TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kesalahan saat Ingin Mengubah Orang Jadi Lebih Baik, Gak Usah Maksa

Baik menurut siapa? Harus berpandangan luas

ilustrasi percakapan (pexels.com/Ivan Samkov)

Berharap orang terdekatmu mengubah kebiasaan atau sifat negatifnya tentu hal baik. Dengan usahamu buat menasihati dan memengaruhinya, artinya kamu peduli padanya. Dirimu tidak tinggal diam melihatnya begitu-begitu saja.

Akan tetapi, berhati-hatilah ketika hendak mengubah orang lain ke arah yang lebih baik. Perubahan itu perlu proses dan tidak bisa dipaksakan. Sikap-sikap seperti di bawah ini bakal berbuah perlawanan darinya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku yang Akan Mengubah Hidupmu Jadi Lebih Baik

1. Merasa dirimu lebih baik darinya

ilustrasi percakapan (pexels.com/Felicity Tai)

Seharusnya kamu dalam posisi merangkul orang yang hendak diubah menjadi lebih baik. Ini tidak dapat dilakukan apabila belum apa-apa, kamu telah menempatkan diri di atasnya. Perasaan bahwa dirimu lebih baik darinya mesti dikurangi sampai sesedikit mungkin.

Fungsinya untuk menghapus jarak di antara kalian. Kamu bakal lebih gampang memahami sudut pandangnya selama diskusi berlangsung. Dirimu tidak asal menghakiminya.

Baca Juga: 9 Momen Rafathar Curhat Tak Mau Difoto Fans, Jangan Maksa, ya!

2. Fokus di kekurangannya, gak mengapresiasi kelebihannya

ilustrasi perdebatan (pexels.com/Gustavo Fring)

Bagian yang ingin kamu ubah darinya tentu terkait kekurangannya. Namun, ini tidak bermakna dia sama sekali gak punya kelebihan, kan? Jangan abaikan sisi positif itu selama kamu berusaha mengintervensi sisi negatifnya.

Ini penting guna membuat sikapmu lebih adil. Seseorang akan merasa dihargai kalau kamu tak mengesampingkan hal-hal baik dalam dirinya. Perubahan yang terjadi nanti sifatnya hanya menambah kelebihannya. Bukan seakan-akan kamu baru menciptakan satu-satunya hal positif dalam dirinya.

3. Ingin dia menjadi persis seperti kemauanmu

ilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Kamu tengah berhadapan dengan sesama manusia yang mempunyai kekhasannya sendiri. Dirimu tidak sedang membentuk patung dari tanah liat. Maka hindari keinginan agar orang lain berubah persis seperti kemauanmu.

Itu akan membuatmu stres. Kalau kamu lebih menekan orang itu, kalian pun pasti berkonflik. Sebaik apa pun maksudmu, dia merasa kamu berusaha mengambil alih diri serta hidupnya.

4. Gak bisa menghargai standar atau versi kebaikan yang berbeda

ilustrasi percakapan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Gak usah sok-sokan mengubah orang lain menjadi lebih baik apabila pandanganmu tentang kebaikan masih sempit. Jangan sampai kamu cuma memaksakan kebaikan versimu. Padahal, apa yang dilakukan orang lain bukannya buruk.

Cara atau bentuk kebaikannya saja yang berbeda dari kebaikan menurut kamu. Kurangnya wawasan perihal kebaikan ini pula yang bisa mendorongmu merasa lebih tinggi dari orang lain, seperti dalam poin pertama.

5. Berharap perubahan terjadi secepat-cepatnya

ilustrasi percakapan (pexels.com/Kindel Media)

Mengubah air menjadi es dan sebaliknya saja memerlukan waktu. Apalagi mengubah sifat dan kebiasaan buruk seseorang. Berharap prosesnya secepat kilat hanya akan mengecewakanmu.

Kamu bakal terlalu cepat menyerah ketika melihat upayamu belum juga berhasil. Pengaruh-pengaruh positif yang coba kamu paparkan padanya perlu waktu untuk terserap. Perubahan bertahap atas kesadaran biasanya lebih awet daripada perubahan instan akibat keterpaksaan.

6. Menyuruh tanpa memberi contoh

ilustrasi percakapan (pexels.com/Klaus Nielsen)

Ucapan tanpa diimbangi dengan contoh perbuatan darimu secara konsisten hanya akan ditertawakan orang. Anak kecil saja cenderung mengabaikan nasihat orangtua yang tidak disertai keteladanan. Apalagi orang dewasa, tentu dia akan menganggapnya lelucon.

Sebaliknya, setiap hal yang secara terus-menerus kamu lakukan bakal diamati oleh orang lain. Dia dapat tergugah melihat perbuatanmu bahkan tanpa kamu menasihatinya ini itu. Atau, ia hanya memerlukan sedikit dorongan melalui lisanmu dan selebihnya mencontoh tindakanmu.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Lebih Baik Menjomblo, Gak Usah Pacaran

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya