TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Anak Muda yang Berhasil Mendunia Berkat Rintisan Merek Lokal

Saatnya mengapresiasi merek lokal

Sumber Gambar: Qlapa.com

Mendirikan merek dan produk sendiri adalah sebuah bisnis yang penuh tantangan. Selain harus berusaha membuat rancangan produk yang kualitasnya oke dan mau dibeli, kamu juga harus bersaing dengan merek lain yang lebih besar dari dalam, maupun luar negeri. Apalagi sekarang ini masih ada masyarakat Indonesia yang masih import-minded alias cuma mau beli produk dari luar negeri.

Tapi bukan berarti kamu tidak akan bisa sukses dengan membuat merek dan produk lokal sendiri. Contohnya enam orang di bawah ini; di usianya yang masih muda, mereka bisa mendirikan merek dan produk lokal mereka, bahkan bisa menjualnya di berbagai negara dan mendapat berbagai penghargaan. Kuncinya cuma satu: be unique!

1. Agit Bambang dengan Amble Footwear

Sumber Gambar: flickr.com

Sepatu kulit keren buatan Indonesia itu gak cuma Brodo, loh. Ada banyak merek yang gak kalah keren, salah satunya adalah Amble Footwear rintisan Agit Bambang ini. Awalnya, ia hanya geram karena melihat banyaknya sepatu kulit dari luar negeri dengan harga selangit di Indonesia. Iseng-iseng, sepatu buatannya itu pun dijual di Kaskus.

Sumber Gambar: thegoodsdept.com

Ternyata, baru tiga hari, sepatu buatannya laku. Sejak itu, Amble Footwear mulai dirintis, dan sekarang berkembang pesat. Agit bisa memperoleh omzet sampai 100 juta rupiah dari Amble Footwear. Sepatu-sepatu kulitnya juga sudah dijual di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan juga beberapa negara Eropa. Berkat Amble Footwear ini, Agit juga berhasil menjadi finalis International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Award di tahun 2012 lalu.

2. Tyas Nastiti dengan Klastik Footwear

Sumber Gambar: ziliun.com

Batik memang gak ada matinya. Bahkan dari tahun ke tahun, kain khas Indonesia ini makin sering dipadukan dengan fashion item modern, termasuk sepatu dari Klastik Footwear rintisan Tyas Nastiti. Menggunakan modal usaha yang diperolehnya dari program kreativitas mahasiswa dari kampusnya, Tyas merancang dan menjual sepatu batik dan juga sepatu tenun untuk wanita.

Sumber Gambar: klastikfootwear.com

Sekarang, Klastik Footwear punya koleksi sepatu batik untuk wanita dan juga pria. Tiap bulannya ia berhasil mendapatkan pesanan lebih dari 450 pasang sepatu per bulan. Dengan harga sepatu yang berkisar dari 145.000 sampai 500.000 rupiah, kebayang kan berapa banyak omzet yang diperoleh tiap bulannya.

3. Andina Nabila Irvani dengan Slight Shop

Sumber Gambar: twitter.com/@andinairvani

Dengan bakat melukis, Andina atau yang akrab dipanggil Dina awalnya iseng mencoba melukis sepatu kanvas yang dikenakan kakaknya. Karena dianggap keren oleh banyak orang, akhirnya Dina dengan kakaknya mulai membuat ide bisnis sepatu lukis dengan nama merek SLIGHTShop.

Sumber Gambar: Qlapa.com

Sejak mulai membuat sepatu lukis, SLIGHTShop dan Dina juga mendulang banyak prestasi. Beberapa diantaranya yaitu Business Start Up Award, Shell-Live Wire 2009; Asia’s Best Young Entrepreneur, Business Week 2009; Country Manager Asea- Preneur 2010; dan Best Young Entrepreneur, Ministry of Youth and Sport 2011. Sepatu lukis buatannya dijual tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara tetangga. Jenis produk sepatu handmade buatannya juga bertambah.

4. Irvan Kurniawan dengan Lazuli Sarae

Sumber Gambar: ziliun.com

Ikut dan memenangkan lomba bisnis bisa menjadi awal dari bisnis yang sukses, loh. Contohnya merek Lazuli Sarae ini. Mendapatkan posisi runner-up di Kontes Rencana Bisnis Kreatif yang diadakan PPKI (Pekan Produk Kreatif Indonesia) 2010, Irvan dan mitranya Maretta Astri Amanda Nirmanda memutuskan untuk mengembangkan ide mereka, yaitu membuat produk fashion yang memadukan denim yang modern dengan sentuhan batik Indonesia yang khas.

Sumber Gambar: lazulisarae.com

Memang, di saat pertama kali berdiri, mereka harus jatuh bangun untuk mengembangkan bisnis mereka. Tapi dengan perjuangan keras dan strategi yang tepat, Lazuli Sarae akhirnya bisa berkembang. Di tahun 2014 saja, Lazuli Sarae sudah memiliki omzet penjualan sebesar Rp 20-40 juta per bulan.

5. Dea Valencia Budiarto dengan Batik Kultur

Sumber Gambar: kompas.com

Foto di atas bukan cuma model, tapi juga pendiri Batik Kultur! Semuanya berawal dari keinginan Dea yang sejak dulu mau memiliki baju batik cantik yang cocok untuknya. Karena gak ketemu, ia malah membuat bajunya sendiri dari beberapa baju batik lama/lawas yang ada di rumahnya. Batik lawas itu kemudian menjadi baju batik dengan model yang muda dan modern.

Sumber Gambar: ratubatik.com

Berkat modelnya yang modern dan juga kualitasnya yang oke, baju batik dari Batik Kultur laku keras di Indonesia. Beberapa pembeli baju batiknya malah berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Hong Kong, Belanda, Singapura, dan Norwegia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya