TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Manfaat Mendengarkan Orang Lain, Cegah Salah Paham Berujung Ribut

#IDNTimesLife Jangan terpaku pada keterbatasan wawasan diri

ilustrasi mendengarkan (pexels.com/James Tahhan)

Mendengarkan orang lain kelihatannya mudah karena kita hanya perlu duduk diam. Gak dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi seperti saat kita berbicara di depan orang lain. Namun, tetap saja tak semua orang mampu mendengarkan teman-temannya dengan baik.

Bahkan tanpa sadar kita kerap mendominasi percakapan seakan-akan semua hal di dunia ini hanya tentang kita. Sebaiknya kebiasaan berbicara terlalu banyak segera direm supaya kita dapat ganti menjadi pendengar bagi orang lain. Jika kita begitu berisik, tidak ada lagi ruang untuk berbagai cerita dari kawan maupun saudara.

Meski kita senang mengobrol, imbangi juga dengan kemampuan mendengarkan sesama. Jangan takut merasa bosan atau berpikir perkataan orang lagi gak penting buat disimak. Justru dengan kita belajar mendengarkan orang lain, enam manfaat berikut bakal diperoleh.

1. Selama bukan gunjingan berarti menambah wawasan yang positif

ilustrasi komunikasi secara online (pexels.com/Anna Shvets)

Kita cuma perlu menutup telinga dari berbagai gosip yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan cenderung memburuk-burukkan orang lain sehingga ikut mendengarkannya akan mendatangkan kerugian pada diri. Isi percakapan yang seperti itu membuat pikiran kita ikut negatif.

Tapi jika isi perkataan orang lain bukan gunjingan, pasti penting untuk disimak. Seperti ia membagikan pengalamannya yang boleh jadi kapan-kapan juga bakal bermanfaat buat kita. Dapat pula seseorang memberitahukan informasi terkini terkait bidang kerja kita.

Gak usah merasa kita juga sudah mengetahuinya. Satu saja informasi berharga yang datang dari orang lain akan sangat bermanfaat. Apabila kita tak pernah memperhatikan perkataan orang, terlalu banyak wawasan yang tidak sempat diserap dari mereka.

2. Langkah mudah menjadi teman bicara yang menyenangkan

ilustrasi percakapan (pexels.com/Joshua Ruanes)

Menjadi kawan mengobrol yang seru bukan berarti kita harus seceriwis mungkin. Malah modal utama yang diperlukan supaya kita dapat menjadi teman bicara yang menyenangkan ialah kemampuan mendengarkan orang lain. Sebab hanya dengan memperhatikannya, kita akan bisa memberikan tanggapan-tanggapan yang tepat.

Bukan lawan bicara membahas sesuatu, kita meresponsnya berbeda sehingga terdengar mengubah topik. Sikap begini tentu membuatnya malas berkata-kata lagi. Bahkan ia tak membalas ucapan kita sehingga percakapan pun terhenti begitu saja.

Jika situasi seperti di atas terjadi, dapat dikatakan malah belum benar-benar terjalin percakapan. Obrolan seharusnya melibatkan dua orang atau lebih yang membahas satu topik. Bukan masing-masing punya topik sendiri dan menjadi gak nyambung ketika membicarakannya. 

3. Agar tak menanyakan lagi hal-hal yang sudah dikatakan seseorang

ilustrasi percakapan (pexels.com/Xhemi Photo)

Jika kita telah berusaha menyimak perkataan orang lain tetapi belum juga memahaminya, tentu kita boleh bertanya. Seseorang pun biasanya dengan senang hati menjelaskannya secara lebih terperinci dan perlahan-lahan. Namun, berbeda dengan bila kita gak serius mendengarkannya sejak awal.

Jangan mengira orang lain tak akan mengetahuinya. Dia bahkan sudah merasa diabaikan oleh kita selama masih berbicara. Kalau setelahnya kita sibuk bertanya, orang lain mungkin menolak untuk mengulang ucapannya.

Padahal, boleh jadi isinya juga penting buat kita. Oleh karenanya, hargailah waktu serta kesediaan orang lain memberi tahu kita tentang apa pun. Jangan malah membuang-buang waktu serta energinya dengan memintanya mengulangi perkataan lantaran kita sibuk sendiri saat diajak bicara.

Baca Juga: 3 Tips Mendalami Diri dengan Bermeditasi sambil Mendengarkan Hati

4. Mengurangi watak keras kepala

ilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Watak keras kepala juga ada sisi positifnya, seperti kemantapan pada suatu keyakinan sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh orang lain. Akan tetapi, sifat keras kepala ini gak boleh berlebihan sebab bisa merugikan diri. Kita tidak tahu segala hal dan ini membuat kita rawan melakukan kesalahan.

Dengan watak keras kepala yang keterlaluan, kita seperti menutup telinga dari perkataan semua orang. Bahkan sekalipun itu baik untuk diri sendiri, misalnya berbagai masukan dan kritik yang membangun. Kita menjadi orang yang tidak bisa diperingatkan.

Nanti tak terhitung lagi berapa kali kita melakukan kekeliruan yang seharusnya dapat dicegah. Kuncinya hanyalah kita tetap mau membuka diri pada perkataan orang lain. Memang tidak semua ucapan perlu diperhatikan, tetapi jangan pula mengabaikan seluruhnya serta terlalu percaya diri dengan setiap pendapat pribadi.

5. Melatih empati atas kondisi orang lain

ilustrasi bercakap-cakap (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dengarkan orang lain maka kita akan lebih mengerti tentang berbagai keinginannya serta kehidupannya. Jangan hanya mengandalkan apa yang terlihat karena kita bisa keliru menyimpulkan. Namun jika penglihatan diimbangi dengan pendengaran, kita bakal lebih menyeluruh dalam memahami orang lain.

Dengan pemahaman yang lebih baik, gampang untuk kita merasakan seandainya menjadi dirinya. Kita gak berkeras dengan kesimpulan sendiri serta mengabaikan setiap penuturannya. Kemampuan berempati pada akhirnya membuat kita menjadi pribadi yang lebih lembut hati.

Keuntungan lainnya adalah orang lain lebih nyaman berada di dekat kita. Pasalnya, tanpa kemampuan berempati yang cukup, kita akan terasa menyebalkan bahkan bisa bersikap kejam pada orang lain. Empati berkaitan dengan kepekaan perasaan kita dan melatihnya dapat dimulai dengan mendengarkan orang-orang di sekitar.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya