Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sudah lebih dari satu tahun pandemik COVID-19 melanda Indonesia dan kita masih belum tahu kapan ini akan berakhir. Tentu saja, sejak awal hingga saat ini, banyak sekali penyesuaian yang telah kita lakukan untuk dapat bertahan di masa pandemik.
Situasi pandemik ini memang tidak mudah untuk semua orang, tak terkecuali bagi milenial. Satu sisi, usia muda membuat energi milenial amat besar. Di sisi lain, pandemik membuat segala aktivitas menjadi penuh batasan.
Namun, bukan milenial namanya bila tidak bisa menyiasati perubahan kondisi yang drastis ini. Sekalipun tertatih-tatih, banyak milenial yang berhasil melalui enam tahapan dalam menjaga produktivitas mereka selama masa pandemik demi #IndonesiaPulih. Apa sajakah enam tahapan itu?
1. Awalnya juga sulit karena situasi yang tidak menentu dan kecemasan
Ilustrasi buntu ide (unsplash.com/bukanadam) Seperti disebutkan di awal, pandemik COVID-19 ini jauh lebih buruk daripada mimpi terburuk kita semua. Ya, siapa sih, yang mampu menduga akan terjadi pandemik di negara kita tercinta? Maka wajar apabila milenial pun dicekam kecemasan berlebih, terutama di masa awal pandemik melanda.
Apalagi saat melihat berita betapa orang-orang dapat tiba-tiba berjatuhan di jalan dan tak sadarkan diri. Kita semua bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sedang terjadi dan bagaimana kita harus menghadapi hari-hari ke depan?
Situasi makin terasa kacau ketika berita pemutusan hubungan kerja mulai terjadi di mana-mana. Milenial yang bekerja kantoran tak lagi bisa merasa tenang, milenial yang bekerja lepas apalagi. Kecemasan yang melumpuhkan ini makin terasa bagi milenial yang bekerja di bidang kreatif. Tidak ada ide, tidak ada karya, yang berarti juga tidak ada cuan!
2. Namun tanpa produktivitas, kondisi pasti akan lebih buruk lagi
Ilustrasi tetap produktif (unsplash.com/lazizli) Kondisi akibat pandemik telah semengerikan seperti dalam penjelasan poin pertama. Perlahan-lahan, kita semua dituntut untuk dapat berpikir dengan lebih jernih terlepas dari apa pun yang sedang terjadi.
Kesimpulannya jelas, kita tidak bisa terus hidup dalam cengkeraman kecemasan yang melumpuhkan kreativitas. Justru dalam situasi seperti ini, kreativitas amatlah dibutuhkan supaya kita dapat melihat atau menciptakan peluang.
Dengan menjaga kreativitas, otomatis kita akan mampu produktif. Yah, sekalipun sedikit banyak tetap tidak sama dengan produktivitas di masa sebelum pandemik, paling tidak agar kita dapat bertahan. Pandemik COVID-19 sudah sangat buruk. Namun penurunan produktivitas yang tak terkendali benar-benar akan membuat hidup kita seperti kisah yang tamat lebih pagi. Amit-amit!
Baca Juga: Bersama-sama, Ini 5 Harapan Agar Indonesia Segera Pulih #IDN
3. Sadar harus bisa memotivasi diri sendiri
Ilustrasi bekerja penuh semangat (unsplash.com/glvrdru) Sebagian milenial mulanya juga merasa menjaga produktivitas di tengah pandemik tidaklah mungkin. Bahkan gagasan ini dianggap berlebihan, menekan diri sendiri kelewat keras. Akan tetapi, dengan kecepatan berbeda-beda dalam menyadarinya, milenial pada akhirnya paham bahwa kemampuan memotivasi diri sendiri menjadi kuncinya.
Tak peduli betapa gencar ajakan untuk tetap bersemangat dan produktif di masa pandemik, jika kita tidak bisa memotivasi diri ya percuma saja. Bukannya bergerak, kita pasti hanya akan makin skeptis dalam menanggapi ajakan itu.
Kita pun tidak bisa mengharapkan bantuan orang lain untuk memotivasi sebab masing-masing sedang memiliki masalahnya sendiri. Entah masalah kesehatan akibat terpapar COVID-19 maupun masalah keuangan lantaran kena PHK.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Prinsipnya lakukan apa yang bisa dilakukan daripada hanya berpangku tangan
Ilustrasi bekerja dari rumah (unsplash.com/ofspace) Sebagai anak muda, energi milenial amatlah besar. Oleh sebab itu, milenial hanya akan bertambah stres kalau tidak melakukan apa-apa selama masa pandemik. Apa pun yang terjadi di luar sana, milenial harus selalu bergerak.
Bila bepergian sedang kurang memungkinkan lantaran berbagai kebijakan pemerintah untuk menekan laju penularan COVID-19, maka milenial harus menjaga produktivitasnya dari rumah atau kos-kosan. Gagasan-gagasan yang dimiliki harus dituangkan dalam karya atau lekas dieksekusi menjadi sebuah usaha.
Terlebih untuk milenial yang terkena PHK. Mereka harus segera mencari solusi untuk dapat bertahan hidup, sebisa mungkin tak kembali pada orangtua untuk meminta sokongan biaya hidup. Milenial tak lagi mengutamakan gengsi, yang penting tetap mampu menghasilkan rupiah.
5. Jika produktivitas terjaga, keuangan akan aman dan kita merasa lebih optimis
Ilustrasi perasaan positif (unsplash.com/nathan_mcb) Ada yang banting setir dari bekerja kantoran menjadi berjualan online. Ada pula freelancer yang di masa pandemik ini justru makin giat mencari proyek. Proyek apa pun diambilnya. Besar kecilnya penghasilan tak lagi terlalu dipusingkan, yang penting selalu ada aliran pemasukan ke rekening.
Setelah berjuang untuk tetap tabah sekaligus gigih di masa pandemik, milenial akhirnya memetik buah dari kerja keras mereka. Tentu saja, penghematan harus tetap dilakukan. Namun secara umum, milenial tetap bisa mengamankan pundi-pundi mereka.
Bahkan bukan hanya itu manfaat yang langsung mereka rasakan dari berusaha untuk tetap produktif selama masa pandemik. Secara perasaan pun, mereka menjadi lebih tenang dan yakin akan dapat terus bertahan sampai pandemik benar-benar berakhir.
Baca Juga: Ayo, Suarakan Harapanmu untuk #IndonesiaPulih di IDN App!