TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Tak Perlu Membuktikan Apa pun pada Orang yang Mengejekmu

Seperti memotivasi, tetapi malah menjerumuskan

ilustrasi perempuan bahagia (pexels.com/Alex Gállego)

Hinaan orang padamu memang bisa bikin sakit hati. Kamu jadi ingin membuktikan dirimu tidak seperti apa yang dikatakannya. Seperti dia mengejekmu miskin, kemudian dirimu begitu bersemangat mengejar kesuksesan.

Sekilas ini tampaknya baik sebab kamu begitu termotivasi oleh perkataannya yang negatif. Namun, benarkah demikian? Apakah bila dirimu mengabaikan penghinaannya berakibat hidupmu tak akan maju?

Justru meladeni hinaannya yang bisa membuat kemajuan dalam hidupmu menjadi semu. Apa yang berusaha dibuktikan ternyata tak membungkam orang tersebut bahkan tidak membuatmu bahagia. Pikirkan baik-baik enam hal ini sebelum kamu berupaya terlalu keras buat membuktikan sesuatu selepas direndahkan orang.

1. Orang yang mengejek tak benar-benar peduli dengan pembuktianmu

ilustrasi perempuan tersenyum (pexels.com/Barion McQueen)

Orang yang suka mengejek bahkan bisa lupa pernah melakukannya pada siapa saja dan terkait hal apa. Berbeda dengan orang-orang yang diejek, cenderung akan selalu mengingatnya. Ketika kamu berhasil membuktikan hinaannya salah, dia gak ambil pusing.

Terburuk, ia bahkan dapat selalu memiliki ide baru dalam mengejekmu. Kesuksesanmu di satu hal tak pernah cukup untuk membuatnya berhenti menghinamu. Bayangkan betapa marahnya kamu bila setelah bekerja begitu keras tetap saja dihina oleh orang yang sama.

Kemarahan yang luar biasa buruk untukmu. Ada saatnya kamu merasa lebih termotivasi dalam hidup berkat hinaannya. Namun, ada titik ketika ejekan yang bertubi-tubi dan terus dipikirkan justru membuatmu tak dapat lagi berpikir jernih apalagi mengusahakan apa pun.

2. Termasuk dendam yang bikin hidup gak tenang

ilustrasi duduk dan berpikir (pexels.com/Artem Podrez)

Hati-hati karena rasa dendam bisa tersamar dalam benakmu. Beralasan termotivasi oleh ejekan seseorang, boleh jadi sesungguhnya kamu telah menjadi seorang pendendam. Ia pernah menghinamu sehingga kamu terdorong untuk balas mentertawakannya melalui pembuktian.

Harapanmu, ketika kamu berhasil membuktikan sesuatu yang berkebalikan dari hinaannya, dia akan merasa malu berat. Jika pembuktian itu saja terasa kurang jelas, dirimu telah menyiapkan kata-kata buat menegaskan betapa kelirunya perkataannya waktu itu. Sadarkah kamu bahwa perasaan mendendam ini begitu menguasaimu?

Tiada hari yang terlewati tanpa dirimu memikirkan kesuksesan lalu ganti melukainya. Kamu cemas saat waktu berjalan dan sesuatu yang akan dibuktikan belum juga berhasil dilakukan. Lama-lama kamu malah kehilangan konsentrasi dan seluruh kedamaian dalam hidupmu.

Baca Juga: Punya Teman Hobi Merendahkan? Hadapi dengan 5 Sikap Ini

3. Kamu akan merasa sangat buruk jika gagal

ilustrasi perempuan berbaring (pexels.com/Almighty Shilref)

Setelah berusaha keras serta merasa kecemasanmu terus meningkat, bukan tidak mungkin kamu masih gagal juga dalam melakukan pembuktian. Seandainya pun tak ada lagi satu orang saja yang mengejekmu, kegagalan ini akan terasa amat menyakitkan buatmu. Kamu tetap merasa sangat malu bahkan melebihi perasaanmu ketika dahulu dia menghinamu.

Kamu gak tahan terhadap kegagalan akibat dari keinginan yang begitu besar untuk membuktikan. Beban mentalmu dalam berproses menjadi besar sekali. Apabila perasaanmu begitu buruk selepas mengalami kegagalan, kamu kesulitan buat bangkit kembali.

Orang yang suka mengejek akan makin menghinamu. Di tengah kondisi yang begitu terpuruk, kamu kian kehilangan kepercayaan diri. Hidupmu bisa selamanya suram gara-gara terobsesi melawan hinaan orang dengan pembuktian.

4. Capek karena terlalu banyak yang perlu dibuktikan

ilustrasi duduk santai (pexels.com/Maria Helena Mazuroski)

Hidup ini diwarnai sedikit sanjungan dan lebih banyak hinaan. Maka kurang tepat apabila kamu terlampau memikirkan celaan orang. Jangan habiskan energimu buat orang-orang yang doyan menghina.

Energimu yang berharga mestinya digunakan untuk kehidupanmu sendiri apa pun perkataan orang. Jangan sibuk memetik daun-daun di sebuah pohon yang tampak tidak indah di matamu. Daun-daun itu toh akan gugur dengan sendirinya pada saatnya nanti.

Sebelum itu terjadi, kamu bisa berjalan tanpa memandanginya. Begitu pula dalam menghadapi orang-orang yang pernah menghinamu. Meski perkataan mereka mengusikmu, tak ada gunanya kamu meladeninya. 

5. Menunjukkan kamu begitu terpengaruh oleh perkataannya

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Miriam Alonso)

Letak kepuasan dari orang yang gemar menghina adalah seberapa terpengaruhnya kamu dengan ucapannya. Kian dirimu terlihat tidak suka kemudian mati-matian membuktikan sesuatu, ini tanda bahwa ejekannya telah berhasil menguasaimu hingga memengaruhi tindakanmu. Kamu tidak sadar bahwa sudah berada di bawah kendalinya.

Bila kamu ingin membuatnya merasa kecewa dengan usahanya menghinamu, tunjukkan betapa santainya dirimu. Kamu tidak perlu membenarkan hinaannya yang berarti merendahkan diri sendiri. Cukup dirimu gak memperlihatkan betapa terganggunya dirimu dengan hinaan itu.

Jangan beri tempat dalam pikiranmu buat orang yang negatif sepertinya. Rasa kesal dalam hati mesti segera diredakan. Biarkan dia yang ganti merasa sebal sebab gak berhasil mengusikmu dengan ucapannya.

Baca Juga: Jangan Katakan 5 Hal Ini pada Orang yang Mengejek Perjuanganmu

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya