TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Efek Diderot, Siklus Belanja yang Bikin Nagih dan Gak Berhenti

Awas kalap belanja gara-gara promo 12.12

unsplash.com/Jacek Dylag

Siapa di antara kita yang tak suka berbelanja? Sepertinya semua orang pasti suka dan melakukannya sehari-hari. Sebagian uang kita habiskan untuk membeli berbagai macam barang. Kebiasaan berbelanja pun kian masif saat ini berkat kehadiran sejumlah e-commerce.

Dalam beberapa kesempatan kita dimanjakan oleh beragam diskon termasuk yang diberikan oleh e-commerce. Karena hal ini banyak dari kita jadi ketagihan berbelanja. Awalnya hanya beli satu barang tapi berujung membeli banyak barang yang sebetulnya tidak kita butuhkan. Apakah kamu pernah mengalaminya? Jika iya maka kamu terkena dampak dari efek diderot. Lalu, seperti apa sih efek diderot itu?

1. Denis Diderot, sang filsuf yang merasakan langsung efek belanja yang tiada henti

wikipedia.org

Pengalaman adalah guru terbaik mungkin tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup seorang filsuf asal Prancis, Denis Diderot. Berada dalam kondisi ekonomi kurang baik, kehidupan Diderot berubah pada 1765. Saat itu usia Diderot menginjak 52 tahun ketika anak perempuannya akan melangsungkan pernikahan. Namun, ia tak mampu membelikan perhiasan sebagai mas kawin pernikahan.

Kabar tersebut didengar oleh Catherine yang Agung, kaisar perempuan Rusia. Ia memberi bantuan dengan membeli perpustakan milik Diderot seharga 1.000 poundsterling. Setelah kejadian tersebut hidupnya berubah apalagi setelah mendapat hadiah jubah dari sahabatnya. Diderot menghabiskan banyak uang untuk membeli banyak barang agar bisa selaras dengan keindahan jubah miliknya.

Diderot mengganti semua perabotan di rumahnya dengan barang-barang mahal. Ia merasa bahwa barang-barang yang sebelumnya ada tidak pas jika dipadu dengan jubah kesayangannya. Aktivitas berbelanjanya tidak bisa berhenti hingga akhirnya ia jatuh dalam kemiskinan. Kejadian ini menjadi awal mula efek diderot muncul. Sungguh sedih ya nasibnya!

2. Semua orang punya potensi terkena efek diderot. Tak hanya wanita saja lho!

pixabay/bdcbethebest

Aktivitas belanja yang identik dengan wanita membuat efek diderot sering dialami oleh mereka. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan dialami oleh kaum pria lho. Para pria tidak jarang menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli barang yang sebetulnya tidak terlalu penting.

Hasil survei Katadata bertajuk Indonesia E-commerce Mapping 2018 menunjukkan bahwa konsumen pria lebih banyak berbelanja secara online sebesar 52,97 persen. Data tersebut ditunjang pula dengan fakta bahwa konsumen pria lebih berani bertransaksi dengan cara mencicil.

Kredivo, salah satu layanan pinjaman online resmi di Indonesia mencatat bahwa sebanyak 66,7 persen pengguna layanan cicilan dalam transaksi di e-commerce adalah pria dan sisanya adalah perempuan. Adapun pengguna layanan Kredivo berdasarkan riset yang sama didominasi oleh pria dengan persentase 57,6 persen. 

Baca Juga: Beda Istilah British & American untuk Pakaian, Pahami Sebelum Belanja!

3. Merasa tidak puas adalah sebab utama orang mengalami efek diderot

pexels/negativespace

Efek diderot dilandasi oleh berbagai sebab. Namun, sebab utamanya adalah ketidakpuasan pada barang yang sudah dimiliki sebelumnya. Gengsi juga mendorong munculnya efek diderot. Kita akan terus berupaya membeli barang-barang tertentu agar mendapat pengakuan dari orang sekitar.

Berbelanja barang-barang kurang penting dalam jumlah banyak juga dapat disebabkan oleh rasa bosan karena tak ada kegiatan menarik. Kesepian sebab tak ada orang yang bisa diajak berkegiatan bersama juga memantik timbulnya efek diderot. Selain itu, adanya tekanan dari lingkungan sekitar turut membuat seseorang berbelanja tanpa memikirkan kegunaan barang yang dibeli.

4. Gejala seseorang mengalami efek diderot. Perlu diwaspadai nih!

pexels/olly

Ada gejala yang muncul manakala sedang mengalami efek diderot. Orang yang mengalami efek ini akan selalu merasa tidak puas pada barang yang baru dibelinya. Muncul keinginan membeli barang lain untuk mengganti dan melengkapi barang yang baru dibeli.

Sebagai contoh, kamu sudah membeli sepatu baru tetapi kamu merasa baju dan celana yang ada di lemari tak serasi dengan sepatu tersebut. Alhasil, kamu akan membeli baju serta celana baru agar terlihat keren.

Selain rasa tidak puas, gejala orang yang terkena efek diderot tak memusingkan dampak yang bakal timbul setelahnya. Mereka juga memiliki kecenderungan menyembunyikan harga barang yang dibeli agar tidak mendapat kritikan akibat mengeluarkan uang terlalu banyak untuk berbelanja.

Baca Juga: 4 Trik Belanja Hemat di Musim Diskon Jelang Akhir Tahun!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya