TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Penulis Perlu Hati-hati Memberikan Naskahnya pada Orang Lain

Jangan asal kasih meski ke teman sendiri

ilustrasi mengintip teman bekerja (pexels.com/Sam Lion)

Sebagai penulis, terkadang kamu perlu memiliki pembaca pertama untuk naskah-naskahmu. Tujuannya agar kamu mendapatkan masukan dari mereka tentang hal-hal dalam naskah yang butuh diperbaiki. Dengan begitu, naskahmu diharapkan sudah lebih rapi ketika diajukan ke penerbit atau media massa.

Akan tetapi, berhati-hatilah saat kamu hendak memberikan naskahmu pada orang lain. Tidak salah juga apabila kamu memilih tak menggunakan bantuan pembaca pertama buat naskah-naskahmu. Berikut pertimbangannya:

1. Mencegah naskahmu disalahgunakan

ilustrasi memberi tahu teman (pexels.com/Laura Tancredi)

Bagi seorang penulis, naskah merupakan hartanya yang paling berharga. Naskah tersebut ditulis tidak hanya menggunakan pikiran, tetapi juga memerlukan penghayatan batin utamanya naskah fiksi.

Bahkan kerap kali menggambarkan pengalaman hidup penulis sendiri. Terbayang kan, betapa pribadi arti naskah bagi penulisnya? Kalau sampai naskahmu disalahgunakan orang, diakui sebagai karyanya lantas dipublikasikan, kamu pasti sangat sakit hati dan merugi.

Baca Juga: 5 Ketakutan yang Harus Disingkirkan Penulis Pemula, Jangan Ragu!

2. Kamu tentunya tak ingin mendengar komentar dari sembarang orang

ilustrasi teman mengoreksi (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Masukan dari orang lain memang dibutuhkan agar naskahmu menjadi lebih baik. Akan tetapi, pastinya kamu lebih memerlukan saran dari orang yang punya banyak pengalaman di bidang kepenulisan. 

Jika kamu tidak selektif, masukan yang didapatkan justru hanya akan membuatmu bingung. Upayamu untuk memperbaiki naskah malah bikin naskah tambah berantakan lantaran mengikuti saran yang asal-asalan.

3. Sikap mengajukan diri untuk membaca naskahmu tergolong tidak etis

ilustrasi memberi tahu teman (pexels.com/Laura Tancredi)

Berhati-hatilah apabila ada teman yang tahu-tahu mengajukan diri buat menjadi pembaca pertamamu. Ia seharusnya mengerti bahwa saat kamu menulis sebagai sebuah pekerjaan, bukan sekadar cari pengakuan atau hobi, naskah sifatnya sangat pribadi.

Orang-orang yang menjadi pembaca pertama naskahmu dilarang keras membocorkannya sedikit saja pada siapa pun atau melalui apa pun. Akan lebih tepat bila kamulah yang meminta dengan sopan sejumlah orang buat membaca naskahmu sebelum dikirimkan ke penerbit atau media massa.

4. Banyak orang sekadar kepo, bukan betul-betul tertarik membaca naskahmu

ilustrasi berbicara dengan teman (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Ketika kamu memulai perjalananmu sebagai seorang penulis, terkadang dirimu menyamakan keduanya. Bahkan, teman yang kepo dengan naskahmu diartikan mendukung cita-citamu sebagai penulis. Kenyataannya, keduanya berbeda.

Jika kamu menulis 100 halaman misalnya, orang yang cuma kepo tidak membaca seluruhnya. Hanya berhenti di beberapa titik dan akhirnya lebih banyak mencela hasil kerja kerasmu daripada mengapresiasi atau memberikan kritik yang membangun.

Atau yang tak kalah menyakitkan, dia cuma bersemangat ketika meminta naskahmu untuk dibaca. Tiba waktunya kamu menagih komentarnya buat menjadi bahan perbaikan naskah, ia bersikap cuek seakan-akan naskahmu tidak penting.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Sebaiknya Kamu Gak Beli Buku Bajakan, Hargai Penulis!

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya