TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Jangan Mengatakan Orang Lain Alay, Sadar Diri, yuk!

Kita semua juga pernah alay pada masanya, kan?

ilustrasi orang senyum (pixabay.com/StockSnap)

Alay alias 'anak lebay' biasanya sering dikaitkan dengan gaya hidup dan kebiasaan pelakunya yang dianggap berlebihan. Disebut juga ingin menarik perhatian, orang alay kerap mendapat stigma negatif karena perilakunya tak sesuai dengan pola dan keseharian masyarakat pada umumnya. Beberapa golongan malah menjuluki kaum alay dengan sebutan norak, kampungan, dan mencerminkan jiwanya yang masih labil.

Padahal tak selalu lebay, berikut ini beberapa alasan sederhana mengapa jangan dikit-dikit bilang orang lain dengan sebutan alay. Simak, ya!

1. Setiap orang punya standar bahagianya masing-masing

Ilustrasi orang sedang main HP (pixabay.com/99mimimi)

Tak harus selalu sama, standar kebahagiaan satu orang dengan orang lainnya tentu saja amat berbeda. Termasuk juga dengan kaum (yang disebut) alay, mereka punya caranya sendiri untuk meraih kebahagiaan dengan melakukan banyak aksi dan perbuatan.

Beberapa ada yang berekspresi dengan mencoba swafoto dan mengunggahnya ke media sosial, joget di TikTok, bikin konten video, dan sebagainya. Meski dianggap norak oleh segelintir kalangan, namun kebahagiaan yang mereka rasakan bisa membuat semangat menjalani kehidupan. 

2. Tidak selamanya alay berkaitan dengan perbuatan yang norak, lebay, dan memalukan

ilustrasi orang senyum (pixabay.com/trevoykellyphotography)

Jangan karena perilaku mereka jarang dilakukan orang-orang pada umumnya, lantas kita dengan bebas menyebut mereka lebay dan kampungan. Padahal, tak selamanya orang-orang yang berlebihan dalam mengekspresikan sesuatu sebagai perilaku alay. 

Bisa jadi mereka sedang mengeksplor kemampuan dan mengasah keterampilan dengan melakukan banyak kegiatan. Mau dia berlebihan, norak, kampungan, selama itu tidak merugikan orang lain, kenapa harus dicibir dan dipermasalahkan?

Baca Juga: Tanpa Sadar, 5 Sikap Eleganmu Ini Bikin Gebetan makin Tertarik

3. Jika mau berkaca, kita yang sebenarnya lebih alay menurut versi dan pandangan orang lain

ilustrasi pemenang (pixabay.com/Fotorech)

Seringnya tak disadari, orang yang dengan entengnya menyebut orang lain alay biasanya memang punya masalah dengan dirinya sendiri. Ketika melihat ada seseorang yang tindak-tanduknya berlebihan, maka ia akan langsung menyebut mereka sebagai kaum alay yang harus ditindas.

Padahal, nih, jika mau berkaca, sebenarnya orang yang menganggap orang lain alay sendirilah yang patut disebut sebagai alay. Bagaimana tidak berlebihan, bukannya fokus dengan kehidupannya sendiri, ia malah sibuk ke sana kemari bilang setiap orang yang perbuatannya berlebihan dengan sebutan alay. 

4. Alay bukan merupakan perbuatan dosa dan melanggar hukum

ilustrasi orang senyum (pixabay.com/Pexels)

Sudah pasti, perilaku-perilaku yang dianggap alay oleh segelintir kalangan sejatinya bukan merupakan dosa dan perbuatan melanggar hukum. Bisa jadi malah memberi manfaat bagi dirinya sendiri, aksi-aksi alay tidak serta merta diidentikan dengan hal-hal yang negatif. 

Daripada berbuat sesuatu di luar kewajaran yang merugikan banyak orang, lebih baik unjuk aksi mengekspresikan diri dengan banyak hal. Jika dialihkan ke hal-hal bermanfaat, aksi-aksi alay boleh jadi merupakan cikal bakal lahirnya sebuah karya, lho. 

Baca Juga: 5 Alasan Tidak Kunjung Menemukan Motivasi, Yuk Introspeksi Diri!

Verified Writer

Iip Afifullah

Someone

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya