Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sekalipun sikap pamer gak baik, kita kudu berhati-hati sekali dalam menyebut orang lain menyombongkan sesuatu yang dimiliki. Apalagi di zaman ketika sebagian besar orang suka mengunggah apa saja di media sosial, sedang sebagian lagi terlalu cepat menghakimi.
Boleh jadi, kita termasuk yang terakhir sehingga sedikit-sedikit menyebut orang lain sedang pamer saja. Kalau kita mudah menuduh orang pamer, bukan salah mereka juga bila menjadi kesal. Yuk, pahami alasannya dan tahan diri dari gemar menilai orang lain.
1. Niatnya memang bukan buat pamer
ilustrasi kebun sendiri (pexels.com/Anna Tarazevich) Kalau sudah menyangkut niat, tak ada yang lebih tahu selain orang yang bersangkutan. Demikian pula dengan seseorang yang kita anggap lagi pamer. Apa yang dilakukannya ternyata tidak dimaksudkan buat begitu.
Seperti dalam ilustrasi. Seseorang berfoto di kebun yang dikelolanya sendiri. Ia semata-mata merasa senang mampu berkebun untuk pertama kalinya. Akan tetapi, kita malah gak fokus ke situ dan menganggapnya cuma pamer punya tanah yang luas.
Baca Juga: 5 Dampak Baik saat Kamu Gak Pamer Kemesraan di Media Sosial
2. Dia tidak bisa lepas dari atribut-atribut sosial ekonominya
ilustrasi di dalam pesawat (pexels.com/cottonbro studio) Sesederhana apa pun sifat seseorang, sulit untuknya sepenuhnya melepaskan diri dari atribut-atribut sosial ekonominya. Sama seperti kita tidak mungkin melepaskan seluruh pakaian ketika hendak menemui orang lain.
Misalnya, orang yang dalam seminggu bisa beberapa kali pergi ke berbagai kota menggunakan pesawat. Sedikit banyak foto-fotonya tentu tentang perjalanannya. Akan tetapi, kita dengan mudahnya melabeli seseorang sebagai tukang pamer mentang-mentang ke mana-mana naik pesawat.
3. Penampilan dan apa yang diunggahnya sangat memengaruhi pekerjaannya
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi klien (pexels.com/RODNAE Productions) Buat kita, penampilan mungkin nomor sekian. Hampir tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita dan berapa uang yang bisa dibawa pulang setiap bulannya. Namun bagi orang lain gak sesederhana itu.
Cara mereka menampilkan diri baik di dunia nyata maupun maya sangat berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan. Orang-orang menjadi lebih memercayai profesionalitasnya di suatu bidang berkat tampilannya yang meyakinkan.
4. Terlihat mampu dibilang pamer, tampak susah dihina
ilustrasi di pantai (pexels.com/Pavel Danilyuk) Nah, jadikan ini sebagai bahan introspeksi buat kita. Jangan membuat orang lain bingung kudu bersikap dan menampilkan diri seperti apa supaya tepat di mata kita. Sedang standar biasa-biasa saja itu gak jelas ukurannya.
Orang yang hari ini kita cap sebagai jagonya pamer, boleh jadi memiliki pengalaman sebaliknya. Yaitu, dihina orang kala ia tampak sengsara atau sekadar sederhana. Dia menjadi tidak mengerti apa yang sebenarnya kita inginkan darinya selain mencari-cari celanya saja.
Baca Juga: [QUIZ] Apakah Kamu Tipe Orang yang Suka Pamer?