TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Hal yang Membuat Kita Enggan Berbagi, Awas Pelit!

Jangan biarkan diri dikuasai trauma

ilustrasi berbagi (pexels.com/RODNAE Productions)

Meski secara umum kita tahu bahwa berbagi merupakan kebiasaan baik, belum tentu kita semangat melakukannya. Antara pengetahuan dengan praktik kita masih berjarak jauh. Setiap ada situasi yang seharusnya mendorong kita buat berbagi, kita justru menolak gagasan itu.

Tentu sikap kita ada latar belakangnya. Mungkin saja dulu kita cukup pemurah pada orang lain, tetapi kini berubah sikap. Selengkapnya, enam hal ini bisa menahan kita dari kebiasaan berbagi.

1. Merasa diri sendiri masih kekurangan

ilustrasi mendekap uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Hati-hati dengan perasaan. Kita bisa saja selamanya merasa kekurangan sekalipun kehidupan kita telah berlebih. Jika perasaan selalu kurang sudah muncul, segera gunakan akal sehat.

Kalau perlu buat catatan rincian pengeluaran dengan jujur. Jangan angkanya digelembungkan. Nanti akan tampak jelas perbandingan antara kebutuhan kita dengan penghasilan. Masihkah ada selisih yang dapat digunakan buat berbagi? 

2. Merasa berjuang sangat keras untuk mendapatkan sesuatu

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bahkan bila kita memperoleh begitu banyak hal dengan bekerja sangat keras, bukan artinya kita perlu menjadi kikir. Buat perjuangan kita lebih bermakna dengan cara hasilnya harus bisa dinikmati bersama. Tentu sesuai porsi masing-masing agar kita tidak terlalu royal.

Berbagi sejatinya juga memotivasi kita untuk terus berjuang. Apabila segala hal yang diraih cuma habis buat diri sendiri, lama-lama semangat kita dalam berusaha akan menurun. Sama seperti kalau kita menyantap semua makanan yang ada sampai kekenyangan. 

Kita justru menjadi kehilangan selera. Bahkan sampai berbulan-bulan kemudian, rasanya kita masih muak dengan jenis-jenis makanan itu. Berbeda dengan bila hidangan yang banyak dinikmati bersama orang lain. Meski lebih cepat habis, besok kita masih semangat untuk kembali memasak atau membeli makanan yang sama.

Baca Juga: 5 Cara Berbagi Kebahagiaan yang Simpel dan Bermanfaat di Bulan Ramadan

3. Sesuatu amat disukai

ilustrasi mencoba pakaian (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kita akan lebih mudah memberikan apa pun yang tidak terasa istimewa. Lebih-lebih kalau kita membencinya. Misalnya, pakaian yang menurut kita norak, tidak bermerek, dan kondisinya sudah kurang bagus.

Namun terkait segala bentuk rezeki, ingatlah bawah semua ini hanya titipan. Titipan yang tidak untuk dinikmati sendirian. Sejauh kita telah dalam keadaan cukup apalagi berlebih, ada hak orang lain yang harus diberikan.

4. Yakin orang lain bisa mendapatkannya sendiri jika berusaha

ilustrasi berbagi (pexels.com/RODNAE Productions)

Di mata kita, setiap orang yang gagal memiliki sesuatu semata-mata karena sifat pemalasnya. Dia mungkin sudah berusaha, tetapi sekadarnya saja. Apabila usaha dilakukan dengan sungguh-sungguh, kita percaya semua keinginan mampu dicapai.

Sekalipun pandangan ini sepertinya baik dan memotivasi, hati-hati. Jangan sampai kita lupa bahwa adanya orang-orang yang kekurangan merupakan ujian buat kita yang lebih berpunya. Apakah kita akan memilih jalan kedermawanan atau justru menjadi kikir?

5. Tidak dibiasakan sejak kecil

ilustrasi berbagi makanan (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam banyak hal, kita terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan baik atau buruk yang ditanamkan sejak kita kecil besar kemungkinan akan terbawa sampai dewasa. Tak terkecuali soal berbagi.

Kita yang gak pernah diajari oleh orangtua untuk berbagi pasti merasa kegiatan ini tidak penting. Bahkan mungkin pemborosan karena kita jadi mengeluarkan uang lebih banyak daripada seandainya gak berbagi.

Padahal, orang yang memberi tidak pernah merugi selama kita cermat dalam memilih penerima. Bukannya rugi, kita justru memperoleh banyak keuntungan sebagai gantinya. Dari perasaan puas mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama, makin bersyukur, hingga memperlancar rezeki.

Baca Juga: 5 Tips Aman Berbagi Uang THR di Hari Lebaran

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya