TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Pelajaran dari Kebohongan Orang Lain, Apa Motivasinya?

Ada yang lebih pintar dari pembohong, lho

ilustrasi berbicara (pexels.com/SHVETS production)

Siapa yang tak pernah sekali pun berbohong? Rasanya tidak ada manusia yang selalu jujur sepanjang hidupnya. Kita semua pasti pernah menciptakan kebohongan-kebohongan kecil. 

Meski begitu, sering kali kita sukar mengambil pelajaran dari kebohongan diri sendiri. Ada perasaan enggan mengakui kebohongan itu sebagai kesalahan diri. Lebih mudah buat kita mempelajari kebohongan yang dibuat oleh orang lain.

Itu menghindarkan kita dari rasa malu. Namun, hasil dari mempelajari dusta yang dibuat seseorang seharusnya tetap menjadi bahan perbaikan diri biar kita gak dikenal sebagai pembohong juga. Seperti enam pelajaran di bawah ini yang menunjukkan berkata jujur tetaplah tindakan terbaik.

1. Berbohong sekarang, rumit kemudian

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Budgeron Bach)

Kebohongan yang kita buat seperti kegiatan menggambar jalan baru. Satu dusta sama dengan sebuah jalan. Maka makin sering kita berbicara tidak benar, makin banyak gambar jalan di selembar kertas. Lama-kelamaan, jalan-jalan itu menjadi bertumpuk dan bersilangan.

Apa yang sekarang terlihat di selembar kertas itu? Bukan lagi jalan yang menghubungkan dua titik, melainkan pola rumit garis-garis. Seandainya jalan-jalan di gambar itu nyata, kita dapat tersesat dan tak pernah menemukan jalan keluar. Begitu pula pembohong pada akhirnya terjerat oleh cerita palsu yang dikarangnya sendiri.

Baca Juga: 5 Tanda Paling Menonjol yang Terlihat Saat Seseorang Sedang Berbohong

2. Orang kadang berbohong hanya karena tidak berani mengakui kesalahan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Laura Tancredi)

Berbohong juga bisa merupakan usaha untuk menyelamatkan diri dari rasa malu dan takut mengakui kesalahan. Seseorang bisa saja memilih diam dan menolak memberi keterangan apa pun. Ia tidak menyangkal, tetapi juga gak mengakui kesalahannya.

Akan tetapi, telanjur menjadi pengetahuan semua orang, bahwa sikap tidak tegas seperti di atas hanya menandakan seseorang memang bersalah. Oleh karena itu, ia merasa perlu meyakinkan orang lain dengan membuat cerita dusta.

3. Namun, ada juga yang berbohong demi meraup keuntungan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Tim Samuel)

Berhasil menutupi kesalahan diri juga menguntungkan. Akan tetapi ada keuntungan lebih besar yang dapat mendorong seseorang berbohong. Contohnya, keuntungan berupa materi. Untuk mendapatkannya dengan cepat, mengarang cerita yang membuat iba bisa dilakukan.

Bentuk belas kasih orang lain yang bertujuan untuk membantunya malah disalahgunakan. Seperti agar ia mendapatkan bantuan finansial secara terus-menerus. Dia jadi gak perlu bekerja keras untuk mencari uang.

4. Orang yang gak enakan juga cenderung berbohong

ilustrasi mengobrol dengan rekan kerja (pexels.com/Monstera)

Tanpa bermaksud menggeneralisasikan semua orang yang gak enakan pasti suka berbohong, tapi kecenderungan ini memang ada. Kebohongan dimaksudkan supaya ia tak perlu terang-terangan melakukan penolakan atas permintaan orang lain.

Contohnya, ketika teman meminta tolong padanya untuk dibantu mengerjakan tugas. Ia beralasan tugasnya sendiri masih banyak atau harus segera pulang karena ada acara lain di rumah. Padahal sesungguhnya dia cuma malas diandalkan oleh teman. Akan tetapi ia tak mau terdengar kasar bila berterus terang.

5. Pembohong tidak bakal dipercayai lagi

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Sora Shimazaki)

Kebenaran tidak akan hilang hanya karena ada orang yang coba-coba menciptakan cerita sebaliknya. Akan tetapi, rasa percaya orang lain padanya niscaya sirna begitu satu per satu kebohongannya terungkap. 

Maka dari itu, orang yang suka berbohong harus siap dengan konsekuensinya. Jangan masih suka berbicara gak jujur, tetapi tetap minta diberi kepercayaan. Siapa yang mau ditipu lagi olehnya untuk kesekian kali? Seluruh orang di dekatnya tentu bakal lebih berhati-hati.

Baca Juga: 5 Risiko yang Dirasakan jika Terbiasa Berkata Bohong, Bingung Sendiri

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya