TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sebab Kamu Sering Menyalahkan yang Benar dan Membenarkan Salah

Tidak tahu atau sengaja menutup mata?

ilustrasi berpikir (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tak sedikit orang yang menilai kamu kurang bisa bersikap objektif dalam memandang segala hal. Kamu kerap menyalahkan seseorang atau sesuatu yang benar dan malah membenarkan perilaku atau sesuatu yang tidak semestinya.

Bagus kalau kamu merasa terganggu dengan penilaian tersebut. Kamu sedang dalam proses menuju introspeksi yang penting untuk perbaikan diri. Waktunya melihat ke dalam diri dan akui saja apabila kamu sering melakukannya karena lima sebab berikut ini.

1. Tidak tahu duduk masalahnya

ilustrasi pertanyaan (pexels.com/Olya Kobruseva)

Ketika kamu tidak tahu tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, sikap yang paling tepat ialah mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari sumber-sumber tepercaya. Namun, kamu melewati tahapan ini dan langsung memvonis benar atau salah.

Hanya keberuntungan yang bisa membuat vonismu tepat. Kemungkinan terbesarnya kamu keliru menilai dan itu dapat merugikan orang lain atau membawamu ke kesalahan berikutnya dalam pembuatan keputusan. Berhati-hatilah.

Baca Juga: 5 Tanda Tersembunyi Bahwa Kamu adalah Orang yang Gampang Dipengaruhi

2. Tak punya prinsip yang kuat

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Anna Shvets)

Kuat dalam memegang prinsip memang tidak boleh sampai membuatmu melihat dunia sebagai sesuatu yang hitam atau putih. Kamu tetap harus melihat konteks serta situasi ketika perbuatan atau peristiwa terjadi. Ini melahirkan sikap bijaksana.

Namun, kalau kamu bahkan tidak yakin soal prinsip apa yang seharusnya kamu pegang, repot jadinya. Kamu pasti mudah sekali dipengaruhi oleh orang lain. Apa-apa yang menurutnya benar atau salah, akhirnya juga kamu setujui.

3. Cari aman dengan mengikuti pendapat mayoritas saja

ilustrasi berpikir (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tak seperti poin sebelumnya di mana kamu telah terpengaruh oleh pendapat orang lain, kali ini kamu sebetulnya tidak sependapat dengan mereka. Masalahnya, kamu sadar sudah kalah jumlah sehingga berenang melawan arus barangkali cuma membahayakan diri.

Saat kamu tak cukup berani menghadapi konsekuensi dari menyatakan pendapatmu yang asli, kamu akan pilih mengekor saja. Dalam hati, kamu mengagumi segelintir orang yang berani menyatakan kebenaran dan berharap suatu ketika bisa menjadi bagian dari mereka.

4. Kamu atau orang terdekatmu ada di pihak yang salah

ilustrasi merenung (pexels.com/Keira Burton)

Kamu terjebak dalam konflik kepentingan. Sebab kamu yang melakukan kesalahan maka kamu berusaha untuk melindungi diri. Begitu pula seandainya orang terdekatmu yang melakukannya.

Rasa tidak tega dapat mendorongmu membenarkan perilakunya yang keliru. Sesuatu yang tak akan kamu lakukan bila pelakunya orang lain yang tidak dikenal. Sikap seperti ini hanya memperjelas subjektivitasmu, kan?

Baca Juga: 5 Bukti Kamu Tipe Cari Aman dalam Hubungan, Malah Jadi Bahaya, lho

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya