TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal Menyulitkanmu untuk Dewasa Sepenuhnya, Masih Kekanak-kanakan!

Ada rasa takut menghadapi kerasnya kehidupan

ilustrasi menyendiri (pexels.com/Cristian Sorin)

Jangan marah bila ada yang mengkritikmu kurang dewasa. Sekalipun pedas di telinga, barangkali penilaian tersebut ada benarnya juga. Alasannya, kedewasaan secara psikis memang tak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan secara usia.

Dan makin jauh jarak antara usia kamu dengan kedewasaanmu secara psikis, makin berkurang pula daya tarik dirimu di mata orang lain. Kamu perlu berubah, nih. Namun sebelum itu, yuk ketahui dulu apa yang selama ini menghambatmu untuk dewasa. 

1. Senang berdalih kamu memang anak bungsu dalam keluarga

ilustrasi menyendiri (pexels.com/Pixabay)

Tidak semua anak bungsu bersifat manja dan tak pernah dewasa. Sebagian bahkan bisa lebih dewasa ketimbang kakak-kakaknya. Jadi, jangan jadikan statusmu itu sebagai alasan untuk tidak pernah dewasa, ya.

Justru karena anak bungsu kerap mendapat cap kolokan, kamu harus menjadikannya tantangan buat menunjukkan hal yang berbeda. Lagipula, secara usia kamu juga telah dewasa. Sesuaikan sikapmu dengan usiamu, ya.

Baca Juga: 5 Alasan Pasangan Memilih Childfree, Salah Satunya Trauma Masa Kecil 

2. Caramu dibesarkan sejak kecil

ilustrasi keluarga (unsplash.com/Jessica Rockowitz)

Ini bukan soal kamu anak bungsu dalam keluarga atau bukan. Meski kamu anak sulung, kesulitan untuk menjadi dewasa juga dapat terjadi apabila ada yang kurang tepat dalam caramu dibesarkan.

Misalnya, kamu anak sulung yang senantiasa memperoleh apa pun keinginanmu. Bukan dengan kerja kerasmu, melainkan sekadar dipenuhi oleh orangtua. "Cetakan" dari orangtua inilah yang bisa menghambat kamu dalam mendewasakan diri.

3. Rasa takut menghadapi kerasnya kehidupan ala orang dewasa

ilustrasi takut (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bayanganmu perihal banyaknya tanggung jawab dalam kehidupan orang dewasa memang benar. Sebagai individu dewasa, kamu bakal dituntut untuk sangat mandiri. Jika ada persoalan dalam kehidupan, kamu tidak boleh mengajukan orang lain sebagai tameng.

Sekalipun tugas orang dewasa banyak dan sulit, sebenarnya kamu tak perlu takut. Secara alami, kamu pasti punya potensi untuk mengatasinya. Kesengajaanmu menunda-nunda kedewasaan hanya akan membuat potensi tersebut tetap terbenam dan tidak kunjung muncul sebagai kemampuan.

4. Memandang segala hal hanya dari sisimu

ilustrasi merenung (unsplash.com/Luca Tacinelli)

Seharusnya, hal ini hanya terjadi ketika kamu masih kecil. Tak usah menunggu dewasa, saat remaja saja kamu semestinya mulai belajar untuk melihat segala hal dari perspektif orang lain juga.

Makin bertambahnya usia, kamu akan makin mahir dalam melakukannya. Tentu, tanpa mengabaikan pandanganmu sendiri. Kaca yang selama ini menjadi tempatmu becermin itu harus diganti dengan jendela yang memungkinkanmu melihat sebanyak mungkin orang yang melintas.

Kamu perlu membangun kesadaran bahwa dunia ini tak cuma dihuni olehmu. Bahkan dalam setiap urusan, kamu nyaris selalu bersinggungan dengan orang lain. Jadi, penting buatmu menyadari dan menghargai sudut pandang mereka.

Baca Juga: 5 Sikap Dewasa dalam Pengambilan Keputusan Pribadi Maupun Bersama

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya