TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perempuan Tangguh, Ini 5 Pelajaran Hidup Nh Dini yang Patut Dicontoh

Semangatnya gak pernah luntur termakan usia

Berbagai Sumber

Kabar meninggalnya Nh Dini yang datang pada Selasa (4/12) sore menorehkan duka mendalam. Indonesia kehilangan salah satu maestronya di bidang sastra dan literasi. Nh Dini bisa disebut sebagai penulis perempuan paling produktif di negeri ini.

Wafat di usia 82 tahun setelah mengalami kecelakaan di ruas tol Tembalang Semarang, perjalanan hidup Nh Dini meninggalkan kesan mendalam dan teladan yang patut dicontoh. Beliau selalu bersemangat menjalani hidup, tetap produktif berkarya apapun keadaannya.

Sebagai generasi muda yang masih punya masa depan panjang, simak lima pelajaran hidup yang bisa dipetik dari seorang Nh Dini berikut ini. Pesan agar kamu gak mudah menyerah, seberat apapun rintangan yang menghadang di depan mata.

1. Sosok pantang menyerah sejak kecil

wanita.me

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau Nh Dini adalah bungsu dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah yang lahir di Semarang, 29 Februari 1936. Lahir di masa Indonesia belum merdeka, Nh Dini kecil turut menjadi saksi hidup kejamnya penjajahan di negeri ini.

Perjalanan kelam masa kecilnya juga dia tuliskan dalam beberapa buku. Dia menamainya seri Cerita Kenangan, berlatar Kota Semarang di masa penjajahan Jepang dengan segala problema hidup yang harus dihadapi masyarakat saat itu.

Saat remaja, Dini bercita-cita menjadi masinis tapi gak menemukan sekolah calon masinis di kota tempat tinggalnya. Dia kemudian serius menulis, mengirim banyak cerita sampai menulis naskah sandiwara radio untuk RRI Semarang.

Ketekunannya menulis membuahkan hasil. Semangat Nh Dini dalam berkarya membuatnya begitu produktif dan mengantongi banyak penghargaan. Salah satunya adalah SEA Write Award dari pemerintah Thailand.

2. Produktif menulis di manapun dia berada

Berbagai Sumber

Sadar memiliki kemampuan menulis yang baik, Dini selalu berkarya di manapun dia berada. Termasuk saat bekerja menjadi pramugari untuk maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) di tahun 1950an.

Di sela-sela penerbangan dan waktu luangnya, Dini terus menulis hingga lahirlah kumpulan cerpen ‘Dua Dunia’ yang terbit pada tahun 1956.

Dari profesi pramugarinya ini juga, Dini bertemu dengan seorang diplomat Prancis bernama Yves Coffin. Dengan lelaki inilah Dini menikah dan memiliki dua orang anak, salah satunya Pierre Coffin sang sutradara ‘Despicable Me’.

Mendampingi suaminya yang berprofesi sebagai duta besar, Dini beberapa kali berpindah negara tempat tinggal. Di mana pun dia berada, karyanya terus lahir dengan kisah-kisah menarik yang diminati pembaca.

Baca Juga: Tutup Usia, Begini Perjalanan Sastrawan Feminis NH Dini dalam Berkarya

3. Memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitar

ubudwriterfestival.com

Ada satu hal menarik yang membuat karya Nh Dini banyak diminati dan diapresiasi. Dia selalu peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya, kemudian dituangkan ke dalam sebuah cerita.

Hal inilah yang membuat tulisan-tulisan Nh Dini terasa mengalir dan natural. Sebab latar cerita yang dia angkat benar-benar bersumber dari pengalaman pribadi. Mulai dari latar tempat, budaya, hingga karakter tokoh-tokohnya.

Buat kamu yang tertarik menjadi penulis, cara Dini mengolah idenya patut dicontoh. Gak perlu jauh-jauh membahas konflik atau setting yang jauh dari jangkauanmu. Mulailah dari hal terdekat dari kehidupanmu sehari-hari.

4. Peduli terhadap sesama kaum perempuan

Berbagai Sumber

Selain sebagai sastrawan dan penulis ternama, Nh Dini juga dikenal sebagai seorang feminis. Kepedulian Dini terhadap sesama kaum perempuan dibuktikan lewat hampir semua karyanya.

Dia selalu menempatkan perempuan sebagai tokoh utama, mengangkat segala problema dan pergolakan batin yang mereka alami. Termasuk dalam buku ‘Jalan Bandungan’ yang terbit pada tahun 1989.

Buku ini berkisah tentang perjuangan hidup para istri komunis di Semarang. Berlatarkan masa kejayaan Partai Komunis Indonesia yang membawa serta beberapa lelaki di sana. Alhasil, para istri yang ditinggalkan mendapat label negatif dan kesulitan beraktivitas.

Nh Dini juga gak segan mengangkat kisah perjuangannya sendiri sebagai seorang perempuan. Pada tahun 1984, Dini bercerai dengan suaminya dan harus berjuang keras mendapatkan kembali status kewarganegaraannya sebagai WNI.

Dia bercerai dengan sang suami dalam keadaan sakit. Kemudian Dini pulang ke Semarang, menggunakan uang santunan perceraian untuk mendirikan taman baca bernama Pondok Sekayu yang kini dikelola sebuah panti wreda di Semarang.

Baca Juga: Novelis NH Dini Berpulang, Ini 10 Karya Terbaiknya yang Wajib Dibaca

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya