Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sebenarnya, mengubah kebiasaan manusia itu gak mudah. Sama seperti membentuk kebiasaan baru juga butuh waktu dan usaha yang sungguh-sungguh. Namun apa jadinya bila seseorang yang selama ini kamu kenal pandai berhemat mendadak jadi boros sekali?
Kamu sampai dibuat terbengong-bengong oleh perubahannya ini. Biasanya jarang banget belanja, sekarang malah seperti tiada hari tanpa belanja. Penasaran apa yang kira-kira terjadi padanya? Penyebabnya mungkin ada di bawah ini.
1. Suasana hatinya lagi buruk banget lalu melampiaskannya dengan belanja sepuasnya
Pexels.com/alexandra-maria-58259 Gak semua orang mudah mengeluarkan unek-uneknya dengan curhat, menangis kala sedih, atau ngomel saat kesal. Namun pada intinya semua orang tetap butuh menyalurkan emosinya. Maka, jangan heran bila ada yang larinya ke belanja saat kondisi emosinya gak stabil.
Dia mungkin berpikir ketimbang marah-marah ke seseorang, lebih baik melegakan diri dengan berbelanja sepuasnya. Pokoknya apa saja dibeli, mumpung duitnya ada karena selama ini dia sudah menabung. Berbelanja sebanyak-banyaknya memberinya kepuasan tersendiri.
2. Merasa penghematan yang dilakukannya sia-sia
Misalnya, dia sudah berhemat sekian lama dengan harapan bisa membeli sesuatu yang amat diinginkannya. Harganya memang fantastis sih, sehingga dia harus amat bersabar. Namun saat uangnya sudah terkumpul, barang yang diincar malah sudah gak diproduksi atau harganya naik untuk kesekian kalinya.
Dia jadi merasa capek. Dia berpikir, jangan-jangan sampai kapan pun dia memang gak akan bisa membelinya. Jadi, kenapa gak menggunakan uangnya untuk mencari kesenangan yang lain saja? Anggap saja sebagai pelipur lara.
Atau, dia berencana bila uangnya sudah mencapai sekian akan diinvestasikan. Buat masa depan, kan? Namun saat uangnya sudah mulai terkumpul banyak, ada saja kebutuhan tak terduga yang harus dibiayai.
Dia jadi berpikir mungkin niatnya berinvestasi memang belum direstui alam semesta. Dia merasa gak perlu lagi 'ngoyo' dalam berhemat. Kelak jika sudah waktunya, pasti uangnya akan ada dengan sendirinya.
Baca Juga: Ini 5 Akibatnya kalau Terlalu Pelit Soal Uang, Bukan Hemat
3. Malu sering dibilang pelit atau diejek miskin
Pexels.com/mentatdgt-330508 Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Sebenarnya sih, hemat sama pelit itu berbeda. Namun gak sedikit orang yang asal menyamakannya. Parahnya lagi, terdapat perbedaan sedikit saja antara cara mereka dengan orang lain dalam mengelola keuangan, ada yang bisa langsung mengejek pelit atau miskin.
Tekad teman atau saudaramu untuk berhemat sebenarnya kuat. Namun lama-kelamaan dia bisa gak tahan juga jika terus diganggu dengan sebutan pelit atau miskin. Apalagi bila itu selalu terjadi di depan orang banyak. Bikin dia malu banget dan tertantang untuk membuktikan yang sebaliknya.
4. Baru mendapatkan rezeki nomplok
Untuk penghasilan pokok, komitmennya untuk berhemat masih sama. Namun bila sedang mendapatkan pemasukan tambahan dalam jumlah yang lumayan, dia berpikir apa salahnya sesekali lebih menyenangkan diri dan orang-orang terdekatnya?
Itu seperti ungkapan syukurnya sekaligus rasa terima kasihnya pada orang-orang yang selama ini selalu mendukungnya. Apalagi rezeki nomplok kan, gak datang setiap hari. Jadi, biar lebih terasa saja.
Baca Juga: 5 Tips Cerdas Agar Kita jadi Orang Hemat yang Gak Pelit, Yuk Terapkan!