penasaran bagaimana caranya anak muda yang ingin join ke dalam perusahaan yang fokus pada sustainability.

Tentu saja ini membuat kawan-kawan Teguh juga ingin tahu lebih dalam tentang RER dan APRIL Group. “Kami tentu sangat terbuka dan adik-adik bisa cari tahu. Dan saya garansi kami sangat komit dengan lingkungan,” jelas Tiur.     

Baca Juga: Keseruan Screening "Frontier Sumatra" di UNRI, Banyak yang Antusias!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya