7 Novel tentang Unhinged Woman, Tren Terbaru di Dunia Sastra
Ketika antihero perempuan beraksi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap tahun selalu ada tren yang berkembang di media sosial. Tak terkecuali dalam dunia sastra yang belakangan diwarnai dengan popularitas novel tentang unhinged woman. Istilah tersebut merujuk pada perempuan yang cenderung memberontak dan tidak lemah lembut seperti yang diharapkan sistem masyarakat patriarki.
Tema unhinged woman sebenarnya bukan hal baru. Beberapa karya sastra klasik seperti The Bell Jar, The Yellow Wallpaper,We Have Always Lived in the Castle, sampai Gone Girl juga dimasukkan pembaca dalam kategori ini.
Alyssa Scanlon dalam presentasinya yang berjudul "Undoing the Unhinged Woman: An Examination of Contemporary Media Representation of Women and Ideology" pada 2021 di Ursinus College berargumen bahwa faktor pemicu kebangkitan unhinged woman biasanya tak lepas dari kekerasan dan tekanan psikologis yang kemudian terakumulasi menjadi aksi balas dendam.
Tidak sepenuhnya positif, Scanlon menyoroti tren ini sebagai sesuatu yang justru memiliki potensi diselewengkan menjadi ideologi anti-feminis. Tren unhinged woman dalam budaya pop seakan menciptakan standar ideal baru untuk perempuan. Misalnya, harus memiliki pekerjaan dan status yang lebih tinggi dari laki-laki, kuat, pemberani, masa bodoh, dan lain sebagainya.
Terlepas dari itu, novel-novel bertema unhinged women sebenarnya memiliki pengaruh besar dalam mengingatkan pembaca akan dampak buruk dari patriarki, seksisme, dan misogini. Mereka juga terbukti menghibur dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Buat kamu yang masih awam dengan genre ini, silakan cek rekomendasi novel unhinged woman di bawah sebagai perkenalan.
1. Death in Her Hands
Otessa Moshfegh boleh dibilang salah satu penulis yang membuat genre unhinged woman menjadi populer. Usai novel My Year of Rest and Relaxation miliknya viral, orang mulai melirik karya-karya lain darinya yang ternyata masih satu tema. Moshfegh selalu menciptakan karakter perempuan yang quirky dan pemberontak.
Termasuk dalam Death in Her Hands, Moshfegh memperkenalkan pembaca pada sesosok perempuan 72 tahun yang tinggal di tengah hutan bersama anjing peliharaannya. Ia perlahan terobsesi menyelidiki kasus pembunuhan yang mengorbankan seorang perempuan muda. Sang perempuan lansia adalah narator utama di novel ini, tetapi ia bukan sosok yang benar-benar bisa dipercaya.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Novel Thriller Terjemahan dari Penulis Asia, Seru!
Editor’s picks
Baca Juga: 6 Film Jepang Adaptasi Novel yang Dibintangi Kiyohara Kaya
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.