TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Manfaat Urban Farming, Memenuhi Kebutuhan Pangan Lokal

Bertani tidak selalu identik di pedesaan

ilustrasi berkebun (pexels.com/my-photo-album)

Kita mengenal daerah perkotaan merupakan kawasan padat penduduk. Faktor lapangan pekerjaan, fasilitas publik, hingga pendidikan membuat sebagian besar masyarakat bermigrasi ke kota. Sayangnya, lahan yang sempit membuat masyarakat perkotaan jarang memproduksi bahan pangan sendiri.

Urban farming atau tren pertanian di wilayah urban seperti perkotaan menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Selain itu, pertanian urban cenderung memerlukan sedikit lahan. Berikut beberapa manfaat dari urban farming yang perlu kamu tahu.

1. Memanfaatkan lahan sempit

ilustrasi menanam secara vertikal (pixabay.com/broesis)

Berkebun dan bertani tidak selalu dilakukan di lahan yang luasnya berhektar-hektar. Dengan urban farming, kamu bisa memanfaatkan sudut-sudut rumahmu yang terkena cahaya matahari untuk berkebun. Misalnya halaman rumah, balkon, hingga atap rumah.

Jenis media tanam yang digunakan tidak melulu media tanam konvensional seperti tanah. Kamu bisa menggunakan metode hidroponik yang memakai media tanam berupa air. Jika lahan sempit, pilih berkebun dengan teknik vertikultur atau menanam secara bertingkat. Teknik vertikultur memiliki manfaat menanam semaksimal mungkin dengan lahan yang minimal.

Baca Juga: Urban Farming Bakal Masuk ke Kurikulum Merdeka Belajar di Semarang 

2. Memperbanyak ruang terbuka hijau

ilustrasi urban farming (pexels.com/johnnoibn)

Wilayah perkotaan cenderung dipadati oleh bangunan, gedung-gedung, dan perumahan. Sangat sedikit taman atau ruang terbuka hijau di area kota. Atap gedung dan bangunan adalah lokasi yang paling berpotensi untuk dibuat lahan pertanian. Lahannya yang lumayan luas, serta akses sinar matahari yang maksimal membuat tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Dengan adanya urban farming, menambah jumlah ruang terbuka hijau yang ada di kota. Ini sekaligus menekan jumlah emisi karbon karena asap kendaraan dan aktivitas pabrik. Jadi, udara menjadi lebih bersih dan segar.

3. Memenuhi kebutuhan pangan lokal

ilustrasi penjual sayuran (pexels.com/dariabuntaria)

Adanya urban farming membuat kebutuhan pangan juga menjadi lebih cepat terpenuhi. Misalnya, sayuran yang dipanen di dalam kota lebih segar dibanding sayuran yang dipetik dari luar kota. Jarak tempuh untuk pengantaran sayuran memengaruhi kualitas kesegaran sayuran.

Produk lokal juga lebih sehat dan ramah lingkungan. Karena dalam proses penanamannya minim bahan kimia dan pestisida. Ini membuat kebutuhan nutrisi tubuh menjadi terpenuhi. Memanfaatkan lahan-lahan perkotaan yang sempit atau tidak terpakai menjadi lahan pertanian berarti sudah menerapkan pertanian berkelanjutan, karena memaksimalkan lahan.

Berkebun dari rumah juga menghemat pengeluaran. Kamu bisa menanam lebih banyak sayuran yang bervariasi. Sayuran-sayuran yang lebih mahal yang dijual di supermarket bisa kamu dapatkan dengan menanam sendiri di pekarangan rumah.

4. Mengurangi jejak karbon

ilustrasi berkebun (unsplash.com/priscilladupreez)

Jejak karbon tidak hanya dihasilkan oleh gas emisi asap kendaraan dan asap pabrik yang malang melintang di perkotaan. Banyak penyebab manusia meninggalkan jejak karbon, mulai dari penggunaan air, makanan, hingga aktivitas sehari-hari. 

Membeli sayuran atau makanan lokal mampu menekan jejak karbon dari gas rumah kaca. Jarak produsen dan konsumen lebih dekat, sehingga mampu mengurangi banyak aktivitas yang meninggalkan banyak gas emisi. Makanan yang diproduksi di kota biasanya harus membeli bahan baku dari luar kota.

Distribusi bahan baku ini meninggalkan jejak karbon, mulai dari pengelolaan bahan baku, penyimpanan, hingga penyalurannya. Jika bahan baku berasal dari dalam kota itu sendiri, berarti pelaku produksi sudah memotong jejak karbon yang dihasilkan dari distribusi bahan baku.

Baca Juga: Tren Urban Farming di Kota Bandar Lampung Hasilkan Pundi-Pundi Rupiah 

Verified Writer

Ema Endrawati

Temannya burung hantu

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya