4 Tantangan Eklin De Fretes dalam Merajut Perdamaian di Maluku
Penuh perjuangan demi satu perdamaian
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Konflik gak pernah menyisakan apa pun selain luka. Bahkan, ketika konflik itu sudah terjadi puluhan tahun berlalu, bekas lukanya masih tetap ada. Bekas luka yang sama juga dirasakan oleh penduduk Kepulauan Maluku. Kerusuhan etnis-politik yang melibatkan agama medio 1999 di daerah tersebut membuat penduduk setempat terpaksa melakukan segregasi wilayah.
Penduduk yang beragama Kristen terpaksa hidup terpisah dengan saudara-saudaranya yang beragama Islam. Seolah belum cukup buruk, kisah kelam tentang konflik nyatanya juga masih lestari. Diturunkan oleh orang tua ke anak, kisah-kisah ini jika dibiarkan dapat memicu terjadinya segregasi pemikiran bagi anak-anak Maluku.
Demi mewujudkan misi kita satu Indonesia, Eklin Amtor De Fretes melawan kisah-kisah konflik Maluku yang kelam tersebut lewat dongeng. Bukan dongeng biasa, Eklin menggunakan seni ventriloquism dalam setiap aksinya. Sama seperti pejuang kebaikan lain, perjuangan Eklin tentu tak luput dari berbagai tantangan. Tantangan seperti apa yang harus dilalui Eklin dalam kesehariannya menyiarkan kisah persatuan pada anak-anak lewat dongeng?
1. Penolakan dari warga daerah pedalaman
Melawan prasangka yang sudah berakar selama puluhan tahun memang gak mudah. Apalagi ada bayang-bayang konflik masa lalu yang menghantui. Prasangka yang sama juga sempat dialami Eklin di awal perjuangannya. Januari 2018, Eklin mengunjungi salah satu daerah pedalaman di Pulau Seram untuk mendongengi anak-anak. Sayang, keinginan itu ditentang warga setempat. Alasannya sederhana, karena Eklin adalah seorang calon pendeta.
Penduduk setempat khawatir Eklin akan melakukan kristenisasi pada anak-anak mereka. Gak menyerah, Eklin lantas mengunjungi daerah lain. Bukan hanya pedalaman Maluku, ia juga memberanikan diri untuk mengunjungi daerah perbatasan di mana konflik masih sering terjadi hingga hari ini.
"Saya bisa bawa anak-anak Muslim ke daerah anak-anak Kristen dan anak-anak Kristen ke daerah Muslim. Selama belasan tahun mereka tidak pernah bertemu. Mereka bersatu dengan dongeng, mereka bisa berpelukan dengan dongeng, mereka bisa tertawa dengan dongeng," ungkap Eklin melalui sebuah wawancara khusus, Sabtu (16/9/2023).
Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes, Menyebarkan Perdamaian Lewat Dongeng
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.