Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Kehidupan modern seringkali menuntut seseorang untuk beradaptasi dengan tekanan dan tuntutan yang tinggi. Dalam dinamika ini, tidak jarang seseorang meresapi rasa panik yang mendalam. Fenomena ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai faktor, baik dari lingkungan sekitar maupun faktor internal diri.
Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi lima fakta mengejutkan alasan utama mengapa seseorang dapat cepat panik. Penelusuran ini akan membantu kita memahami kompleksitas psikologis yang mendasari respons panik dan memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana faktor-faktor ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.
Baca Juga: 4 Tips Beradaptasi di Lingkungan Kerja Baru sebagai CPNS, Jangan Panik
1. Tekanan sosial
ilustrasi suasana diskusi (pexels.com/Antoni Shkraba) Seseorang dapat merasakan tekanan sosial yang luar biasa, baik dari keluarga, teman, atau masyarakat umum. Ketidakpastian akan ekspektasi sosial dan perasaan perlu untuk memenuhi standar tertentu dapat memicu panik.
Dalam situasi ini, rasa takut akan penilaian orang lain dan ketidakmampuan untuk memenuhi harapan dapat menciptakan beban psikologis yang berlebihan. Sebagai contoh, seorang pekerja mungkin merasa panik karena takut tidak dapat memenuhi harapan atasan atau rekan kerja, menghasilkan stres sosial yang mengintensifkan respons panik.
2. Ketidakpastian masa depan
ilustrasi pria sedang pusing (pexels.com/Alex Green) Rasa takut terhadap ketidakpastian masa depan dapat menjadi pemicu kuat untuk panik. Ketika seseorang merasa tidak dapat mengendalikan atau memprediksi arah hidupnya, dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan.
Situasi seperti kehilangan pekerjaan, ketidakstabilan ekonomi, atau perubahan besar dalam kehidupan pribadi dapat merangsang reaksi panik. Individu cenderung mencari kepastian, dan ketidakpastian dapat menciptakan perasaan rentan yang memicu respons panik.
Baca Juga: 5 Sikap agar Tidak Panik Menghadapi Masalah yang Datang Silih Berganti
3. Trauma dan pengalaman sulit
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi wanita bingung (pexels.com/Marcus Aurelius) Pengalaman traumatis, seperti kecelakaan, kehilangan yang mendalam, atau kekerasan, dapat meninggalkan bekas yang dalam pada psikologi seseorang. Ketika individu dihadapkan pada situasi atau stimuli yang mirip dengan pengalaman traumatis mereka, mereka mungkin mengalami serangan panik.
Reaksi ini dapat dipahami sebagai bentuk perlindungan diri yang berlebihan, yang mana otak menciptakan respons panik sebagai cara untuk menghindari potensi bahaya atau melindungi diri dari perasaan yang menyakitkan.
4. Gangguan kecemasan
ilustrasi pria sedang berpikir (pexels.com/Tiger Lily) Beberapa orang mengalami gangguan kecemasan, yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap serangan panik. Faktor biologis dan genetik dapat berperan dalam perkembangan gangguan kecemasan ini.
Selain itu, kecemasan dapat dipicu oleh stres berkepanjangan atau peristiwa hidup traumatis. Orang dengan gangguan kecemasan seringkali memiliki ambang batas yang lebih rendah terhadap rangsangan yang memicu respons panik, sehingga mereka cenderung lebih mudah panik dalam situasi yang mungkin tidak terlalu mengancam bagi orang lain.