TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal yang Dikira Baik, tapi Diam-diam Mengganggu Kesehatan Mental

Mana nih yang selama ini sering kamu lakukan?

ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/Christina Morillo)

Banyak orang terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Tidak salah jika kamu memiliki niat seperti ini. Sayangnya, tidak semua niat baik berakhir baik. Misalnya, banyak hal yang selama ini sering dikira baik, tetapi sebenarnya berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Di sisi lain, fisik dan mental yang sehat adalah bekal bagi kita untuk dapat menjalani kehidupan ini dengan baik. Agar kamu tidak terjebak, di sini kita akan membahas apa saja kebiasaan yang kerap dikira baik, tetapi sebenarnya berdampak buruk bagi kesehatan mental.

1. Perfeksionisme

ilustrasi belajar (pexels.com/Monstera)

Penting untuk melakukan yang terbaik saat mencoba mencapai tujuan. Namun, selalu mengejar kesempurnaan justru dapat merusak usahamu, bahkan mental.

Menurut laporan Careers in Psychology, perfeksionisme bisa menjadi positif atau negatif. Positifnya, sikap ini membantu kamu melakukan yang terbaik. Namun, perfeksonisme juga bisa menjadi negatif karena membuatmu menetapkan standar di luar jangkauan, tidak puas dengan sesuatu yang kurang dari sempurna, dan melihat kesalahan sebagai bukti ketidaklayakan.

Baca Juga: 5 Self Healing Ibu Rumah Tangga, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental

2. Selalu bertingkah seolah semua baik-baik saja

ilustrasi laki-laki dan perempuan sedang berbicara (pexels.com/Monstera)

Banyak dari kita selalu berusaha menyembunyikan masalah dan terlihat baik-baik saja apa pun yang terjadi. Alasannya, tidak ingin terlihat lemah atau merepotkan orang lain. Padahal, sebenarnya hal ini bisa memicu ketegangan batin dan membatasi kesempatan untuk membangun hubungan yang tulus.

Laman Best Life menyarankan untuk menyampaikan kondisi dan perasaan dengan sejujurnya pada orang yang kamu percaya. Selain menjadikan perasaan lebih baik, mampu mengungkapkan kondisi dengan jujur bisa menjadi dorongan untuk interaksi yang jauh lebih dalam dan lebih bermakna.

3. Terobsesi untuk menjadi baik kepada siapa pun

ilustrasi membantu orang lain (pexels.com/Christina Morillo)

Tentu, bersikap baik kepada orang lain dapat berdampak positif bagi penerima kebaikan dan dirimu sendiri. Namun, jika kamu selalu khawatir dirimu tidak cukup baik, ini justru dapat membahayakan kesehatan mentalmu.

Menjadi baik bukan berarti kamu harus selalu mengutamakan orang lain, menyenangkan semua orang, atau bahkan menghabiskan waktu bersama dengan mereka yang membuatmu tidak nyaman. Ingatlah bahwa kita diizinkan untuk mengutamakan diri sendiri, membatasi interaksi dengan orang yang tidak kita sukai, dan tidak memenuhi harapan orang lain.

4. Memaksa diri sendiri untuk selalu sibuk 

ilustrasi rapat kerja (pexels.com/fauxels)

Menyibukkan diri dengan hal positif adalah hal baik. Namun, membuat diri sendiri terlalu sibuk sehingga kamu tidak punya waktu untuk bersantai bisa merusak kesehatan mental. 

Dijelaskan laman Mayo Clinic Health System, otak memproses informasi yang kamu kumpulkan setiap hari dari membaca, mengikuti peta, dan bercakap-cakap dengan orang lain. Saat ada terlalu banyak informasi untuk diproses, kamu mungkin merasa kelebihan beban kognitif. Selanjutnya, kamu akan masuk pada titik tidak mampu memproses dan bertindak berdasarkan apa yang didengar. 

Selain itu, terlalu sibuk juga dapat menyebabkan burn out, cemas, dan memunculkan gejala depresi. Jadi, jika kamu mulai kewalahan, kurangi aktivitas dan berikan waktu untuk beristirahat.

Baca Juga: 5 Manfaat Jujur ​​pada Diri Sendiri, Bentuk dari Self Love

Verified Writer

Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya