TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Penyebab Seseorang Memiliki Self Esteem yang Rendah

Salah satunya karena keluarga yang tidak harmonis

ilustrasi seseorang dengan self esteem yang rendah (pexels.com/Anete Lusina)

Self esteem adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, di mana ini merupakan penilaian yang bersifat subjektif dan hanya berdasar pada opini pribadi. Saat seseorang memandang dirinya sendiri sebagai pribadi yang tidak cukup membanggakan, kurang dalam segala hal bahkan menganggap dirinya sebagai orang paling tidak bernilai di lingkungannya, ini menunjukkan bahwa dia memiliki self esteem yang rendah.

Terdapat banyak faktor eksternal yang menjadi penyebab rendahnya penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Berikut adalah ulasannya.

1. Sering mendapat kritik buruk dari orangtua atau guru selama masa anak-anak

ilustrasi orang tua yang ketat (pexels.com/Monstera)

Seorang anak akan membutuhkan apresiasi dari orang dewasa di sekitar untuk membangun rasa kepercayaan dirinya. Sebaliknya, anak kecil yang terus menerus mendapatkan kritikan buruk akan kehilangan kepercayaan diri. Bahkan, hal ini bisa berlanjut hingga dia tumbuh dewasa.

Perasaan selalu salah di mata orang lain akan berpengaruh buruk pada kondisi psikologinya. Ini akan membuatnya memberikan cap buruk kepada diri sendiri dan menilai dirinya sebagai seseorang yang tidak pernah berhasil dalam melakukan apa pun.

Selain kritik yang buruk, pengabaian oleh orang tua juga turut andil dalam membentuk self esteem yang rendah. Saat diabaikan, seorang anak merasa bahwa dirinya adalah seseorang yang tidak penting dan berharga bagi lingkungannya.

Baca Juga: 5 Kalimat Self-Talk Negatif Ini Beri Pengaruh Buruk Pada Self-Esteem

2. Keluarga yang tidak harmonis dan penuh konflik

ilustrasi konflik dalam rumah tangga (pexels.com/Alex Green)

Pertengkaran orang tua memiliki dampak buruk terhadap perkembangan anak. Seorang anak akan menyerap emosi negatif kedua orang tuanya dan menanamkan rasa tidak percaya pada mereka. Ini akan lebih diperparah jika orang tua bertindak kasar terhadap anak sebagai bentuk pelampiasan.

Seorang anak yang menjadi sasaran pelampiasan kedua orang tuanya akan merasa bahwa dia adalah penyebab dari pertengkaran di antara mereka. Konflik yang berkepanjangan akan terus memberikan ketakutan pada si anak hingga ia dewasa.

3. Pernah menjadi korban bully

ilustrasi tindak bullying (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tindakan bully memang kerap meninggalkan trauma di hati para korbannya. Jika seseorang mendapat dukungan dari keluarga, dia mungkin akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memulihkan rasa traumanya. Sebaliknya, tanpa kehidupan rumah yang mendukung, ini akan memperbesar efek buruk yang timbul dan dapat mengikis harga dirinya.

Perasaan putus asa, ditinggalkan, diabaikan dan kebencian akan memenuhi seluruh hidupnya. Tidak hanya rasa kepercayaan diri yang hilang, dia juga akan menjadi seseorang yang sulit mempercayai orang lain.

4. Menghadapi tantangan akademik tanpa mendapat dukungan yang semestinya

ilustrasi seorang murid dan guru (pexes.com/Tima Miroshnichenko)

Kebanyakan orang tua akan menuntut anaknya menjadi seorang yang berprestasi secara akademik di sekolahnya. Padahal, potensi yang dimiliki tiap anak jelas berbeda. Ada beberapa anak yang memang diberi kelebihan di bidang non akademik.

Namun, seringkali anak yang tidak begitu memiliki nilai bagus di sekolah akan dianggap sebagai seseorang yang bodoh. Cap buruk ini akan membuat seseorang meremehkan dirinya sendiri, bahkan tidak memiliki keberanian yang cukup untuk menyampaikan pendapatnya.

Baca Juga: 5 Tips Meningkatkan Self-Esteem Anak, Biar Gak Gampang Minder!

Verified Writer

Lula Lula

you can reach me on my IG @lulumaryamah23

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya