TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Sulitnya Meninggalkan Kebiasaan Negatif

Meninggalkan sebuah kebiasaan selalu butuh usaha keras

ilustrasi pria kebingungan (pexels.com/Edward Jenner)

Meninggalkan kebiasaan negatif seringkali merupakan tantangan yang besar bagi banyak orang. Terlepas dari kesadaran akan dampak buruknya, seringkali sulit bagi seseorang untuk melepaskan kebiasaan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang memengaruhi perilaku dan pikiran seseorang. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi lima alasan mengapa seseorang sulit meninggalkan kebiasaan negatif dan bagaimana mereka dapat mengatasi hambatan tersebut.

1. Keterikatan emosional dengan kebiasaan

ilustrasi suasana perdebatan (pexels.com/Liza Summer)

Alasan utama seseorang sulit meninggalkan kebiasaan negatif adalah keterikatan emosional yang kuat terhadap kebiasaan tersebut. Kebiasaan negatif sering kali terkait dengan kepuasan atau kenyamanan instan, meskipun jangka panjangnya membawa dampak negatif. Misalnya, kebiasaan merokok dapat memberikan rasa lega atau pengurangan stres sesaat, meskipun pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan.

Keterikatan emosional ini sering kali sulit diputus karena terkait erat dengan aspek-aspek psikologis dan neurologis dari perilaku. Otak terbiasa dengan rangsangan atau hadiah yang diberikan oleh kebiasaan negatif, sehingga memperkuat hubungan antara stimulus dan respons. Selain itu, kebiasaan negatif juga dapat berfungsi sebagai koping mekanisme untuk mengatasi emosi negatif atau tekanan, yang membuatnya sulit untuk dilepaskan.

2. Peran lingkungan dalam mempertahankan kebiasaan

ilustrasi wanita merenung (pexels.com/Liza Summer)

Lingkungan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kebiasaan negatif seseorang. Teman, keluarga, atau lingkungan sosial dapat memengaruhi perilaku seseorang secara signifikan. Misalnya, jika seseorang berada dalam lingkungan di mana kebiasaan negatif seperti minum minuman beralkohol atau mengonsumsi obat-obatan terlarang dianggap norma, maka sulit bagi mereka untuk meninggalkan kebiasaan tersebut.

Selain itu, lingkungan fisik juga dapat menjadi pemicu atau pencetus kebiasaan negatif. Misalnya, seseorang yang sering bekerja di depan komputer mungkin merasa cenderung untuk mengalihkan perhatian dengan mengonsumsi makanan ringan atau minuman berkafein, yang pada akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang sulit untuk diubah. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan lingkungan kita dan menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan positif.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Mengatasi Kebiasaan Buruk Selama Bulan Ramadan

3. Pola pikir negatif dan rasa percaya diri yang rendah

ilustrasi suasana bekerja (pexels.com/Tiger Lily)

Pola pikir negatif dan rasa percaya diri yang rendah juga dapat menjadi hambatan dalam memutuskan kebiasaan negatif. Seseorang yang merasa rendah diri atau meragukan kemampuannya untuk berubah cenderung merasa putus asa atau putus harapan, yang membuatnya sulit untuk melakukan upaya perubahan. Mereka mungkin menganggap bahwa mereka tidak mampu untuk mengatasi tantangan atau mengubah perilaku mereka.

Selain itu, pola pikir negatif seperti pemikiran berasumsi yang merugikan atau pandangan yang fatalistik tentang diri sendiri juga dapat memperkuat kebiasaan negatif. Misalnya, seseorang yang meyakini bahwa mereka "tidak akan pernah bisa berhenti merokok" atau bahwa "mereka tidak pantas untuk hidup sehat" cenderung mempertahankan kebiasaan negatif mereka karena mereka percaya bahwa perubahan tidak mungkin.

4. Tantangan fisik dan psikologis yang terkait dengan pembatasan

ilustrasi pria sedang pusing (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meninggalkan kebiasaan negatif seringkali melibatkan tantangan fisik dan psikologis yang signifikan terkait dengan pembatasan atau pengurangan stimulus yang menyenangkan atau memuaskan. Misalnya, seseorang yang mencoba untuk berhenti merokok akan mengalami gejala penarikan nikotin seperti gelisah, kelelahan, atau ketegangan otot, yang membuatnya sulit untuk bertahan.

Selain itu, terkadang kebiasaan negatif juga berfungsi sebagai cara untuk mengatasi atau menghindari emosi negatif seperti kecemasan, stres, atau kesepian. Ketika seseorang mencoba untuk meninggalkan kebiasaan tersebut, mereka mungkin menghadapi perasaan tidak nyaman atau bahkan mengalami gejala penarikan emosional yang membuatnya sulit untuk bertahan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi pengelolaan stres atau dukungan emosional yang sehat selama proses berubah.

Verified Writer

Januar Lestari

Terbang bebas mengangkasa, menjadikan tulisan sebagai sarana healing terbaik. Ig @jei.el26

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya