TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Alasan Perlunya Mengurangi Kebiasaan Nangis di Depan Orang Lain

Nanti dikira cuma cari simpati

ilustrasi menangis (pexels.com/Алекке Блажин)

Sudah besar, tapi kamu masih kerap disebut cengeng oleh orang lain. Tentunya sebutan ini tidak begitu saja disematkan padamu. Mereka baru akan menyebutmu demikian setelah melihat sendiri seringnya kamu menangis di depan orang-orang.

Adegan kamu menangis telah menjadi pemandangan yang tak mengherankan lagi bagi mereka. Kamu bisa menangis di kampus, di tempat makan saat curhat, atau di depan teman-teman kosmu.

Sekalipun menangis merupakan bentuk ekspresi dari kesedihan yang kamu rasakan, mulailah belajar untuk menguranginya. Kamu dapat mengawalinya dengan menangis saat sendirian di kamar sebelum kelak menjadi pribadi yang lebih tegar. Berikut enam alasan kamu perlu melakukannya.

1. Kamu tak mendapatkan kekuatan yang lebih besar dari banyaknya air mata yang tercurah

ilustrasi menangis (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Apakah kamu berpikir makin sering dan lama dirimu menangis, makin cepat pula kamu bangkit dari keterpurukan? Pemikiran seperti ini tidaklah tepat. Kamu cuma membuang-buang waktu dan membuat wajahmu sembap.

Membangun kekuatan diri mirip dengan membangun dinding. Semen perlu diaduk dengan air, tapi air bukanlah komponen terbesarnya. Jadi, air matamu juga bukan pembangkit kekuatan diri.

Air matamu hanya seperti darah yang otomatis keluar ketika orang terluka secara fisik. Bila kamu membiarkan perdarahan terus terjadi, kamu akan makin lemah. Jadi, berhentilah menangis kalau tak mau kekuatan dirimu kian pudar.

2. Orang lain jadi takut bicara denganmu saking sensitifnya kamu

ilustrasi sedih (pexels.com/RODNAE Productions)

Saat kamu curhat dan menangis, misalnya. Makin heboh tangisanmu, makin temanmu ragu buat jujur dalam memberi masukan. Akhirnya dia lebih mengutamakan perasaanmu saja. Terpenting kamu merasa terhibur.

Sekalipun ia punya nasihat terbaik untuk mengatasi persoalanmu, pasti batal diutarakannya karena kamu mungkin tidak suka mendengarnya. Kalau begini, kamu sendiri yang rugi. Ketenangan yang kamu dapatkan cuma semu sebab masalahmu gak selesai.

Baca Juga: 5 Alasan Terlalu Sering Menangis Gak Baik, Riskan Dikucilkan

3. Sedih boleh, tapi tak perlu sering menangis

ilustrasi sedih (pexels.com/RODNAE Productions)

Tentu ada saatnya semua orang betul-betul tak mampu menahan air mata. Contohnya, ketika orang terdekat meninggal dunia atau difitnah dengan sangat kejam. Namun, jangan artikan seluruh kesedihan perlu diekspresikan dengan tangisan.

Nanti kamu terbiasa menangis untuk persoalan sekecil apa pun. Ketika orang lain tahu apa yang membuatmu menangis, bukannya bersimpati, mereka malah mentertawakan kamu. Tak perlu kamu mengingkari rasa sedih, tetapi menangis bukanlah kewajiban saat dirimu bersedih.

4. Tangisan juga bukan solusi atas persoalanmu

ilustrasi menangis (pexels.com/Valera Moroz)

Selagi kamu menangis, masalahmu masih ada. Bahkan tambah lama kamu menangis, problem tersebut boleh jadi bertambah rumit juga. Tangisanmu tidak bisa menghentikan bola salju yang meluncur menuruni lereng.

Oleh karena itu, kalaupun dirimu harus menangis, jangan lama-lama. Ingat bahwa tugas utamamu ialah membangun kekuatan diri serta memecahkan persoalannya. Apabila masalahmu lebih cepat selesai, kamu tak punya alasan lagi buat menangis.

5. Jika kamu tampak lemah, orang lain mungkin ingin memperdayamu

ilustrasi sedih (pexels.com/Timur Weber)

Tetaplah waspada pada orang-orang di sekitarmu karena kamu tidak mampu membaca isi hati dan pikiran mereka. Ketahuilah bahwa tak semua orang bakal terketuk hatinya kala melihat kamu menangis. Orang yang tulus dan peduli padamu tentu bersimpati.

Akan tetapi, bagaimana dengan orang lain yang mungkin memendam rasa gak suka padamu? Jangan sampai kamu memberi kesempatan pada mereka buat makin melemahkanmu atau mengambil keuntungan dari kelemahanmu. Misalnya, dengan membujuk kamu untuk menurut saja padanya sebab dia bakal membantu mengatasi masalahmu.

Baca Juga: Mengapa Ada Orang yang Menangis saat Marah?

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya